Liputan6.com, Jakarta Keberadaan narkoba masih menjadi permasalahan besar di berbagai negara. Beberapa negara bahkan telah melegalkan narkoba tertentu, termasuk ganja, meski kontroversi tetap ada. Di tengah perdebatan ini, kisah seorang ibu di Thailand yang membuat penjara di rumah untuk anaknya yang kecanduan narkoba menjadi viral.
Seorang ibu di Provinsi Buriram, Thailand, mengambil tindakan ekstrem demi menjaga dirinya dan tetangga dari bahaya kecanduan narkoba. Selama lebih dari 20 tahun, wanita 64 tahun ini hidup dalam ketakutan karena putranya yang berusia 42 tahun kecanduan narkoba dan judi. Tidak hanya itu, ketidakberhasilan berbagai pusat rehabilitasi mendorongnya membangun sel penjara khusus di dalam rumahnya.
Advertisement
Baca Juga
Kisah unik ini menyedot perhatian publik setelah polisi mengetahui keberadaan sel penjara buatan tersebut dan menyarankan pembongkaran. Tindakan ibu tersebut dilatarbelakangi rasa frustasi yang mendalam akibat kebiasaan agresif putranya yang merugikan lingkungan sekitar.
Namun selama waktu yang telah dilalui, kini si ibu berhadapan dengan dilema hukum di negaranya. Berikut Liputan6.com merangkum kisahnya melansir dari Oddity Central, Kamis (14/11/2024).
Anak Sering Lepas Kendali
Seorang ibu di Thailand memilih jalan berbeda untuk menangani masalah kecanduan narkoba putranya. Setelah berulang kali gagal melalui rehabilitasi, wanita berusia 64 tahun ini membangun penjara di rumahnya. Ia berharap jeruji besi itu dapat melindunginya dan tetangganya dari tindakan agresif putranya.
Ketakutan sang ibu bukan tanpa alasan, mengingat putranya sering kali menjadi kasar saat mengalami gejala sakau. Tindakan ekstrem ini mencerminkan besarnya risiko bahaya narkoba bagi kesehatan mental dan hubungan keluarga.
"Selama dua puluh tahun saya hidup dalam ketakutan," ujar wanita tersebut, yang kehilangan suami akibat tekanan dari masalah ini.
Advertisement
WiFi hingga Makan di Penjara Rumah
Penjara di rumah ini didesain agar putranya tetap bisa hidup dengan kebutuhan dasar. Ibu tersebut memasang fasilitas seperti tempat tidur dan kamar mandi agar putranya tidak merasa terisolasi sepenuhnya. Ada juga WiFi dan lubang kecil yang dirancang khusus untuk mengantarkan makanan.
Kehadiran CCTV semakin melengkapi upaya pengawasan ibu terhadap anaknya yang berusia 42 tahun itu. Sang ibu berharap fasilitas ini dapat mengurangi risiko bahaya bagi dirinya dan lingkungan sekitar.
"Saya khawatir akan keselamatan saya dan tetangga saya," katanya kepada wartawan.
Hadapi Dilema Hukum
Kasus penjara di rumah ini membuat kepolisian Thailand menghadapi dilema besar. Polisi menyatakan bahwa tindakan sang ibu berpotensi melanggar Pasal 310 KUHP tentang penahanan ilegal yang dapat mengakibatkan hukuman penjara. Namun, kepolisian juga memahami situasi yang dihadapi sang ibu dalam menangani putranya yang kecanduan narkoba.
Setelah kasus ini viral, polisi menyarankan sang ibu untuk membongkar penjara tersebut dan mencari solusi alternatif. Meski demikian, banyak yang berpendapat bahwa tindakan sang ibu adalah bentuk pertahanan diri yang wajar. Di sisi lain, pihak berwenang merasa perlu menyeimbangkan antara perlindungan diri dan aturan hukum.
"Tindakan ini bisa dianggap melanggar hak asasi manusia," ujar Kapolres, menegaskan risiko hukum yang mungkin dihadapi.
Namun, polisi berjanji akan membantu mencari solusi terbaik bagi keluarga tersebut agar dapat terbebas dari lingkaran kecanduan narkoba yang meresahkan.
Advertisement