Bahaya Ikan Buntal untuk Manusia, Mengandung Racun Paling Mematikan di Dunia

Bahaya ikan buntal bisa sangat mematikan, karena mengandung tetrodotoxin.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 07 Mar 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2024, 15:00 WIB
Hewan Berbisa Ikan Buntal
foto: themysteriousworld

Liputan6.com, Jakarta Meski memiliki penampilan yang unik dan menarik, ikan buntal ternyata menyimpan bahaya yang sangat serius. Ikan ini mengandung zat yang disebut tetrodotoxin, di mana membuatnya terasa tidak enak saat memakannya. Bahaya ikan buntal perlu diwaspadai, karena racun alami di kulit, hati dan ovarium bisa sangat mematikan. 

Dalam dunia ilmiah, tetrodotoxin bahkan dianggap sebagai salah satu jenis racun paling mematikan di dunia. Zat ini memiliki kekuatan mematikan hingga 1.200 kali lebih beracun daripada sianida. Meski sudah mengetahui bahaya ikan buntal, masih ada beberapa komunitas di Asia yang mengonsumsi ikan ini setelah melalui proses pengolahan khusus.

Untuk menghindari bahaya ikan buntal, maka bagian-bagian yang mengandung tetrodotoxin, seperti kulit, hati dan ovarium harus dihilangkan secara menyeluruh. Selanjutnya, ikan buntal diolah dengan cara yang tepat, termasuk merendamnya dalam air garam selama beberapa jam dan memasaknya dengan suhu yang tinggi.

Menikmati hidangan ikan buntal yang lezat tentu menjadi kepuasan tersendiri bagi beberapa orang. Namun, kesalahan dalam pengolahan ikan ini dapat berakibat fatal. Berikut ini bahaya ikan buntal yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (7/3/2024). 

Bahaya Ikan Buntal dan Gejalanya

Ikan Buntal, Makanan Lezat yang Juga Bisa Jadi Racun Mematikan!
Di Jepang ikan buntal menjadi salah satu makanan mahal yang paling diburu, tapi hati-hati, jika salah mengolahnya yang makan bisa meninggal!

Ikan sering dianggap sebagai makanan yang menyehatkan, terutama karena kandungan lemaknya dianggap bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua jenis ikan aman untuk dikonsumsi. Beberapa di antaranya bahkan dapat mengandung racun yang sangat berbahaya jika tidak diolah dengan benar, seperti pada ikan buntal.

Ikan buntal mengandung racun, khususnya tetrodotoxin dan neurotoxin, sehingga pengolahan ikan ini memerlukan kehati-hatian khusus. Seorang koki harus memiliki pelatihan khusus untuk memotong daging ikan buntal, karena beberapa bagian seperti hati, gonad, usus dan kulit mengandung racun tersebut. Menurut Center for Disease Control and Prevention, jika bagian ini tidak dibuang atau diolah dengan benar, konsumsi ikan buntal dapat menyebabkan keracunan, dengan risiko kematian mencapai 60 persen.

Tetrodotoxin sendiri termasuk dalam kategori racun paling mematikan di dunia. Perlu dicatat bahwa selain ditemukan pada ikan buntal, tetrodotoxin juga ada pada kodok dan ikan mola-mola. Ketika seseorang mengalami keracunan ikan buntal, ada empat tahap gejala yang dapat terjadi:

Tahap 1:

  1. Area di sekitar mulut terasa kebas atau mati rasa.
  2. Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut, atau diare.
  3. Gejala muncul sekitar 10–45 menit setelah mengonsumsi ikan buntal.

Tahap 2:

  1. Mati rasa di bagian wajah.
  2. Kesulitan berbicara atau cadel.
  3. Kehilangan keseimbangan dan tubuh terasa lemah atau tidak bisa bergerak.

Tahap 3:

  1. Tubuh menjadi lumpuh atau tidak dapat digerakkan.
  2. Kesulitan bicara.
  3. Gagal napas.
  4. Pupil mata membesar.

Tahap 4:

  1. Gagal napas parah.
  2. Kadar oksigen dalam tubuh berkurang.
  3. Detak jantung melambat (bradikardia).
  4. Tekanan darah menurun (hipotensi).
  5. Gangguan irama jantung.
  6. Penurunan kesadaran.

Gejala keracunan ikan buntal bisa muncul dalam waktu 20 menit hingga 3 jam setelah mengonsumsi ikan, dan dalam beberapa kasus, gejala bisa muncul bahkan setelah 20 jam. Penanganan segera sangat penting, karena tanpa itu, kematian dapat terjadi dalam 4–6 jam setelah mengonsumsi ikan buntal. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan edukasi masyarakat terkait bahaya ikan buntal serta upaya pencegahan dan penanganan yang cepat.

Cara Mengatasi Keracunan Ikan Buntal

Ilustrasi ikan buntal (Pixabay)
Ilustrasi ikan buntal (Pixabay)

1. Varian Spesies dan Distribusi Geografis

Ada lebih dari 100 spesies ikan buntal yang termasuk dalam keluarga Tetraodontidae. Ikan ini dapat ditemukan di berbagai perairan, baik air asin seperti samudra Pasifik dan Laut Merah, maupun air tawar seperti sungai Mekong dan sungai Amazon. Dengan ciri-ciri tubuh yang panjang dan meruncing, kepala bundar, bibir menonjol, dan perut besar, ikan buntal memperlihatkan variasi yang menarik. Ikan buntal tidak memiliki sisik, meskipun beberapa memiliki duri. Kemampuannya untuk mengubah arah berenang dan bahkan berenang mundur memberikan daya tarik tersendiri. Varian spesies meliputi ikan buntal fahaka, ikan buntal harimau, ikan buntal kerdil, ikan buntal bintik hijau dan masih banyak lagi.

2. Dimensi Besar dan Kecilnya Ikan Buntal

Ikan buntal dapat mencapai dimensi yang mencengangkan, tergantung pada spesiesnya. Terbesar yang tercatat memiliki panjang empat kaki atau sekitar 47 inci, bahkan melampaui panjang bayi buaya. Distribusi geografisnya meliputi wilayah Australia, Jepang, dan Afrika. Di sisi lain, ikan buntal terkecil dengan panjang kurang dari satu inci dapat ditemui di sekitar India Barat Daya. Meskipun ukurannya kecil, ikan ini memiliki keunikan menarik, yaitu kemampuan untuk memilih jenis kelamin, menjadi jantan atau betina.

3. Kemampuan Menggembungkan Diri

Karena gerakannya lambat dan warnanya mencolok, ikan buntal rentan terhadap predator. Untuk mengatasi ancaman ini, ikan buntal memiliki kemampuan menggembungkan diri, mengambil udara hingga tiga kali lebih besar dari ukuran tubuhnya. Selain itu, duri-duri yang bisa menonjol membantu menghindari pemangsa. Tindakan ini membuat ikan buntal menjadi sulit dimangsa oleh predator.

4. Tingkat Racun yang Memprihatinkan

Ikan buntal termasuk dalam kategori hewan beracun. Saat terancam, ikan ini menggembungkan diri dan melepaskan racun tetrodotoxin atau TTX dari kulitnya. TTX ini merupakan bahan kimia yang 100 kali lebih beracun dibandingkan sianida. Konsumsi sekitar 1–4 miligram TTX murni dapat berakibat fatal bagi manusia. Keracunan ikan buntal dapat menimbulkan gejala mual, muntah, hingga kematian. Di Jepang, beberapa kasus keracunan makanan disebabkan oleh konsumsi ikan buntal.

5. Keterampilan Membangun Sarang

Ikan buntal yang memiliki bintik putih menunjukkan kebiasaan unik dengan membangun sarang. Ikan buntal jantan membuat sarang berbentuk bulat dengan diameter enam kaki di pasir. Sarang ini bertujuan untuk menarik perhatian ikan betina. Jika berhasil, ikan betina akan meletakkan telur dalam sarang tersebut, dan ikan jantan dapat membuahinya. Selain itu, ikan buntal jantan juga membuat sarang dari sperma mereka untuk melindungi diri dari pemangsa, karena bau sperma yang busuk dapat membuat pemangsa menjauh.

6. Gigi yang Terus Bertumbuh

Ikan buntal memiliki empat gigi, dua di bagian atas dan dua di bagian bawah, yang menyatu membentuk satu gigi besar mirip tikus. Gigi ini terus mengalami pertumbuhan, dan ikan menggunakan giginya untuk membuka kerang, mengonsumsi karang, alga, serta ikan di dasar laut.

7. Kelezatan di Balik Racun: Hidangan Fugu di Jepang

Meskipun beracun, ikan buntal menjadi hidangan lezat di Jepang yang dikenal sebagai Fugu. Hidangan ini hanya boleh disiapkan oleh koki-koki terlatih dengan pengalaman bertahun-tahun. Proses persiapan Fugu melibatkan penghilangan organ beracun dan memasak ikan dengan benar untuk menghindari risiko keracunan dan kematian.

Fakta Ikan Buntal

Ilustrasi ikan buntal. (Unsplash)
Ilustrasi ikan buntal. (Unsplash)

Hingga kini, belum ada obat yang spesifik untuk mengatasi keracunan tetrodoksin yang disebabkan oleh konsumsi ikan buntal. Dalam kasus keracunan ikan ini, langkah pertama yang kritis adalah segera mencari pertolongan medis di rumah sakit. Di sana, dokter akan melibatkan sejumlah prosedur medis guna meminimalkan dampak racun pada tubuh.

Prosedur Medis untuk Keracunan Ikan Buntal:

  1. Jika pasien mengalami kesulitan bernapas, dokter mungkin akan memberikan oksigen melalui alat bantu napas, seperti ventilator. Ini diperlukan apabila pasien tidak dapat bernapas secara spontan.
  2. Dokter akan melakukan prosedur pengosongan lambung, untuk mengeliminasi racun ikan buntal dari tubuh.
  3. Langkah ini dapat melibatkan penggunaan sonde lambung atau prosedur lain yang memungkinkan pengosongan secara efisien.
  4. Untuk membersihkan lambung dari racun, dokter mungkin akan memberikan cairan arang aktif atau tablet. Ini membantu menyerap racun yang masih berada dalam saluran pencernaan.
  5. Jika pasien memiliki masalah pada ginjal, dokter dapat melakukan prosedur cuci darah. Proses ini bertujuan untuk membersihkan darah dari racun dan menjaga fungsi ginjal.

Setelah memahami risiko yang terkait dengan konsumsi ikan buntal, sangat disarankan untuk mengonsumsi hidangan ini di restoran yang memiliki izin pengolahan ikan buntal. Izin tersebut menjamin proses pengolahan yang memenuhi standar keamanan dan dapat mengurangi risiko keracunan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya