Lafal Sholawat Asyghil dan Artinya, Doa Saat Menghadapi Kondisi Genting

Sholawat asyghil diciptakan oleh cucu Rasulullah SAW yaitu Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, yang kala itu menghadapi tekanan Bani Umayyah dan dalam kondisi genting

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2023, 10:30 WIB
Ilustrasi doa, harapan, Islami
Ilustrasi doa, harapan, Islami.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sejarah, beberapa kali beberapa kali umat Islam menghadapi kondisi genting, baik saat zaman Rasulullah SAW, maupun para khalifah. Pun terjadi pada masa berikutnya.

Kondisi genting yang terjadi ini membuat umat Islam, terutama para saleh, begitu bergantung kepada Allah SWT. Allah-lah tempat para orang saleh bersandar, dengan memanjatkan doa.

Salah satu doa yang pada masa-masa berikutnya begitu populer adalah sholawat asyghil. Sebuah selawat atau puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW, sekaligus doa kepada Allah SWT agar terlindung dari orang-orang zalim.

Sholawat asyghil diciptakan oleh cucu Rasulullah SAW yaitu Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, yang kala itu menghadapi tekanan Bani Umayyah. Kekhalifahan yang menganut sistem kerajaan feodal dan sangat zalim kepada keruturunan Nabi dan pendukungnya.

Berikut ini adalah lafal sholawat asyghil lengkap arab latin dan artinya:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَشْغِلِ الظَّالِمِينَ بِالظَّالِمِينَ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَشْغِلِ الظَّالِمِينَ بِالظَّالِمِينَ

وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِينَ وَعلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِين

Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammadin, Wa Asyghili Dzalimin bi Dzalimin

Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammadin, Wa Asyghili Dzalimin bi Dzalimin

Wa Akhrij-na min Bainihim Saalimin, wa Ala Aalihi wa shahbihi Ajmain

Artinya: “Ya Allah, berikanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang dzalim agar mendapat kejahatan dari orang dzalim lainnya, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Dan berilanlah shalawat kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Karya Cucu Rasulullah SAW

Mengutip laman NU, munculnya Sholawat Asyghil berasal jauh pada masa akhir Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa tahun 41 — 133 H/ 661 — 750 M dan awal berdirinya Dinasti Bani Abbasiyyah. Pergantian tampuk kekuasaan menjadikan kehidupan politik, sosial bahkan keagamaan menjadi terguncang. Ketidakstabilan politik berimbas kekacauan di mana-mana.

Pencetus sholawat ini adalah adalah cucu Rasulullah SAW yaitu Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo suami dari Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah. Dia adalah cucu urutan kelima dalam silsilah garis keturunan Nabi Muhammad SAW.

Imam Jafar ini kemudian terkenal dengan Jafar Ash-Shadiq. Beliau merupakan induk sanad dari Abu Hanifah (pendiri Madzhab Hanafi) dan Imam Malik bin Anas (pendiri Madzhab Maliki). Sanad Imam Syafii merujuk pula kepada Imam Malik bin Anas.

Oleh karenanya, pencipta sholawat ini merupakan induk keilmuan yang legitimate dalam dunia Islam. Selain seorang cucu Rasulullah, Imam Jafar Ash-Shadiq juga orang yang sangat berilmu. Shalawat Asyghil dahulu tidak terlalu familiar dengan telinga orang-orang Islam di Nusantara, sampai beberapa waktu belakangan di populerkan dan di ijazahkan oleh ulama-ulama moderat.

Penelusuran tentang sholawat Asyghil ternyata tertulis dalam kitab Al-Kawakibul Mudhiah fi Ash-Shalati Ala Khairil Bariyyah atau dalam bahasa Indonesia bermakna “Gemintang Gemerlap dalam bershalawat kepada Sebaik-baiknya Kebaikan/ Rasulullah”.

Kitab ini merupakan karya tangan seorang Habib dari Tanah Tarim yaitu Habib Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Aqil bin Muhammad bin Abdullah bin Umar Al-Hinduan al-Baalawi. Pengarangnya lebih terkenal dengan nama Habib Ahmad bin Umar Al-Hinduan.

Habib yang tumbuh besar di Tarim Yaman, dan sering mengunjungi India untuk berdakwah di sana. Habib Ahmad bin Umar Al-Hinduan wafat pada tahun 1122 H dan di makamkan di Tarim Yaman. 

Diciptakan dalam Kondisi Genting

Karakteristik Shalawat Asyghil Shalawat Asyghil bermakna Shalawat untuk menyibukkan, atau mengalihkan. Kata (أَشْغِل) dalam bahasa Indonesia bermakna “Sibuk”. Maksud tujuannya adalah mengalihkan perhatian orang dzalim kepada orang-orang yang dzalim juga, jangan sampai menciderai orang-orang yang baik.

Nisbat Sholawat ini kepada salah satu wali besar yang merupakan ulama beken di zamannya Sayyidina al-Imam al-Habib Ahmad Bin Umar al-Hinduan Al-Baalawi. Shalawat ini sering dibaca oleh para Ulama nusantara dalam berbagai acara istighatsah (doa bersama) serta dibaca oleh masyarakat luas di berbagai masjid, mushala dan majelis-majelis taklim.

Dengan wasilah perantara sholawat ini, umat Muslim selain memohonkan sholawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya, shalawat ini bertujuan meminta kepada Allah agar umat Islam diselamatkan dari kejahatan orang-orang yang zalim.

Wasilah merupakan sebuah kebiasaan dari masa ulama-ulama terdahulu, para salafus shaleh untuk doa segera terkabul. Keadaan yang dihadapi oleh penulis Sholawat ini, Imam Jafar Ash-Shadiq, melatarbelakangi penggunaan kata (الظَّالِمِيْنَ بِالظَّالِمِيْنَ) karena beliau menjadi Incaran orang banyak.

Dzurriyah keturunan Rasulullah SAW memang memegang sebuah peran besar dalam sistem pemerintahan masa itu, oleh karenanya Imam Jafar Ash-Shadiq memohon pertolongan Allah melalui Sholawat Asyghil agar terlepas dari jeratan masalah politik yang pelik.

Beliau tidak ingin orang-orang yang baik atau masyarakat umum mendapat Imbas pertikaian politik para elit kerajaan. Dengan menggunakan redaksi (وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِينَ), diharapkan kekacauan segera berlalu dan menyelamatkan orang-orang baik dari kekacauan.

Ijazah Ulama Nusantara juga berkaitan dengan karakteristik kekacauan masa ini. Panasnya persaingan dalam politik menjadikan keterpecahan dalam masyarakat luas. Insya Allah dengan menggunakan wasilah perantara Shalawat Asyghil keterpecahan, kekacauan segera berlalu.

Sholawat Asyghil dalam Sejarah

Penciptaan shalawat Asyghil oleh Imam Jafar Ash-Shadiq menemukan momentum di kala kaum muslimin sedang dalam suasana genting. Imam Jafar Ash-Shadiq yang wafat 138 H, sendiri merupakan salah seorang tonggak keilmuan dan spiritualitas Islam di awal masa keemasan umat Islam.

Dalam pandangan Imam Jafar Ash-Shadiq, kekacauan politik jangan sampai mengganggu proses pelestarian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Saat itu, ilmu pengobatan, geografi, astronomi, kimia, sastra, mulai berkembang dan diminati. Sehingga di setiap Qunut, beliau berdoa menggunakan Shalawat Asyghil.

Selain dikenal sebagai Shalawat Asyghil, shalawat ini juga ada yang menyebutnya dengan nama Sholawat Dhalimin, Sholawat Salimin, Sholawat Sibuk.

Prof. K.H. Ali Yafie berpendapat dalam menjawab pertanyaan terkait sholawat Asyghil. Baginya, shalawat inilah yang digelorakan oleh ulama-ulama Sufi dunia Arab khususnya di Irak ketika negeri ini diserang oleh pasukan Mongol Hulagu Khan pada masa keruntuhan Dinasti Bani Abbasiyah pertengahan abad ke-13.

Dalam catatan sejarah menunjukan bahwa serangan tentara Mongol ke Irak menggunakan pasukan sebanyak 200 ribu pasuka pada tahun 1258 M. Khalifah Abbasiyah terakhir, Al-Mutasim dipenggal kepalanya dan runtuhlah dinasti Abbasiyah.

Istana yang dihancurkan, bangunan di Baghdad diratakan dengan tanah, seluruh warga kota dibunuh, kecuali beberapa orang saja yang selamat. Buku-buku yang ada di perpustakaan Baghdad itu dimusnahkan dan dibuang ke Sungai Tigris atau sungai Dajlah, hingga konon air sungai berwarna hitam oleh tintanya.

Secara garis besar Asia Tengah dikuasai Mongol dan tentara Islam sirna. Keadaan kacau tersebut mendorong kaum Tassawuf bangkit untuk berjuang. Orang-orang Sufi ini mengorganisir kelompok-kelompok gerilyawan dan bersama Pasukan Kerajaan Mamluk dari Mesir, hingga berhasil membendung perluasan kekuasaan Pasukan Mongol.

Mereka berhasil mengalahkan pasukan Mongol dalam pertempuran dahsyat yang dikenal sebagai Pertempuran Ain Jalut di Palestina pada 3 September 1260. Dinasti Ilkhan didirikan oeh Hulagu Khan setelah menghancurkan kekhalifahan Islam.

Akan tetapi pada masa cucunya, Ahmad Teguder, yang menjadi raja ke-3 dinasti tersebut, ia justru memeluk Islam meski hanya berkuasa selama dua tahun (1282-1284). Pada era dinasti Ilkhan Raja ke-7 yaitu Ghazan (1295-1304), beliau memeluk Islam menjadi Mahmud Ghazan, Islam mulai bangkit kembali.

Posisi umat Islam mendapat ruang dakwah, dan peradaban Islam dikembangkan lagi. Perjuangan para kaum Sufi dengan senjata Spiritual Sholawat Asyghil bisa menjadi contoh bagi kita bahwa Sholawat memiliki andil besar dalam membantu perjuangan. Sholawat mempunyai banyak kemuliaan dan keutamaan untuk kebaikan manusia.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya