Liputan6.com, Cilacap - Tanpa ada angin tiada hujan, toba-tiba artis cilik, Farel Prayoga dikabarkan meninggal dunia. Sontak kabar inipun membuat warganet penasaran.
Mereka menyerbu akun yang terverifikasi milik pendendang dangdut kondang ini. Beberapa lainnya mencari tahu melalui internat dan membuat kata kunci Farel Prayoga Meninggal tren Google.
Advertisement
Belakangan, kabar itu dipastikan tak benar alias hoaks. Lantas, apa hukumnya bagi penyebar hoaks kematian seseorang?
Advertisement
Baca Juga
Kabar seseorang meninggal dunia memang acap kali terjadi, terlebih selebritis atau sosok orang terkenal. Misalnya, saat seseorang sudah jarang muncul di layar kaca, lantas berembus kabar hoaks bahwa dia telah meninggal dunia.
Ada beberapa alasan atau motif penyebaran hoaks. Dalam kasus hoaks kematian ini, bisa jadi karena hendak bikin sensasi, atau alasan lainnya, demi meningkatkan popularitas seseorang.
Terlepas dari itu, dalam tinjauan hukum Islam, hukum berbohong itu adalah haram. Karena haram, maka seseorang yang melakukan kebohongan berdosa.
Apalagi jika kabar itu berupa fitnah yang berat. Dalam tingkat tertentu, Fitnah disebut lebih kejam dari pembunuhan. “Fitnah itu lebih berat daripada pembunuhan," yang merupakan penggalan dari satu ayat panjang Surah Al-Baqarah Ayat 191:
وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقَاتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِۚ فَاِنْ قٰتَلُوْكُمْ فَاقْتُلُوْهُمْۗ كَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir. (QS Al-Baqarah:191).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Bahaya Kebohongan atau Hoaks
Ustadz Ibnu Sahroji atau Ustadz Gaes menulis di NU Online, Begitu bahayanya kebohongan ini sampai-sampai Allah menyamakan mereka yang suka berbohong dengan orang yang tak beriman.
Salah satunya ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 105:
إِنَّمَا يَفْتَرِى ٱلْكَذِبَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰذِبُونَ
Artinya: “Sungguh yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”.
Tidak sebatas itu saja, bahkan Sahabat Umar bin Khattab ra pernah menyatakan bahwa orang yang suka share tanpa konfirmasi atau tabayyun pun bisa dikatakan sebagai pembohong:
بِحَسْبِ الْمَرْءِ مِنَ الْكَذِبِ أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Artinya: “Cukuplah seseorang itu termasuk dalam pendusta, ketika dia menceritakan semua (berita) yang dia dengar.”
Pernyataan Sahabat Umar di atas selayaknya kita jadikan sebagai peringatan agar kita tidak sembarangan share berita apapun terutama jika itu terkait kematian. Terlebih jika kabar itu belum terferifikasi.
Alangkah lebih baik jika kabar itu diverifikasi terlebih dahulu, baru kemudian disebarkan. Dengan begitu, kita tak menjadi bagian dari penyebar hoaks dan tidak turut terkena imbas, baik hukum agama maupun hukum lainnya.
Advertisement
Hidup Mati di Tangan Allah SWT
Sebagaimana kita ketahui, kematian adalah hak mutlak milik Allah swt dan tidak ada sesiapapun yang tahu kapan seseorang akan meninggal dunia, dan menjadi hak prerogatif Allah dalam memutuskan perihal kematian seseorang:
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَٰتًا فَأَحْيَٰكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Artinya: “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”
Ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 28 di atas tegas menyatakan bahwa hidup dan mati kita semata-mata tergantung pada keputusan Allah swt. Jika kita mengabarkan kematian seseorang padahal itu tidak sesuai dengan kenyataannya, atau menyebarkan berita tersebut tanpa tabayyun terlebih dahulu, dikhawatirkan kita akan masuk pada perangkap “mendahului takdir Allah” yang sangat dilarang:
أَتَىٰٓ أَمْرُ ٱللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Artinya: “Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”.
Terlebih lagi, menyebarkan berita bohong tentang kematian seseorang tentunya akan sangat menyakitkan hati orang tersebut. Meskipun kemudian berita tersebut disusul dengan untaian doa agar tenang di alam kubur bagi yang bersangkutan, namun tetap saja hal tersebut menyakitkan.
Padahal kita sama-sama tahu bahwa kualitas keislaman seseorang akan dinilai baik jika muslim yang lain selamat dari ucapan lisan dan perbuatan tangannya. Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bis shawab.
Tim Rembulan