Liputan6.com, Jakarta Kehebohan melanda jagat maya pada Sabtu, 1 Februari 2025. Penyebabnya? Google Finance menampilkan kurs 1 dolar AS (USD) setara dengan Rp 8.170, jauh lebih rendah dari kurs sebenarnya yang berada di kisaran Rp 16.000-an. Perbedaan signifikan ini langsung menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di platform X (sebelumnya Twitter), dengan kata kunci "Dolar" dan "Error" meroket menjadi trending topic.
Apa yang terjadi?
Pada tanggal tersebut, banyak pengguna Google Finance menemukan kurs USD terhadap Rupiah (IDR) tertera Rp 8.170. Angka ini sangat jauh berbeda dengan kurs yang ditampilkan platform lain seperti TradingView, RTI, Xe.com, dan bahkan aplikasi perbankan seperti BCA hingga Livin Mandiri, yang menunjukkan kurs di kisaran Rp 16.000-an.
Advertisement
Mengapa hal ini terjadi?
Hingga saat ini, Google belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini. Namun, berbagai spekulasi bermunculan. Sebagian besar warganet menduga ini merupakan kesalahan teknis atau bug pada sistem Google Finance. Beberapa cuitan di X memperkuat dugaan ini, misalnya cuitan @f**** yang menulis, "Pasti error. Simpen aja buat kenang-kenangan," dan @e**** yang mencuit, "sepertinya hanya bug kecil pada konversi kurs dollar ke rupiah dan euro ke rupiah."
Dugaan lain muncul dari pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi. Dalam wawancara dengan Liputan6.com, Ibrahim menyatakan kemungkinan adanya error pada sistem Google atau bahkan campur tangan pihak tak bertanggung jawab. "Lagi eror (google-red), sekarang rupiah 16.300 (terhadap dolar AS-red). Hacker yang bermain sedang coba otak-atik sehingga muncul 8.000," ujar Ibrahim. Namun, dugaan ini masih sebatas spekulasi dan membutuhkan bukti lebih lanjut.
Bagaimana dampaknya?
Kejadian ini menyoroti pentingnya verifikasi informasi dari berbagai sumber, khususnya data keuangan yang sangat dinamis. Mengandalkan satu sumber saja, terutama dalam hal data keuangan yang fluktuatif, bisa menyebabkan kesalahpahaman dan bahkan kerugian. Perbedaan kurs yang signifikan ini juga memicu kekhawatiran dan keheranan di kalangan warganet, yang sebagian besar menganggapnya sebagai kesalahan teknis.
Bukti dari berbagai sumber: Berbagai platform penyedia informasi kurs menunjukkan perbedaan yang signifikan. TradingView, RTI, Xe.com, dan beberapa bank seperti BCA dan Livin Mandiri menampilkan kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran Rp 16.000-an, jauh berbeda dengan angka yang ditampilkan Google Finance. Perbedaan ini memperkuat dugaan adanya kesalahan teknis pada sistem Google.
Kemunculan kurs 1 dolar AS sebesar Rp 8.170 di Google Finance pada 1 Februari 2025 merupakan sebuah anomali yang memicu beragam reaksi di masyarakat. Meskipun belum ada penjelasan resmi dari Google, dugaan kuat mengarah pada kesalahan teknis atau bug pada sistem mereka. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya verifikasi informasi dari berbagai sumber terpercaya sebelum mengambil kesimpulan, terutama terkait data yang sensitif seperti kurs mata uang.
Hingga saat ini, Google belum memberikan klarifikasi resmi mengenai penyebab munculnya angka tersebut. Liputan6.com telah berupaya menghubungi pihak Google, namun belum mendapatkan tanggapan. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya mengecek informasi dari berbagai sumber dan tidak langsung mempercayai informasi yang diperoleh dari satu sumber saja, terutama informasi yang berkaitan dengan angka-angka penting seperti kurs mata uang asing.
Advertisement
People Also Ask: Mengapa kurs dolar di Google Finance tiba-tiba Rp 8.170?
Kurs ini kemungkinan muncul karena kesalahan teknis atau bug pada sistem Google Finance.
Apakah nilai tukar dolar terhadap rupiah benar-benar Rp 8.170?
Tidak, kurs sebenarnya berada di kisaran Rp 16.000-an, sesuai dengan data dari platform lain seperti TradingView dan informasi dari akun perbankan di Indonesia.
Advertisement
Apakah Google sudah memberikan klarifikasi tentang kesalahan ini?
Hingga saat ini, Google belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini.
Apa dampak dari kesalahan kurs di Google Finance?
Kesalahan ini menimbulkan kebingungan di media sosial dan menyoroti pentingnya verifikasi data dari berbagai sumber.
Advertisement
Apakah ada kemungkinan kesalahan ini disebabkan oleh hacker?
Beberapa spekulasi menyebut adanya kemungkinan peretasan, tetapi belum ada bukti yang mengonfirmasi hal tersebut.