Liputan6.com, Jakarta - Kamis malam (30/11/23), suasana Perumahan Griya Utama 2 meriah oleh nyala puluhan obor dan bendera Palestina.
Memakai pakaian serba putih, obor itu dibawa emak-emak dan anak-anaknya keliling kompleks yang terletak di Kelurahan Mlajah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, sambil membaca sholawat burdah.
Advertisement
Baca Juga
Pembacaan burdah keliling ini berakhir di musala kompleks. Acara kemudian dilanjut dengan pembacaan yasin, tahlil dan doa bersama untuk Palestina yang sedang dirundung perang melawan Israel.
Perang Israel dan Palestina telah berlangsung selama 53 hari itu telah menewaskan 15 ribu warga Palestina di Jalur Gaza, dan merenggut nyawa 1.232 warga Israel. Jumlah korban luka kedua belah pihak sebanyak 58 ribu orang lebih.
Koordinator Burdah Keliling, Muhammad Tikno Mulyono mengatakan tingginya korban sipil di pihak Palestina, di mana sekitar 3.000 di antaranya adalah anak-anak, telah membuat masyarakat perihatin sehingga digelarlah burdah keliling tersebut.
"Inilah cara kami bersimpati atas tragedi kemanusiaan di Palestina. Semoga para korban mati syahid dan mendapat tempat mulia di surga," kata dia.
Simak Video Pilihan Ini:
Tentang Sholawat Burdah
Sholawat Burdah yang dibaca warga Perumahan Griya Utama itu adalah istilah lokal untuk menyebut kitab al-Kawâkibud Duriyyah fî Madhi Khairil Bariyyah.
Kitab ini dikarang oleh ulama dan sastrawan Mesir, Imam Al Bushiri yang hingga kini menjadi salah satu sholawat paling populer di Indonesia karena sering dibaca oleh masyarakat.
Konon, seperti termaktub dalam pengantar Kitab ini, diceritakan bahwa penulisan Qasidah Burdah bermula ketika Imam al-Bushiri menderita sakit yang membuatnya lumpuh.
Di saat ia tidak lagi bisa beraktifitas dan hanya berdiam diri saja, Imam Al Bushiri kemudian mengisi waktu dengan menulis syair dan pujian kepada sosok Nabi Muhammad berharap mendapat syafaatnya.
Saat menulis pujian itulah, ia mengalami satu momen tertidur dan kemudian bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad. Dalam mimpinya itu, Nabi Nuhammad mengelus tubuh Imam Al Bushiri.
Ketika terbangun, Imam Al Bushiri telah sembuh dari sakitnya. Ia tak lagi lumpuh dan bisa beraktivitas seperti sediakala. Setelah kesembuhannya itu, banyak orang mendatangi Imam Al Bushiri dan meminta qosidah burdah tersebut untuk diamalkan.
Sejak saat ini, qosidah ini sering dijadikan wasilah atau perantara agar terhindar atau disembuhkan dari suatu penyakit.
Menurut Imam al-Baijuri, seperti dikutip dari NU Online, yang dimaksud wasilah, bukan berarti memohon keselamatan dan kesehatan dengan lafal-lafal yang ada dalam Qasidah Burdah dan menganggapnya memiliki otoritas untuk menyembuhkan penyakit, namun murni bertawassul kepada Rasulullah saw dengan perantara Qasidah tersebut.
Advertisement