Orang Berkepribadian Ganda Disebut Apa? Ini Penyebab, Ciri, dan Contohnya

Penyebab berkepribadian ganda adalah pengalaman traumatis yang dialami oleh individu tersebut.

oleh Laudia Tysara diperbarui 17 Mar 2024, 11:48 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2024, 10:30 WIB
Ekspresi Marah
Wanita berekspresi marah dengan mengernyitkan wajahnya. Credit: pexels.com/Anova

Liputan6.com, Jakarta - Orang berkepribadian ganda, dalam bidang psikologi dikenal sebagai individu yang mengalami Dissociative Identity Disorder (DID), yang juga sering disebut sebagai Multiple Personality Disorder (MPD). DID adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda di dalam dirinya.

Fenomena ini terjadi karena pengalaman traumatis yang dialami oleh individu tersebut, terutama pada masa kanak-kanak. Sebagaimana yang dikemukakan dalam jurnal publikasi Universitas Airlangga (UNAIR), kepribadian ganda umumnya dipicu oleh peristiwa traumatis yang pernah dialami, meskipun seringkali keliru disamakan dengan kondisi skizofrenia.

Memahami orang berkepribadian ganda menurut pandangan psikologi, penyebab, ciri, dan contohnya sangatlah penting. Ini untuk antisipasi jika diri sendiri mengalami, hingga orang disekitar yang memiliki kepribadian ganda. Seseorang yang berkepribadian ganda memerlukan dukungan dari orang sekitar untuk memulihkan dirinya.

Berikut Liputan6.com ulas tentang penyebab, ciri, dan contoh orang berkepribadian ganda menurut psikologi, Minggu (17/3/2024).

Penyebab Berkepribadian Ganda

Penyebab utama terjadinya kepribadian ganda adalah pengalaman traumatis yang terjadi secara berulang, seperti pelecehan seksual, kekerasan fisik, atau pengabaian emosional pada masa anak-anak. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang disebutkan dalam jurnal Representasi Kepribadian Ganda dalam Novel publikasi Telkom University.

Trauma ini menyebabkan individu mengalami pemisahan atau disosiasi dari identitas dan pengalaman mereka untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional yang terlalu besar.

Dari perspektif psikologis, fenomena berkepribadian ganda disebut dapat dijelaskan sebagai mekanisme pertahanan diri yang kompleks terhadap trauma. Individu yang mengalami kepribadian ganda menggunakan pemisahan identitas sebagai cara untuk mengatasi ketidakmampuan mereka untuk mengintegrasikan pengalaman traumatis ke dalam identitas tunggal mereka.

Dalam buku Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa, ditegaskan bahwa kepribadian ganda merupakan hasil dari integrasi yang tidak sempurna antara berbagai aspek kepribadian individu, yang kemudian berkembang menjadi kepribadian yang terpisah-pisah.

Penting untuk diingat bahwa orang berkepribadian ganda membutuhkan perhatian dan dukungan yang khusus dalam pengelolaan kondisi mereka. Terapi yang melibatkan integrasi identitas dan pemahaman terhadap trauma masa lalu menjadi penting dalam membantu individu dengan gangguan ini mencapai keselarasan dan kesejahteraan mental mereka.

Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang penyebab dan mekanisme psikologis dari kepribadian ganda, diharapkan masyarakat dapat memberikan dukungan yang lebih baik kepada individu yang mengalami gangguan ini. Selain itu juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya perawatan kesehatan mental secara menyeluruh.

Ciri Orang Berkepribadian Ganda

Ilustrasi Senang//copyright pexels/Andrea Piacquadio
Wanita berekspresi bahagia di cermin. copyright pexels/Andrea Piacquadio

Bagaimana cara mengenali orang berkepribadian ganda? Mengenali orang berkepribadian ganda bisa dengan memahami ciri-cirinya. Melansir dari WebMD, begini ciri orang berkepribadian ganda yang dimaksudkan:

1. Depersonalisasi

Kondisi ini merupakan salah satu ciri khas orang berkepribadian ganda, di mana individu mengalami perasaan memiliki identitas atau perasaan yang berbeda dalam dirinya. Ini sering disebut sebagai alter ego, di mana individu berperilaku atau merasa seolah-olah diri mereka dikuasai oleh entitas yang berbeda.

Ketika alter ego mengambil alih, perilaku individu bisa sangat berbeda dari biasanya, bahkan hingga tidak disadari oleh diri sendiri. Depersonalisasi ini sering kali lebih mudah diamati oleh orang-orang terdekat penderita.

2. Derealisasi

Ciri lain dari kepribadian ganda adalah derealisasi, di mana individu merasa bahwa lingkungan atau kehidupan sekitarnya tidak nyata. Mereka mungkin mengalami halusinasi seperti melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada, tanpa pengaruh obat atau alkohol. Hal ini menunjukkan gangguan dalam persepsi dan realitas individu yang mengalami gangguan kepribadian ganda.

3. Amnesia

Salah satu gejala yang sering terjadi pada orang dengan kepribadian ganda adalah amnesia atau hilangnya ingatan. Mereka mungkin tidak dapat mengingat informasi penting atau peristiwa yang baru saja terjadi. Ini bisa termasuk lupa apa yang mereka lakukan atau katakan, yang menunjukkan gangguan dalam fungsi kognitif dan pengelolaan memori.

4. Kebingungan Identitas Diri

Orang dengan kepribadian ganda sering mengalami kebingungan dalam mengenali dan memahami diri mereka sendiri. Mereka mungkin mengalami krisis identitas, di mana mereka tidak yakin siapa sebenarnya mereka atau bagaimana karakteristik mereka yang sejati.

Ini menunjukkan bahwa gangguan ini tidak hanya memengaruhi perilaku dan fungsi mental, tetapi juga mempengaruhi pemahaman individu tentang diri mereka sendiri.

 

Contoh Orang Berkepribadian Ganda

Berikut adalah contoh orang dengan kepribadian ganda beserta identifikasi ciri dan pandangan psikologinya:

1. Maria

Maria adalah seorang wanita muda yang memiliki dua kepribadian yang berbeda. Saat dia berada dalam kepribadian satu, dia adalah seorang yang pendiam dan pemalu, sementara dalam kepribadian lainnya, dia menjadi ekstrovert dan berani.

Ciri-ciri yang dialami Maria termasuk depersonalisasi, di mana dia merasa bahwa ada orang lain yang mengontrol dirinya. Dari perspektif psikologis, kondisi Maria mencerminkan mekanisme pertahanan diri terhadap trauma masa lalu, yang mengakibatkan pemisahan identitas untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional.

2. Rudi

Rudi adalah seorang pria dewasa yang sering mengalami derealisasi. Dia merasa bahwa kehidupannya tidak nyata dan sering kali mengalami halusinasi visual. Rudi juga sering mengalami amnesia, di mana dia tidak bisa mengingat apa yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Pandangan psikologi terhadap Rudi menunjukkan bahwa kondisinya merupakan hasil dari disosiasi yang kompleks terhadap pengalaman traumatis masa lalu, yang memengaruhi persepsi dan fungsi kognitifnya.

3. Lina

Lina adalah seorang remaja yang mengalami kepribadian ganda sebagai akibat dari pelecehan seksual yang dia alami pada masa kecilnya. Dia memiliki dua kepribadian yang berbeda, di mana satu kepribadian menunjukkan sifat yang sangat pemalu dan penurut, sementara kepribadian lainnya agresif dan impulsif.

Lina juga sering mengalami kebingungan identitas diri, tidak yakin siapa sebenarnya dirinya. Dalam pandangan psikologi, kondisi Lina menunjukkan adanya pemisahan identitas yang kompleks sebagai mekanisme pertahanan terhadap pengalaman traumatis yang dialaminya.

4. Andi

Andi adalah seorang pria yang memiliki dua kepribadian yang sangat berbeda. Saat dia berada dalam satu kepribadian, dia adalah seorang yang sangat religius dan taat, sementara dalam kepribadian lainnya, dia menjadi sangat agresif dan tidak terkendali. Ciri-ciri yang dialami Andi termasuk perubahan perilaku yang drastis dan amnesia terhadap tindakan yang dilakukannya saat berada dalam kepribadian lainnya.

Pandangan psikologi terhadap Andi mencerminkan kompleksitas interaksi antara identitas yang berbeda dalam dirinya, yang mungkin merupakan hasil dari trauma masa lalu dan konflik internal yang belum terselesaikan.

5. Siti

Siti adalah seorang wanita dewasa yang memiliki dua kepribadian yang sangat berbeda. Dalam satu kepribadian, dia adalah seorang yang sangat ceria dan optimis, sementara dalam kepribadian lainnya, dia menjadi sangat tertutup dan cenderung depresif. Siti juga sering mengalami depersonalisasi, di mana dia merasa bahwa dirinya dikendalikan oleh entitas yang berbeda.

Pandangan psikologi terhadap Siti menyoroti pentingnya pemahaman terhadap pengalaman trauma masa lalunya, serta perlunya terapi yang terfokus pada integrasi identitas untuk mencapai keselarasan mental dan kesejahteraan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya