Lagi di Yogyakarta? Yuk, Coba Tradisi Jemparingan

Jemparingan merupakan tradisi panahan kuno Mataram yang perlu dilestarikan sehingga menjadi daya tarik wisata.

oleh Yanuar H diperbarui 08 Feb 2018, 10:30 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2018, 10:30 WIB
20160915- Lomba Panah Khas Kerajaan Mataram- Boy Harjanto
Sejumlah abdi dalem mengikuti lomba panahan tradisional gaya Mataram di Komplek Kraton Kesultanan Yogyakarta, Kamis (15/9). Lomba di selenggarakan oleh pengurus Jemparingan Gendhewa Mataraman dengan hadiah medali emas. (Liputan6.com/ Boy Harjanto)

Liputan6.com, Yogyakarta Jemparingan atau tradisi panahan kuno asal bumi Mataram menjadi ikon khusus di Yogyakarta. Bahkan saat ini di Yogyakarta mempunyai banyak komunitas panahan kuno Mataraman ini.

Tapi, bagi wisatawan bisa menjajal tradisi ini untuk mengetahui sensasinya. Sebab saat jeda lomba Jemparingan dalam peringatan "212 Tahun Hadeging Kadipaten Pakualaman" atau berdirinya Kadipaten Pakualaman, Daerah Istimewa Yogyakarta, wisatawan diperkenankan mencoba panahan kuno ini.

"Tanggal 11 Februari 2018 kalau wisatawan yang datang ke Jogja mau coba silahkan dari jam 12 sampai jam 1, satu jam saja," ujar Nindyowinoto Koordinator Lomba Jemparingan Pakulaman cup beberapa waktu lalu.

Saat acara lomba Jemparingan Pakualaman Cup kedua ini pada 11 Februari 2018 memang diberikan waktu khusus bagi wisatawan untuk mencoba. Hal ini agar wisatawan dapat mengenal budaya dari Yogyakarta ini.

"Ini tujuannya untuk mengenalkan pada wisatawan," katanya.

Sesuai dengan tradisi Jemparingan, setiap orang yang akan melakukan Jemparingan harus menggunakan pakaian Jawa. Namun panitia akan menyediakan pakaian tersebut khusus buat para wisatawan yang tertarik ikut memanah ala orang Jawa.

"Akan kita sediakan baju pranakan dan jariknya biar pengenalan wisata juga. Kita sediakan kok," katanya.

 

Tradisi Jemparingan

Jemparingan
Jemparingan merupakan tradisi memanah kuno yang sudah ada sejak zaman Mataram. Foto: Yanuar H/ Liputan6.com.

Tradisi ini berkembang di Kraton Ngyaogyakarto Hadiningrat dan Puro Pakaualaman dengan pola yang sama. Setiap pemanah harus dalam posisi duduk bersila saat memanah target.

"Kraton dan puro sama saja. Kalo Perpani kan sasarannya berbentuk bunderan kalo gaya mataram itu bandul atau lontong kita sebutnya," ujarnya.

Ia menjelaskan untuk menghitung nilai dalam panahan ini juga ada aturannya. Mulai dari nilai satu hingga tiga jika mengenai bandul putih dengan warna merah diatasnya atau warna putih.

"Biasanya dengan jarak 30-35 meter, kalo manahnya bisa pakai mata kanan atau kiri sasarannya bandul itu dan belakangnya matras biasanya," katanya.

Nindyowinoto mengatakan untuk jemparingan akan digelar 11 Februari di Stadion Kridosono Yogyakarta ini menargetkan peserta sampai 400 peserta. Kategori lomba mulai dari kategori Umum dan pelajar SD - SMP.

"Ini piala yang kedua memperebutkan trophy bergilir KGPAA Paku Alam. Ini untuk mengenalkan dan melstarikan budaya," ujarnya.

 

Peringatan Hadeging Kadipaten Pakualam

Jemparingan
Jemparingan sendiri punya aturan, pemanah harus mengenai bandul putih dengan warna merah di atasnya yang digantung dengan tali sebagai sasaran tembaknya. Foto: Yanuar H/ Liputan6.com.

Peringatan "212 Tahun Hadeging Kadipaten Pakualaman" atau berdirinya Kadipaten Pakualaman, Daerah Istimewa Yogyakarta digelar mulai 24 Februari-24 Juni 2018. Selain Jemparingan juga ada loma dolanan anak mulai 3 hingga 4 Februari 2018 di pendopo Kepatihan. Pada tahun sebelumnya lomba ini diikuti oleh guru yang mengajarkan dolanan, tahun ini yang mengkuti lomba adalah anak anak.

"Ada lomba kelereng, gangsingan dll. Akan diambil tiga pemenang saat ini sudah ada 15 yang daftar," kata Anggoro Budiman Koordinator Lomba dolanan anak.

Selain dolanan anak ada lomba Macapat, Tari klasik, Grand Prix pelukis pelajar, Lomba mewarnai motif batik, Lomba Jemparingan, Jogja Gowes Heritage dan Pacuan kuda Pakualaman. Acara ini akan dibuka dengan serangkaian acara adat "wilujengan" atau selamatan dan "nyekar sowan" atau ziarah dilakukan di tempat peristirahatan KGPAA Paku Alam (PA) I hingga IV di Hastana Kotagedhe dan Makam Giri Gondo mulai 24 hingga 25 Januari 2018.

" Acara ini menyesuaikan mandat Paku Alam X sebagai pengemban kebudayaan. Tujuannya mengenalkan dan melestarikan budaya Kadipaten Pakualaman yang turun temurun melalui lomba seperti dolanan anak dan lain lain," kata Ketua Panitia Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Indrokusumo

Ia melanjutkan lomba pertama sudah dilaksanakan 26-27 Januari 2018 di Tratag Bangsal Sewatama Puro Pakualaman adalah Sayembara Macapat Paku Alam Cup VI. Lomba ini memperebutkan Trophy Bergilir KGPAA Paku Alam itu akan diikuti peserta kategori pelajar (SD-SMP), abdi dalem, dan umum.

"Tembang-tembang yang dilombakan diambil dari naskah-naskah kuno Pura Pakualaman," kata Indro. Budyo Reksoko salah satu panitia mengatakan untuk lomba tari klasik ada dua tari yang dilombakan pada 10-11 Februari 2018. Untuk anak usia SD lomba tari yang dilombakan tari kraton Ngayogyakarto, sementara untuk anak usia SMP tarian khas Puro Pakualaman.

"SMP itu gagrag Puro Pakualaman. Ini pertama kali makanya nanti kita ada 8 kali latihan gratis di Puro Pakualaman agar tahu gagrag bahwa kita punya. Beksan Pakualaman itu Bedoyo Endo endol," katanya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya