Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Isra Mi’raj tahun ini jatuh pada Senin, 27 Januari 2025 atau 27 Rajab 1446 H. Perhitungan ini merujuk pada kalender Hijriah yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia.
Isra Mi’raj adalah peristiwa besar yang pernah terjadi dalam sejarah Islam. Yakni perjalanan Nabi Muhammad SAW yang ditempuh dalam satu malam dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina), lalu naik ke Sidratul Muntaha.
Peristiwa Isra Mi’raj melahirkan perintah sholat lima waktu untuk umat Nabi Muhammad SAW. Sampai hari ini perintah tersebut masih menjadi kewajiban yang harus dikerjakan oleh muslim setiap harinya.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Selain mengingat kembali peristiwa Isra Mi’raj, tanggal 27 Rajab 1446 juga dapat dimanfaatkan untuk puasa. Puasa 27 Rajab di hari Isra Mi’raj ini dapat dikerjakan merujuk pada hadis tentang anjuran berpuasa di bulan-bulan haram, termasuk Rajab.
.صوم يوم من شهر حرام أفضل من ثلاثين من غيره وصوم يوم من رمضان أفضل من ثلاثين من شهر حرام
Artinya: “Satu hari berpuasa pada bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), lebih utama dibanding berpuasa 30 hari pada bulan selainnya. Satu hari berpuasa pada bulan Ramadhan, lebih utama dibanding 30 hari berpuasa pada bulan haram.” (Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin via NU Online)
Saksikan Video Pilihan Ini:
Hadis Puasa 27 Rajab
Terdapat hadis yang menyebutkan secara khusus untuk berpuasa pada 27 Rajab. Riwayatnya disebut dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ مِنْ رَجَبِ كَتَبَ اللهُ لَهُ صِيَامَ سِتِّينَ شَهْرًا، وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي هَبَطَ فِيهِ جِبْرَائِيلُ عَلَى مُحَمَّدٍ بِالرِّسَالَةِ.
Artinya: "Barangsiapa yang berpuasa pada hari ketujuh dan dua puluh bulan Rajab, maka Allah akan mencatat puasanya selama enam puluh bulan. Dan, itu adalah hari di mana Jibril turun kepada Muhammad dengan risalah."
Menukil NU Online Jombang, Ibnu Hajar al-Asqallani dalam kitab Tabyinul 'Ajab Bima Warada fi Fadli Rajab, halaman 45, menyatakan bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tersebut, sanadnya lemah (dhaif). Hal ini dikarenakan terdapat perawi bernama Muhammad bin Ja'far al-Madani, yang dinilai sebagai perawi yang lemah oleh para ulama hadits.
Meski demikian, Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar, mengatakan bahwa hadis dhaif tetap bisa diamalkan dalam rangka keutamaan amalan (fadhailul a'mal), selama hadits tersebut tidak palsu. Hal ini dikarenakan hadits dhaif masih memiliki kemungkinan shahih, dan dapat memberikan motivasi kepada umat Islam untuk beribadah dan menjauhi dosa. Imam Nawawi berkata:
العلماءُ من المحدّثين والفقهاء وغيرهم: يجوز ويُستحبُّ العمل في الفضائل والترغيب والترهيب بالحديث الضعيف، ما لم يكن موضوعًا
Artinya: "Para ulama dari kalangan ahli hadits, ahli fikih, dan lainnya berpendapat bahwa boleh dan dianjurkan untuk mengamalkan hadits lemah dalam hal keutamaan (fadhail), motivasi (targhib), dan ancaman (tarhib), selama hadits tersebut tidak maudhu' (palsu)."
Kesimpulannya, puasa 27 Rajab diperbolehkan, terlebih pada tahun ini bertepatan hari Senin, termasuk waktu yang diutamakan untuk berpuasa sunnah.
Advertisement
Niat dan Tata Cara Puasa Sunnah di Bulan Rajab
Waktu niat puasa 27 Rajab adalah pada malam hari, yakni sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Berikut lafal niat puasa 27 Rajab.
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Rajaba sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat puasa Rajab, sunnah karena Allah ta‘âlâ.”
Sebagaimana puasa sunnah pada umumnya, jika lupa membaca niat puasa Rajab pada malam hari, maka boleh niatnya siang hari, yakni dari pagi hari sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu dzuhur). Dengan catatan, belum makan ataupun minum apa-apa sejak terbit fajar hingga waktu niat dilakukan.
Berikut adalah lafal niat puasa 27 Rajab ketika siang hari.
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri rajaba lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Rajab hari ini, sunnah karena Allah ta’âlâ.”
Mengingat 27 Rajab tepat pada hari Senin, maka muslim dapat niat puasanya menggunakan puasa Senin. Berikut lafal Arab dan artinya.
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma yaumil itsnaini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah hari Senin karena Allah ta‘âlâ."
Tata Cara Puasa 27 Rajab
Setelah niat, berikut tata cara puasa 27 Rajab yang dapat dilakukan.
1. Makan Sahur
Makan sahur lebih utama menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.
2. Melaksanakan Puasa
Selama berpuasa harus menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa seperti makan, minum, berhubungan suami-istri, dan sebagainya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Selama berpuasa juga menjaga dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa.
3. Berbuka Puasa
Segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib. Berikut dua versi doa saat buka puasa.
1). Doa buka puasa Rasulullah SAW dari Sahabat Mu’adz bin Zuhrah yang diriwayatkan Abu Daud.
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allahumma laka shumtu wa 'ala rizqika afthartu.
Artinya: “Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka.” (HR. Abu Daud)
2). Doa Rasulullah SAW saat berbuka puasa dari Abdullah bin ‘Umar yang diriwayatkan Abu Daud.
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ
Dzahabadzh dzhama-u wabtallatil-'uruqu wa tsabatal-ajru insyaa-Allah.
Artinya: “Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala tetap, insyaallah.” (HR. Abu Daud).
Jika niatnya baru dilakukan pada pagi hari, maka langsung melaksanakan puasa tanpa sahur. Lalu berbuka jika sudah memasuki waktu Maghrib.
Wallahu a’lam.
Advertisement