Liputan6.com, Jakarta - Jelang Ramadan, sebuah kolaborasi istimewa menghadirkan koleksi womenswear dan menswear yang menghadirkan keindahan wastra tenun dengan estetika modestwear dalam eksplorasi kreatif bertajuk Cita Raya: Hikayat.
Dalam khasanah Melayu, "hikayat" merujuk pada kisah yang sarat makna, baik historis, keagamaan, maupun biografis. Nama ini menjadi refleksi dari dua perjalanan besar yang melandasi kolaborasi ini, perkembangan modestwear sebagai ekspresi gaya dalam Islam dan tenun sebagai bagian dari warisan budaya Nusantara. Seperti hikayat yang terus diwariskan, kedua elemen ini juga membawa cerita dan nilai bagi masyarakat.
Baca Juga
Sebagai ruang kreatif yang mewadahi inisiatif ini, Lomma melalui Lomma Experience menggandeng Cita Tenun Indonesia (CTI) mengajak empat jenama mode progresif yakni IKYK, RiaMiranda Signature, Artkea, serta Kami untuk mengeksplorasi tenun.
Advertisement
“Kolaborasi ini merupakan titik temu antara modestwear dengan tenun yang masih belum banyak dieksplorasi," ujar Dita Konar, Founder Lomma, di Jakarta, Senin (24/2).
Sebanyak 52 koleksi womenswear dan menswear yang ditampilkan dalam peragaan busana eksklusif di St Regis Hotel, Jakarta pada 25 Februari 2025, menghadirkan ragam tenun yang dipadukan dengan material katun serta linen.
Selain itu, teknik bordir dan patchwork memberikan detail dinamis yang tetap breathable, memastikan kenyamanan bagi pemakainya. Koleksi modestwear ini dirancang untuk fleksibel dalam gaya--dapat dikenakan sebagai item tunggal yang menjadi fashion statement atau dikombinasikan dengan layering untuk tampilan yang lebih kaya.
Modestwear dengan Sentuhan Tenun Nusantara
Lebih dari sekadar estetika, koleksi terkini dari empat jenama fashion ini juga menjadi bagian dari upaya pelestarian wastra Nusantara. Kain tenun yang digunakan berasal dari para perajin lokal binaan Cita Tenun Indonesia (CTI), dengan teknik dan motif khas dari berbagai daerah seperti Kalimantan Barat, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.
“Interpretasi unik para label mode menunjukkan fleksibilitas kain tenun dalam medium desain yang kekinian. Cita Tenun Indonesia sangat mengapresiasi partisipasi para desainer modestwear dalam mengeksplorasi estetika tenun. Kami percaya kolaborasi seperti ini perlu lebih banyak diselenggarakan demi melestarikan tenun sebagai identitas bangsa, dan merawat relevansi tenun dengan perkembangan tren mode,” ujar Sjamsidar Isa, Pengurus Cita Tenun Indonesia Bidang Pengendali Mutu.
Advertisement
Upaya Lestarikan Warisan dalam Langkah yang Berkelanjutan
Cita Raya: Hikayat juga menjadi sebuah langkah dalam praktik slow fashion dan keberlanjutan. Koleksi ini tersedia dalam jumlah terbatas, sejalan dengan prinsip produksi yang menghargai nilai craftsmanship. Tidak menutup kemungkinan, ke depannya para brand akan memproduksi lebih banyak seiring dengan meningkatnya apresiasi terhadap tenun dalam modestwear.
Dengan semangat ini, Lomma dan Cita Tenun Indonesia berharap kain tenun tidak hanya dikagumi sebagai warisan budaya, tetapi juga menjadi bagian dari keseharian yang modern dan dinamis—menenun kembali cerita lama ke dalam gaya hidup masa kini.
