Jakarta Puasa Ramadan tidak bisa dilepaskan dari adanya niat. Tanpa niat, puasa fardlu tidak sah dijalankan dalam pandangan Mazhab Syafi'i.
Beberapa ibadah memungkinkan untuk menggabungkan niat. Misalnya, niat puasa sunahdigabung dengan puasa qadha atau sholat sunah ba'diyah digabung dengan sholat Tahiyatul Masjid.
Tetapi, bagaimana jika niat puasa Ramadan dirangkap dengan puasa lainnya?
Advertisement
Dikutip dari NU Online, Imam An Nawawi dalam kitabnya Al Majmu' Syarh Al Muhadzdzabmenjelaskan hanya ada syariat puasa fardlu ketika Ramadan. Tidak boleh ada puasa lain di Bulan Suci ini.
"Menurut Asy Syafi'i dan murid-muridnya rahimahumullah mengatakan, bulan Ramadan hanya boleh untuk puasa Ramadan. Pada bulan ini tidak diperkenankan puasa selainnya. Baik itu bagi orang yang sedang di rumah atau dalam bepergian, orang sakit, orang yang mempunyai tanggungan puasa kaffarah, nazar, qadha, puasa sunah, atau puasa mutlak. Semuanya tidak sah. Baik puasa yang ia kehendaki maupun puasa Ramadannya itu sendiri justru juga tidak sah. Demikian redaksi tekstualnya sebagaimana yang diyakini oleh para murid Imam Syafi'i dari beberapa riwayat kecuali Imam Al Haramain.
Jika Imam Al Haramain, ia menjelaskan, apabila ada orang sudah memasuki waktu subuh pada salah satu hari Ramadan sedang ia belum niat. Kemudian dia niat melakukan puasa sunah (di pagi bulan Ramadan itu), menurut mayoritas ulama, tidak sah. Sedangkan menurut Abu Ishaq Al Marwazi, puasa sunahnya sah. Namun menurut Al Imam, hal ini dianalogikan adalah bagi orang yang sedang bepergian boleh melakukan puasa sunah. Meskipun begitu, yang sesuai dengan kaidah mazhab adalah pendapat yang pertama tadi, yaitu tidak sah."
Orang yang lupa tidak niat puasa Ramadan tetap berpuasa dengan niat pura-pura. Tetapi, puasanya sama sekali tidak diterima sehingga tetap harus mengqadhanya.
Sehingga, niat puasa puasa Ramadan khusus untuk Bulan Suci itu, tidak bisa digabung dengan puasa-puasa lainnya seperti qadha maupun puasa sunah.
Sumber: Dream.co.id