Gunung Agung di Mana? Ini Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Mendakinya

Gunung Agung di Bali, puncak tertinggi Pulau Dewata, menyimpan cerita, mitos, dan tantangan pendakian yang penuh makna. Pelajari fakta dan persiapan penting sebelum mendakinya.

oleh Andre Kurniawan Kristi diperbarui 27 Des 2024, 12:44 WIB
Diterbitkan 27 Des 2024, 12:44 WIB
Sunrise Gunung Agung di Bali
Embusan asap keluar dari kawah Gunung Agung ketika matahari terbit (sunrise) yang terlihat dari Kintamani, Bali, Rabu (13/12). BNPB menegaskan bahwa kondisi Pulau Bali aman bagi wisatawan meski Gunung Agung berstatus siaga. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta Gunung Agung, puncak tertinggi di Pulau Bali, tidak hanya menjadi daya tarik bagi pecinta alam, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Hindu Bali. Dengan ketinggian mencapai 3.142 meter di atas permukaan laut, gunung ini menawarkan keindahan sekaligus tantangan bagi para pendaki. Namun, sebelum memulai perjalanan, ada baiknya Anda memahami lebih jauh tentang sejarah, mitos, dan aturan adat yang melingkupinya.

Sebagai salah satu gunung berapi aktif di Indonesia, Gunung Agung memiliki catatan sejarah letusan yang berdampak besar pada masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, keberadaannya sebagai tempat suci menjadikan gunung ini penuh dengan aturan adat yang harus dihormati oleh siapa pun yang ingin mendakinya. Oleh karena itu, mengenal lebih dekat tentang Gunung Agung bukan hanya soal memahami geografi, tetapi juga budaya dan tradisi yang hidup di sekitarnya.

Pendakian Gunung Agung menawarkan pengalaman yang memukau, mulai dari pemandangan matahari terbit hingga panorama gunung-gunung lain di kejauhan. Namun, persiapan yang matang dan penghormatan terhadap aturan adat adalah kunci utama untuk menjadikan perjalanan Anda aman dan bermakna.

Lokasi dan Keistimewaan Gunung Agung

Gunung Agung terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, tepatnya di sisi timur pulau. Dengan ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut, gunung ini menjadi salah satu destinasi pendakian yang paling populer di Indonesia. Selain menjadi puncak tertinggi di Bali, Gunung Agung juga dikenal sebagai gunung berapi aktif dengan morfologi stratovolcano yang khas.

Koordinator Pemandu Pendakian Gunung Agung, Komang Kayun, mengungkapkan bahwa gunung ini dianggap suci oleh umat Hindu karena diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Hal ini diperkuat dengan keberadaan Pura Besakih, kompleks pura Hindu terbesar di Bali, yang terletak di kaki gunung.

Pendaki yang ingin menjelajahi Gunung Agung tidak hanya disuguhi keindahan alam, tetapi juga kisah-kisah mistis yang mengelilinginya. Dari legenda yang menghubungkan Gunung Agung dengan Gunung Mahameru hingga upacara besar seperti Eka Dasa Rudra, gunung ini menyimpan cerita yang tak lekang oleh waktu.

Sejarah dan Aktivitas Vulkanik

Gunung Agung memiliki sejarah letusan yang panjang dan beragam. Letusan pertama yang tercatat terjadi pada tahun 1808, dengan aktivitas yang mengeluarkan abu vulkanik dan batuan pijar. Aktivitas berikutnya terjadi pada tahun 1821, diikuti oleh letusan besar pada tahun 1963 yang menewaskan lebih dari 1.000 orang.

Pada tahun 2017, aktivitas vulkanik Gunung Agung kembali meningkat dengan status siaga yang ditingkatkan menjadi awas. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2019, menghasilkan hujan abu yang meluas hingga ke beberapa wilayah di sekitar Bali. Sejak saat itu, gunung ini terus dipantau oleh pihak berwenang untuk mengantisipasi potensi bahaya.

Pendakian ke Gunung Agung harus dilakukan dengan kewaspadaan tinggi, mengingat statusnya sebagai gunung berapi aktif. Informasi terbaru mengenai kondisi gunung dapat diperoleh melalui pos pengamatan resmi yang tersebar di sekitar wilayah Karangasem.

Jalur Pendakian dan Pemandangan

Gunung Agung memiliki dua jalur utama pendakian, yaitu melalui Pura Besakih di Desa Besakih dan Pura Pasar Agung di Desa Sebudi. Jalur Besakih dikenal lebih panjang dan menantang, sementara jalur Pasar Agung relatif lebih pendek namun tetap memerlukan persiapan fisik yang baik.

Pemandangan dari puncak Gunung Agung sangat memukau. Pendaki dapat melihat panorama Gunung Rinjani di Lombok dan Gunung Batur di Bali. Jika cuaca cerah, Danau Batur juga terlihat jelas, menambah keindahan perjalanan.

Selain itu, jalur pendakian menawarkan beragam flora dan fauna yang unik. Dari kera ekor panjang hingga elang bondol, kekayaan biodiversitas di sekitar gunung menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta alam.

Aturan Adat dan Etika Pendakian

Sebagai gunung yang disakralkan, pendakian Gunung Agung memiliki sejumlah aturan adat yang harus dihormati. Misalnya, pendaki dilarang mendaki jika sedang dalam masa berkabung atau jika ada anggota keluarga yang baru saja meninggal. Wanita yang sedang haid juga tidak diperkenankan untuk mendaki.

Bagi pendaki, penting untuk tidak membawa makanan berbahan daging sapi atau perhiasan emas, mengingat larangan adat setempat. Selain itu, pendaki diharapkan menjaga kebersihan dan tidak merusak fasilitas atau lingkungan selama perjalanan.

Mengikuti aturan adat bukan hanya soal menghormati budaya lokal, tetapi juga menjaga keselamatan diri. Banyak pendaki yang percaya bahwa pelanggaran aturan adat dapat membawa petaka selama pendakian.

Persiapan dan Tips Mendaki Gunung Agung

Mendaki Gunung Agung memerlukan persiapan fisik dan mental yang matang. Pastikan Anda memiliki perlengkapan pendakian yang memadai, termasuk sepatu hiking, jaket tahan angin, dan persediaan air yang cukup. Selain itu, pendaki disarankan untuk menggunakan jasa pemandu lokal yang memahami jalur dan kondisi gunung.

Waktu terbaik untuk mendaki adalah di musim kemarau, yaitu antara April hingga Oktober. Selama musim hujan, jalur pendakian bisa menjadi licin dan berbahaya. Pendaki juga disarankan untuk memulai perjalanan pada dini hari untuk menikmati matahari terbit dari puncak gunung.

Sebagai langkah tambahan, pastikan Anda memeriksa status aktivitas gunung sebelum mendaki. Informasi terbaru dapat diakses melalui Badan Vulkanologi atau pos pengamatan resmi di sekitar Gunung Agung.

1. Di mana lokasi Gunung Agung?

Gunung Agung terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, tepatnya di bagian timur Pulau Dewata.

2. Apa yang membuat Gunung Agung disakralkan?

Gunung Agung dianggap suci oleh umat Hindu karena dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan leluhur.

3. Bagaimana cara menuju Gunung Agung?

Pendaki dapat memilih jalur melalui Pura Besakih atau Pura Pasar Agung. Kedua jalur memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung pada tingkat kesulitan yang diinginkan.

4. Kapan waktu terbaik untuk mendaki Gunung Agung?

Waktu terbaik untuk mendaki adalah saat musim kemarau, yaitu antara April hingga Oktober, ketika kondisi jalur lebih aman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya