SpaceSail dari China Mulai Usik Dominasi Satelit Internet Starlink Milik Elon Musk

SpaceSail China usik Starlink dengan ekspansi satelit ambisius, ubah peta persaingan internet global di orbit.

oleh Andre Kurniawan Kristi Diperbarui 25 Feb 2025, 17:07 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 17:07 WIB
Satelit
Ilustrasi satelit... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Di tengah persaingan sengit di luar angkasa, inovasi teknologi komunikasi satelit kembali mencuri perhatian global ketika SpaceSail, perusahaan asal Shanghai yang didukung pemerintah China, mulai menantang dominasi Starlink milik Elon Musk dengan strategi ekspansi yang ambisius dan terencana secara matang, yang secara signifikan mengubah peta persaingan di industri internet satelit.

Sejak peluncuran masif satelit LEO oleh Starlink sejak tahun 2020, layanan internet berkecepatan tinggi ini telah memberikan akses komunikasi bagi daerah-daerah terpencil, operasi maritim, dan keperluan militer, sehingga posisi dominannya semakin kokoh; namun, munculnya pesaing baru seperti SpaceSail dan Project Kuiper menandai era baru di mana dominasi tersebut mulai diuji oleh strategi ekspansi global yang agresif.

Dengan penandatanganan perjanjian strategis di Brasil pada November 2024 dan dimulainya operasi di Kazakhstan dua bulan kemudian, SpaceSail membuka babak baru dalam persaingan internasional dengan menggandeng lebih dari 30 negara dalam negosiasi yang bertujuan memperluas jangkauan layanan internet berbasis satelit, yang menambah dinamika kompleks dalam geopolitik komunikasi global.

Awal Mula Persaingan di Luar Angkasa

Sejak tahun 2020, peluncuran satelit di orbit rendah Bumi (LEO) telah mengubah paradigma komunikasi global, di mana Starlink memimpin dengan jumlah satelit yang lebih banyak dibandingkan para pesaingnya, sehingga memberikan solusi internet berkecepatan tinggi bagi berbagai sektor, dari komunitas terpencil hingga operasi militer di medan konflik.

Kehadiran teknologi satelit ini muncul sebagai jawaban atas tantangan akses internet di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur tradisional, sehingga para pelaku industri mulai berlomba-lomba untuk menguasai slot-slot orbit yang terbatas, dengan setiap negara dan perusahaan bersaing untuk mendapatkan keunggulan strategis di ruang angkasa yang semakin padat.

Dalam konteks global, persaingan ini tidak hanya melibatkan pemain-pemain swasta seperti Starlink, melainkan juga perusahaan-perusahaan yang didukung oleh negara, termasuk SpaceSail dari China dan Project Kuiper milik pendiri Amazon, yang bersama-sama membawa dinamika baru serta mengundang perhatian pemerintah dan lembaga pengatur di berbagai belahan dunia.

Ekspansi Global SpaceSail: Dari Brasil ke Kazakhstan

Pada November 2024, SpaceSail menandatangani perjanjian penting untuk memasuki pasar Brasil, sebuah langkah strategis yang menjadi titik awal ekspansi global perusahaan ini, karena Brasil sendiri tengah mencari solusi internet berkecepatan tinggi untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil serta mengurangi kesenjangan digital di wilayahnya.

Tak lama setelah kesepakatan tersebut, dua bulan kemudian, SpaceSail resmi memulai operasinya di Kazakhstan, menurut laporan dari Kedutaan Besar Kazakhstan di Beijing, yang menandakan bahwa langkah ekspansi ini telah melintasi batas regional dan membuka peluang kerja sama di wilayah Asia Tengah yang strategis.

Dalam upaya memperluas jaringan globalnya, SpaceSail dikabarkan sedang dalam pembicaraan dengan lebih dari 30 negara, dan hal ini menegaskan ambisi perusahaan untuk mengukir pangsa pasar internasional yang signifikan.

Strategi Ambisius China dalam Pengembangan Satelit LEO

SpaceSail yang dikendalikan oleh pemerintah kota Shanghai, telah mengumumkan rencana ambisius untuk meluncurkan 648 satelit LEO pada tahun ini, sebagai bagian dari upaya strategis yang tidak hanya berfokus pada peningkatan jumlah satelit, tetapi juga pada peningkatan kualitas layanan internet yang andal bagi berbagai kalangan, termasuk dalam kondisi darurat dan bencana alam.

Lebih jauh lagi, perusahaan ini menargetkan peluncuran hingga 15.000 satelit pada tahun 2030, sebuah angka yang jauh melampaui jumlah operasional Starlink yang saat ini mencapai sekitar 7.000 satelit, sehingga mencerminkan tekad China untuk merebut posisi dominan di sektor internet satelit melalui inovasi dan ekspansi besar-besaran.

Dalam skema yang lebih luas, China bahkan memiliki rencana jangka panjang untuk meluncurkan hingga 43.000 satelit LEO sebagai bagian dari proyek konstelasi Qianfan atau “Seribu Layar,” yang merupakan langkah awal dari ekspansi global internet satelit yang tidak hanya berfokus pada aspek komersial tetapi juga pada dimensi geopolitik.

Dampak dan Tanggapan Global terhadap Dominasi Starlink

Keberhasilan Starlink dalam menyediakan internet berkecepatan tinggi sejak 2020 telah menciptakan standar baru dalam penyediaan layanan digital di daerah-daerah terpencil, sehingga memicu reaksi beragam dari para pesaing yang ingin merebut kembali posisi di pasar global, yang kini terlihat jelas dengan kemunculan pemain baru seperti SpaceSail.

Negosiasi antara Brasil dengan Project Kuiper dan perusahaan Kanada Telesat menunjukkan bahwa negara-negara penggunanya semakin selektif dalam mencari alternatif untuk layanan internet satelit, terutama setelah ketegangan politik dan perdagangan yang sempat terjadi antara Brasil dengan Elon Musk, yang menambah dimensi kompleks dalam hubungan bilateral dan kerja sama di sektor teknologi tinggi.

Kebijakan ekspansi agresif China dalam sektor satelit ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pembuat kebijakan Barat, yang memandang langkah ini sebagai potensi ancaman terhadap keamanan data dan kebebasan informasi, terutama karena teknologi satelit yang canggih memungkinkan pengawasan serta kontrol atas arus informasi secara masif.

Inovasi Teknologi, Pendanaan, dan Tantangan Geopolitik

Persaingan di luar angkasa saat ini tidak hanya berkisar pada jumlah satelit yang diluncurkan, tetapi juga mencakup aspek inovasi teknologi dan pengembangan paten, di mana China telah mencatat lonjakan signifikan dalam jumlah paten terkait satelit LEO, yang naik drastis dari 162 pada tahun 2019 menjadi 2.449 pada tahun 2023, sehingga menunjukkan komitmen negara tersebut dalam menguasai teknologi satelit dengan biaya operasional yang efisien dan sistem komunikasi berlatensi rendah.

Di samping inovasi teknis, aliran pendanaan yang besar juga menjadi pendorong utama dalam persaingan ini; perusahaan seperti Hongqing Technology berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar 340 juta yuan, sementara SpaceSail sendiri memperoleh dana sebesar 6,7 miliar yuan dalam putaran pembiayaan yang dipimpin oleh dana investasi milik negara, yang menandakan bahwa dukungan finansial dan strategis pemerintah China menjadi faktor krusial dalam mewujudkan ambisi ekspansi global mereka.

Dinamika persaingan ini tidak lepas dari tantangan geopolitik yang kompleks, di mana upaya menguasai slot orbital dan memperluas jaringan internet satelit menjadi instrumen penting dalam persaingan global, yang mendorong negara-negara di dunia untuk meningkatkan kerja sama internasional dan menyesuaikan kebijakan luar angkasa mereka guna mengantisipasi pengaruh yang semakin meluas dari strategi China, sehingga mempertegas kenyataan bahwa "Dunia luar angkasa berkembang dengan cepat dan banyak eksperimen sedang dilakukan," sebuah pernyataan yang mencerminkan realitas bahwa setiap langkah inovasi di ruang angkasa memiliki dampak luas bagi tatanan geopolitik global.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Topik

Apa yang memotivasi ekspansi SpaceSail dalam industri satelit LEO?

SpaceSail didorong oleh ambisi untuk menyediakan akses internet berkecepatan tinggi ke daerah terpencil serta mendukung inisiatif strategis pemerintah China dalam menguasai slot orbit yang tersedia melalui ekspansi satelit yang agresif dan terintegrasi secara global.

Bagaimana reaksi pasar global terhadap kehadiran SpaceSail yang menantang dominasi Starlink?

Pasar global menunjukkan perhatian besar dengan negara-negara seperti Brasil dan Kazakhstan membuka pintu kerja sama, sementara pembuat kebijakan Barat mengungkapkan kekhawatiran terkait potensi pengawasan dan pengendalian informasi yang dapat timbul dari perluasan teknologi satelit China.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya