Liputan6.com, Jakarta - Kebahagiaan sejati sering menjadi pertanyaan besar dalam kehidupan. Banyak yang mengira kebahagiaan identik dengan materi, jabatan, atau kemewahan. Namun, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan perspektif berbeda dalam salah satu ceramahnya.
Menurut UAH, kebahagiaan sejati tidak terletak pada hal-hal duniawi. Ia menegaskan bahwa syarat pertama untuk bahagia adalah takwa kepada Allah SWT.
Advertisement
UAH dalam sebuah ceramah yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @muftihabd43Â mengutip firman Allah di Surah Al-Baqarah ayat 189.
Advertisement
"Allah berfirman, wattaqullâha la‘allakum tuflihun. Tingkatkan takwamu kepada Allah supaya engkau cepat bahagia," ungkapnya.
UAH kemudian menceritakan kisah inspiratif dari sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Bilal bin Rabah. Ia menyoroti bagaimana Bilal menjalani hidup dengan sederhana tetapi penuh kebahagiaan.
"Bilal itu uangnya lebih sedikit dibandingkan dengan Sayyidina Utsman bin Affan, tapi hidupnya bahagia. Bayangkan, tugasnya hanya mengumandangkan adzan, tetapi hatinya penuh ketenangan," jelas UAH.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Bilal yang Justru Sembunyi ketika Ditawari Jabatan Hakim Agung
Ia juga menceritakan kisah lain tentang Bilal pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW. Saat itu, Bilal ditawari untuk menjadi hakim agung dengan imbalan harta, jabatan, dan kemewahan.
Namun, Bilal memilih untuk menolak tawaran tersebut. "Bilal bahkan bersembunyi supaya tidak menjadi hakim agung. Ia lebih memilih mempertahankan sanad adzannya yang langsung diajarkan Nabi," tambah UAH.
Kisah ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu sejalan dengan harta atau kedudukan. Menurut UAH, kemewahan bisa jadi menambah beban hidup, sementara takwa justru membawa kedamaian.
"Ketakwaan itu pasti menjamin kebahagiaan. Jika seseorang memiliki takwa, kebahagiaan akan mengikuti dengan sendirinya," tuturnya.
Ia mengingatkan umat Islam untuk lebih fokus meningkatkan ketakwaan daripada mengejar hal-hal duniawi yang sifatnya sementara.
"Harta, jabatan, dan kemewahan mungkin bisa mendatangkan kesenangan sementara, tetapi tidak menjamin kebahagiaan abadi," tegasnya.
UAH juga menekankan bahwa keberkahan dalam hidup berasal dari kedekatan dengan Allah. Dengan takwa, segala urusan dunia akan terasa lebih ringan dan membawa kebahagiaan.
Ia memberikan contoh bagaimana Bilal tetap bahagia meski hidup sederhana. Hal ini, kata UAH, karena Bilal memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Allah.
Â
Advertisement
Cara Ukur Kebahagiaan
Menurut UAH, setiap Muslim bisa mencapai kebahagiaan seperti Bilal jika mampu meningkatkan ketakwaan dan memperkuat ibadah.
"Jangan ukur kebahagiaan dari materi. Ukur dari seberapa dekat kita dengan Allah," ujarnya.
Selain itu, UAH mengajak umat Islam untuk menjadikan Bilal sebagai teladan dalam menjalani kehidupan. Kesederhanaan dan ketakwaan Bilal adalah contoh nyata kebahagiaan yang sejati.
"Bilal menunjukkan kepada kita bahwa ketakwaan lebih berharga daripada harta atau jabatan apa pun," katanya.
UAH menutup ceramahnya dengan mengingatkan pentingnya membangun kehidupan yang berlandaskan takwa. Dengan begitu, kebahagiaan dunia dan akhirat dapat diraih.
Pesan ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk lebih memprioritaskan hubungan dengan Allah daripada hal-hal duniawi.
Melalui kisah Bilal bin Rabah, UAH ingin menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa diraih melalui kedekatan dengan Allah dan meningkatkan ketakwaan.
Kisah ini diharapkan dapat menginspirasi umat Islam untuk terus memperbaiki diri dan menjalani hidup dengan penuh keimanan.
Takwa, kata UAH, bukan hanya kunci kebahagiaan, tetapi juga jalan untuk mendapatkan berkah dalam segala aspek kehidupan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul