Liputan6.com, Banjarnegara - Seperti waktu yang sudah-sudah, bulan Ramadan menjadi masa paceklik bagi pengelola pariwisata di Dataran Tinggi Dieng (DTD) atau Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Pekan kedua Ramadan, kunjungan per minggu ke sejumlah objek wisata Dieng tak beranjak di bawah seribu orang. Itu adalah angka yang minim dibanding kunjungan reguler mingguan Dieng yang mencapai 5Â ribu hingga 10 ribu orang per pekan.
Momentum sepi kunjungan itu dimanfaatkan warga dan pengelola wisata untuk bersiap menyambut libur Lebaran 2018. Pada masa ini, terjadi puncak kunjungan wisata yang diprediksi mencapai seratusan ribu lebih wisatawan.
Advertisement
Baca Juga
Sebagian pengusaha mempersiapkan makanan dan minuman khas Dieng, misalnya Carica atau Purwaceng, jamu kuat pria dewasa legendaris khas Dieng. Warga lainnya memperbaiki penginapan atau homestay untuk wisatawan.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pandawa Dieng Alief Fauzi mengungkapkan, masa paceklik kunjungan wisata di Dieng itu biasanya bakal berakhir pada pekan terakhir Ramadan. Saat itu, pemudik sudah mulai mampir ke kawasan wisata Dieng.
Angka kunjungan wisata bakal terus bertambah hingga mencapai puncaknya pada H+5 hingga H+15 Hari Raya Idul Fitri. Lima hingga 10 hari usai lebaran adalah puncak kunjungan.
"Targetnya sih antara 100 ribu sampai 150 ribu pengunjung, baik yang menginap maupun tidak menginap di Dieng," dia menjelaskan kepada Liputan6.com, Rabu malam, 30 Mei 2018.
Saksikan video menarik berikut ini:
Fasilitas untuk Wisatawan Penyewa Penginapan Dieng
Meski terjadi lonjakan berlipat-lipat dibanding kunjungan biasanya, tetapi, ia menjamin pengelola tak serta merta menaikkan harga sewa kamar homestay Dieng menjadi gila-gilaan pada libur Lebaran 2018. Kenaikan, ia menyebutkan hanya berkisar 10-20 persen.
Itu artinya, harga sewa hanya naik pada kisaran Rp 200 ribu hingga Rp 450 ribu per kamar. Harga yang lumrah menilik tingkat kunjungan wisata yang begitu tinggi.
Harga sewa penginapan reguler berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 400 ribu. Di harga terendah wisatawan hanya memperoleh fasilitas kamar dengan satu ranjang atau tempat tidur, dan minuman pagi.
Adapun pada harga tertinggi, wisatawan memperoleh layanan layaknya hotel berbintang. Kamar terdiri dari dua dipan, mandi air hangat, dan sarapan pagi.
"Ada juga yang menyewakan satu rumah full. Harganya lebih tinggi, sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 750 ribu per malam. Biasanya untuk rombongan," dia menerangkan.
Pada 2018 ini, 4.000 kamar penginapan siap dipakai wisatawan. Jumlah itu masih kurang dibandingkan angka kunjungan pada masa puncak libur panjang.
Namun, angka ini dianggap ideal untuk kunjungan wisata reguler, terutama akhir pekan atau libur pendek yang angka kunjungannya di kisaran 5.000-10 ribu orang. Dari jumlah itu, sebagian besar tak menginap.
"Tiap tahun jumlah kamar yang disewakan selalu bertambah," dia menambahkan.
Advertisement