Apa Itu Parentifikasi? Peran Orang Tua yang Diambil Anak, Ketahui Dampaknya

Parentifikasi adalah kondisi di mana anak berperan sebagai orang tua, baik secara emosional maupun fisik, dampaknya bisa sangat serius bagi perkembangan anak. Ketahui penyebab, gejala, dampak, dan cara mengatasinya!

oleh Anugerah Ayu Sendari Diperbarui 23 Feb 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2025, 08:00 WIB
Jadilah pendengar yang baik tanpa menghakimi
Ilustrasi orang tua yang mensupport anak korban bully. (Sumber foto: Pexels.com).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda mendengar istilah parentifikasi? Istilah ini menggambarkan situasi menyedihkan di mana anak-anak dipaksa untuk mengambil peran orang tua, baik secara emosional maupun praktis, jauh melampaui apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka.

Ini terjadi karena berbagai faktor, seperti masalah keuangan orang tua, kesehatan mental yang buruk, perceraian, atau bahkan karena orang tua yang kurang mampu memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Akibatnya, anak-anak kehilangan masa kecil mereka, menanggung beban berat yang seharusnya ditangani oleh orang dewasa, dan berdampak buruk pada kesehatan mental dan perkembangan mereka di masa depan.

Memahami apa itu parentifikasi sangat penting karena dampaknya yang serius dan jangka panjang. Anak-anak yang mengalami parentifikasi seringkali mengalami masalah kesehatan mental, kesulitan dalam bersosialisasi, dan masalah akademik. Mereka kehilangan kesempatan untuk menikmati masa kecil mereka dan mengembangkan keterampilan sosial yang seharusnya mereka dapatkan di usia mereka.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda parentifikasi dan mencari bantuan profesional jika diperlukan untuk mencegah dampak negatif yang lebih besar. Berikut ulasan mengenai parentifikasi, penyebab, dampak, dan cara mengatasinya untuk melindungi anak, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (23/2/2025).

Mengenal Apa Itu Parentifikasi

Ilustrasi anak-anak/freepik.com/juyochi
Anak-anak yang mendapatkan silent treatment dari orang tua cenderung menyendiri dan menjauh dari orang tua. (Sumber: Freepik/juyochi).... Selengkapnya

Parentifikasi adalah fenomena ketika anak mengambil tanggung jawab orang tua, baik secara emosional maupun instrumental. Ini terjadi karena berbagai faktor yang membuat orang tua tidak mampu menjalankan peran mereka sepenuhnya.

Parentifikasi merupakan pembalikan peran yang signifikan dalam keluarga. Anak-anak, yang seharusnya dirawat dan dilindungi, justru harus merawat dan melindungi orang tua atau anggota keluarga lainnya. Mereka menjadi penopang emosional, pencari nafkah, atau pengasuh yang tidak sesuai dengan usia dan perkembangan mereka. Kondisi ini bukan hanya terjadi di keluarga yang kurang mampu, tetapi juga dapat terjadi di keluarga dengan latar belakang ekonomi yang baik, namun memiliki dinamika keluarga yang bermasalah.

Anak-anak dalam situasi ini dipaksa untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Mereka mengorbankan kebutuhan dan perkembangannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan orang tua atau anggota keluarga lainnya. Parentifikasi adalah kondisi yang kompleks dan dampaknya bisa sangat merusak bagi perkembangan anak secara menyeluruh.

 

Penyebab Parentifikasi

Ilustrasi Keluarga
Simak beberapa sifat orang tua yang dapat diturunkan ke anaknya. (unsplash.com/Jimmy Dean)... Selengkapnya
  • Masalah Kesehatan Mental Orang Tua: Depresi, kecemasan, atau gangguan mental lainnya dapat membuat orang tua bergantung pada anak untuk mendapatkan dukungan emosional.
  • Ketergantungan Alkohol atau Narkoba: Orang tua yang kecanduan seringkali tidak mampu memenuhi kebutuhan anak-anak mereka.
  • Perceraian atau Konflik Keluarga: Perselisihan orang tua dapat membuat anak merasa bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian keluarga.
  • Kesulitan Ekonomi: Kondisi ekonomi yang sulit dapat memaksa anak untuk berkontribusi secara finansial bagi keluarga.
  • Penyakit Kronis Orang Tua: Orang tua yang sakit parah mungkin membutuhkan perawatan dan dukungan dari anak-anak mereka.

Semua faktor di atas dapat menyebabkan orang tua secara tidak sadar atau sadar membebani anak dengan tanggung jawab yang berlebihan.

Jenis Parentifikasi

Ilustrasi hari pertama di sekolah, orang tua mengantar anak ke sekolah
Ilustrasi hari pertama di sekolah, orang tua mengantar anak ke sekolah. (Image by prostooleh on Freepik)... Selengkapnya

Parentifikasi Instrumental

Anak mengambil alih tugas-tugas praktis seperti memasak, membersihkan rumah, mengurus keuangan, atau merawat anggota keluarga lainnya. Di sini, anak mengambil peran praktis atau fisik yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. alam situasi ini, anak dipaksa untuk menjadi "dewasa" sebelum waktunya dan harus menangani tugas yang tidak sesuai dengan usianya.

Parentifikasi Emosional

Anak menjadi tempat curhat, penengah konflik, atau sumber dukungan emosional bagi orang tua atau saudara kandung. Parentifikasi emosional terjadi ketika anak dipaksa untuk memenuhi kebutuhan emosional orang tua atau anggota keluarga lainnya, sehingga perannya menjadi seperti "teman," "terapis," atau bahkan "orang tua" bagi orang tua mereka sendiri. Dalam situasi ini, anak sering kali harus menekan atau mengabaikan emosinya sendiri demi menjaga kesejahteraan emosional orang tua atau keluarga.

Kedua jenis parentifikasi ini dapat terjadi secara bersamaan dan saling memperkuat dampak negatifnya. Parentifikasi bisa menjadi beban yang berat jika terjadi dalam jangka panjang dan tanpa dukungan yang memadai, karena dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak, seperti kesulitan dalam membangun hubungan sehat atau mengalami kecemasan dan stres. 

Tanda Anak Mengalami Parentifikasi

Ilustrasi hari pertama di sekolah, orang tua mengantar anak ke sekolah
Ilustrasi hari pertama di sekolah, orang tua mengantar anak ke sekolah. (Image by Freepik)... Selengkapnya

Anak yang mengalami parentifikasi sering kali menunjukkan berbagai gejala emosional, fisik, dan sosial akibat tanggung jawab yang tidak sesuai dengan usianya. Tekanan ini dapat berdampak pada kesejahteraan mereka dalam jangka panjang. Berikut beberapa gejala yang umum terjadi pada anak yang mengalami parentifikasi:

Stres dan Kecemasan Berlebihan

Anak yang mengalami parentifikasi sering merasa khawatir dan tegang karena harus menangani tanggung jawab yang melebihi kapasitas usianya. Mereka mungkin terus-menerus merasa takut akan kegagalan dalam memenuhi ekspektasi keluarga, sehingga mengalami tekanan mental yang berkepanjangan.

Masalah Kesehatan Fisik

Beban emosional dan mental yang berat dapat mempengaruhi kondisi fisik anak, menyebabkan gejala seperti sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, atau bahkan melemahnya sistem imun. Stres yang tidak tersalurkan dengan baik sering kali berdampak pada kesehatan secara keseluruhan.

Perilaku Agresif

Anak yang mengalami tekanan akibat parentifikasi bisa menunjukkan perilaku agresif atau mudah marah sebagai bentuk pelampiasan frustrasi. Mereka mungkin merasa tidak memiliki kendali atas hidup mereka dan mengekspresikan ketidakpuasan dengan cara yang meledak-ledak atau sulit dikendalikan.

Prestasi Akademik Menurun

Karena terlalu banyak memikirkan tanggung jawab di rumah, anak sulit fokus dalam belajar dan menyelesaikan tugas sekolah. Mereka mungkin sering merasa kelelahan, kurang tidur, atau bahkan kehilangan motivasi untuk mencapai prestasi akademik yang baik.

Kesulitan Bersosialisasi

Anak yang terbiasa mengurus keluarga sering kali kesulitan membangun hubungan dengan teman sebaya karena tidak memiliki banyak waktu untuk bermain atau berinteraksi sosial. Mereka juga bisa merasa berbeda atau tidak mengerti bagaimana berkomunikasi dengan teman-temannya yang tidak mengalami kondisi serupa.

Perilaku Dewasa Sebelum Waktunya

Anak yang mengalami parentifikasi cenderung berperilaku jauh lebih dewasa dibanding anak seusianya. Mereka mungkin terlalu serius, lebih bertanggung jawab dari yang seharusnya, dan merasa perlu selalu mengontrol situasi, sehingga sulit menikmati masa kanak-kanak mereka sendiri.

Gejala-gejala ini dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan parentifikasi.

Dampak Parentifikasi pada Anak

Ilustrasi orang tua dan anak remaja
Ilustrasi orang tua dan anak remaja. (Sumber: Unsplash)... Selengkapnya

Dampak parentifikasi tidak hanya dirasakan saat anak-anak, tetapi juga bisa berlanjut hingga dewasa dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Anak yang mengalami parentifikasi sering menghadapi tekanan emosional yang berat, yang dapat berdampak pada kesehatan mental, hubungan sosial, dan bahkan cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa dampak jangka panjang yang dapat muncul akibat parentifikasi:

  • Masalah Kesehatan Mental: Depresi, kecemasan, gangguan stres pasca-trauma.
  • Kesulitan dalam Hubungan: Kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat.
  • Masalah Akademik: Prestasi belajar menurun karena beban tanggung jawab yang berat.
  • Penyalahgunaan Narkoba: Sebagai mekanisme mengatasi stres.
  • Kehilangan Masa Kanak-kanak: Anak kehilangan kesempatan untuk bermain dan menikmati masa kecilnya.
  • Perfeksionisme dan Workaholisme: Kecenderungan untuk selalu ingin sempurna dan bekerja keras.

Dampak ini dapat berlangsung hingga dewasa dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan.

Contoh Parentifikasi

Parentifikasi terjadi ketika anak harus mengambil alih peran dan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. Hal ini dapat berupa tugas fisik maupun emosional yang tidak sesuai dengan usia dan kapasitas anak. Berikut beberapa contoh bagaimana parentifikasi dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari:

  • Merawat Adik: Anak yang lebih tua bertanggung jawab penuh atas perawatan adiknya, termasuk mengganti popok, memberi makan, dan menidurkan.
  • Mengurus Rumah Tangga: Anak bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan rumah.
  • Menjadi Penengah Konflik Orang Tua: Anak menjadi penengah konflik orang tua dan mencoba untuk menyelesaikan masalah mereka.
  • Memberikan Dukungan Emosional: Anak menjadi tempat curhat orang tua dan memberikan dukungan emosional.

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana anak mengambil alih tanggung jawab orang tua yang seharusnya.

Cara Mengatasi Parentifikasi

Mengatasi parentifikasi memerlukan pendekatan yang komprehensif untuk mengembalikan keseimbangan peran dalam keluarga dan memastikan anak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. Baik melalui terapi, dukungan sosial, maupun pendidikan bagi orang tua, langkah-langkah ini dapat membantu anak melepaskan beban yang tidak seharusnya mereka tanggung. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi parentifikasi:

  • Terapi Keluarga: Membantu memperbaiki dinamika keluarga dan komunikasi antar anggota keluarga.
  • Terapi Individu: Membantu anak untuk mengatasi trauma dan membangun rasa percaya diri.
  • Dukungan Sosial: Memberikan dukungan dan pemahaman dari orang-orang terdekat.
  • Pendidikan Orang Tua: Memberikan pendidikan kepada orang tua tentang pentingnya peran mereka dalam keluarga.
  • Menciptakan Batasan yang Sehat: Membantu anak-anak dan orang tua untuk menetapkan batasan yang jelas.

Mengatasi parentifikasi membutuhkan usaha bersama dari anak, orang tua, dan profesional kesehatan mental.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya