Liputan6.com, Jakarta - Posisi LVMH atau LV telah digeser oleh Hermes. Hermès telah mengambil alih posisi LV sebagai perusahaan barang mewah termahal di dunia. Penurunan ini menjadi perhatian utama para investor dan analis industri, yang mulai mempertimbangkan masa depan kedua raksasa barang mewah ini.
Dilansir dari CNN, Selasa, 15 April 2025, LVMH mengalami penurunan yang cukup tajam, terutama pada segmen anggur dan minuman beralkohol yang tercatat turun hingga 9 persen. Segmen ini merupakan salah satu pilar utama bagi LVMH, dan penurunan yang signifikan ini menunjukkan adanya tantangan besar yang harus dihadapi.
Baca Juga
LVMH yang menaungi sejumlah brand ternama seperti Louis Vuitton, Dior, perhiasan Tiffany & Co., dan jaringan kecantikan Sephora, melaporkan penjualan kuartal pertama yang meleset dari ekspektasi. Penurunan pembelian produk kecantikan dan cognac oleh konsumen AS serta lemahnya penjualan di China menjadi penyebab utama kinerja buruk tersebut.
Advertisement
Saham LVMH anjlok 7 persen, sehingga kapitalisasi pasarnya turun menjadi 246 miliar euro. Sementara itu, Hermès dengan kapitalisasi pasar 247 miliar euro, berhasil merebut singgasana LVMH.
LVMH menyebut permintaan untuk minuman keras seperti cognac melemah, khususnya di Amerika Serikat dan China. Kedua pasar utama LVMH itu kini terdampak ketegangan geopolitik dan kebijakan tarif perdagangan. Divisi fesyen dan barang kulit, yang menyumbang 78 persen laba pada tahun 2024, juga turun 5 persen. Sementara penjualan jam tangan tercatat stagnan.
Hermès justru menunjukkan performa yang berlawanan. Saham perusahaan ini mengalami kenaikan tipis, yang mendorong kapitalisasi pasar Hermès melampaui LVMH.
Meski sebelumnya Hermès dianggap sebagai merek mewah kedua termahal di dunia, laporan terbaru menunjukkan bahwa mereka kini menduduki posisi teratas. Keberhasilan ini tidak lepas dari strategi bisnis yang kuat serta kekuatan merek yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
Tanda-Tanda Kejayaan Hermes
Kesuksesan Hermès dalam mengatasi tantangan di industri barang mewah menunjukkan betapa pentingnya strategi bisnis yang tepat. Brand ini dikenal dengan produk-produk berkualitas tinggi dan eksklusif, yang bukan hanya menarik bagi konsumen kaya tetapi juga mampu menciptakan loyalitas yang kuat. Hermès telah berhasil mempertahankan citra merek yang kuat meskipun kondisi pasar yang tidak menentu.
Tanda-tanda kejayaan Hermes sudah terlihat sejak awal tahun ini. Pada Februari lalu, Hermès melaporkan hasil kuartal keempat yang lebih baik dari perkiraan. Kabar tersebut mendorong saham Hermes ke rekor tertinggi.
Melansir kanal Bisnis Liputan6.com, 15 Februari 2025, perusahaan barang mewah asal Prancis ini mencatat penjualan sebesar 3,96 miliar euro (USD 4,16 miliar) dalam tiga bulan terakhir pada 2024. Capaian itu naik hampir 18 persen dan melampaui perkiraan analis sebesar 3,69 miliar euro.
Pendapatan tahunan Hermès meningkat hampir 15 persen menjadi 15,2 miliar euro. Perusahaan ini terkenal dengan tas Birkin, yang harganya bisa mencapai puluhan ribu dolar.
"Pada 2024, dalam situasi ekonomi dan geopolitik yang lebih tidak pasti, hasil yang kuat ini menunjukkan kekuatan model bisnis Hermès dan kelincahan tim kami," ujar Ketua Eksekutif Hermès, Axel Dumas dikutip dari Business Insider, Sabtu , 15 Februari 2025.
Advertisement
Nilai Pasar Hermes dan LVMH
Saham Hermès naik hingga 4,2 persen di Paris pada hari Jumat, mendorong nilai pasar perusahaan melewati 300 miliar euro untuk pertama kalinya. Sepanjang tahun ini, sahamnya telah melonjak 23 persen, dan meningkat sekitar 300 persen dalam lima tahun terakhir.
Nilai pasar Hermès kini semakin mendekati LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton, meskipun penjualannya hanya sekitar seperlima dari pemilik merek Christian Dior dan Givenchy itu. Saat itu, LVMH bernilai sekitar 358 miliar euro setelah sahamnya turun 10 persen dalam 12 bulan terakhir, meskipun telah naik hampir 13 persen tahun ini. Hermès mengatakan telah menaikkan harga produknya sebesar 6 persen hingga 7 persen tahun ini.
Kinerja kuat Hermès ini terjadi di tengah tantangan yang dihadapi merek-merek mewah lain akibat penurunan belanja kelas atas. Pemilik Gucci, Kering, melaporkan penurunan penjualan sebesar 12 persen. Sementara merek mewah Inggris Burberry mengumumkan rencana pemulihan pada bulan November untuk meningkatkan pendapatannya.
Analis UBS menulis dalam catatan kepada klien bahwa Hermès menutup tahun dengan sangat baik, mengkonfirmasi keunggulan model bisnisnya serta tren yang lebih baik di industri pada kuartal keempat.
"Pertumbuhan Hermès sehat di semua lini, dengan percepatan di hampir semua kategori dan wilayah, terutama di Amerika dan Asia-Pasifik (di luar Jepang)," ulas UBS. UBS memberi peringkat “beli” untuk saham Hermès. Perusahaan juga mengumumkan dividen khusus sebesar 10 euro per saham.
Hermes di Indonesia
Hermès adalah rumah mode mewah asal Prancis yang didirikan pada tahun 1837 oleh Thierry Hermès di Paris. Awalnya, perusahaan ini berfokus pada pembuatan perlengkapan berkuda berkualitas tinggi, seperti pelana dan tali kekang untuk kalangan aristokrat Eropa.
Seiring waktu, Hermès mulai memperluas lini produknya ke tas kulit, aksesori, pakaian, parfum, hingga perhiasan. Salah satu produk ikoniknya adalah tas Birkin, yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984 setelah pertemuan antara CEO Hermès saat itu, Jean-Louis Dumas, dengan aktris Inggris Jane Birkin.
Selain Birkin, produk terkenal lainnya termasuk tas Kelly, sandal Oran, selendang sutra (silk scarf), serta berbagai produk berbahan kulit berkualitas tinggi yang dibuat dengan teknik kerajinan tangan tradisional.
Hermès pertama kali masuk ke pasar Indonesia pada 2000-an melalui distributor lokal sebelum akhirnya membuka butik resminya di Jakarta. Saat ini, Hermès memiliki beberapa butik eksklusif di Indonesia, di antaranya di Plaza Indonesia, Jakarta – butik utama Hermès di Indonesia. Lalu juga ada di Pacific Place, Jakarta, butik kedua yang menawarkan koleksi lengkap, termasuk tas, aksesori, dan pakaian.
Advertisement
