Unik, Biro Jodoh Ini Wajibkan Peserta Pakai Masker Kala Kencan

Def Anniversary, biro jodoh yang sangat populer di Jepang, mulai menggunakan masker wajah untuk melakukan konkatsu, atau perjodohan.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 08 Nov 2016, 20:15 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2016, 20:15 WIB
Biro Jodoh Masker
Biro jodoh ini haruskan pesertanya memakai masker wajah (foto : odditycentral.com)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu biro jodoh di Tokyo membuat sebuah terobosan baru untuk membuat para pemuda pemudi Jepang yang malu, dapat berinteraksi dengan lawan jenisnya tanpa melihat wajah. Untuk itu, mereka menyediakan masker yang menutupi sebagian wajah untuk menolong para 'jomblowan' dan 'jomblowati' ini dapat berbicara dengan lebih bebas.

Seperti yang dirilis oleh Odditycentral.com, Selasa (8/11/2016), masker wajah yang biasa digunakan untuk medis ini sudah menjadi sebuah kebudayaan di Jepang selama bertahun-tahun lamanya. Beberapa orang menggunakanya untuk menghindari penyakit, alergi, dan digunakan pula untuk menghangatkan wajah mereka. Tapi, orang-orang di Def Anniversary, biro jodoh yang sangat populer di Jepang, mulai menggunakan masker wajah untuk melakukan konkatsu, atau perjodohan untuk pernikahan.

“Untuk mencapai jenjang pernikahan, sangatlah penting memberikan kesempatan untuk mengetahui kepribadian calon pasangan pada tahap awal pertemuan. Untuk tujuan penting itu, kami menggunakan masker wajah.” ungkap Kei Matsumara, Ketua Biro Jodoh Def Anniversary.

Cara perjodohannya cukup mudah, para calon diharuskan menggunakan masker dan bertemu satu sama lainnya pada rentang waktu tertentu. Pada pertemuan tersebut, mereka diharuskan menggali kepribadian calon pasangan dan mengabaikan paras wajah, sehingga lebih menghargai karakter yang dimiliki lawan jenis. Selain itu, pemakaian masker dapat mendorong orang-orang pemalu agar lebih berbicara banyak dengan lawan jenis.

Hal ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat pernikahan di Jepang. Karena saat ini, populasi di negara matahari terbit ini terus menurun akibat tidak ada waktu untuk pacaran atau bermesraan. Hal ini sejalan dengan kebiasaan masyarakat Jepang yang bekerja terlalu keras dan senang mengambil lembur di luar jam kerja agar kondisi keuangan mereka tetap baik.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya