Liputan6.com, Jakarta - Menghargai jasa para pahlawan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya ikut serta melestarikan jamu. Di Indonesia, jamu tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat. Minuman yang berfungsi sebagai obat tradisional tersebut umumnya terbuat dari rempah-rempah Nusantara.
"Karena jamu itu berasal dari rempah yang mengalami proses perjuangan yang panjang pada zaman dahulu. Jadi, saya punya pemikiran kita itu harus mengenal, memiliki, dan melestarikan jamu," ujar pemilik Warisan 1983, Aaliyah Nuur Ainii.
Usaha jamu Warisan 1983 mulanya dijalankan oleh kakek Aaliyah, Suminto, meskipun tahun berjalannya tidak diketahui. Pada 1983, barulah ibu Aaliyah, Narmi, melanjutkan perjuangan kakek untuk menjajakan jamu. Tahun tersebutlah yang menjadi inspirasi Aaliyah dalam menamai produknya.
Advertisement
Baca Juga
Seperti penjual jamu kebanyakan, Narmi pun menjual jamunya dengan digendong, cara tradisional yang menjadi ciri khas dari pedagang jamu di Indonesia. Namun, setelah usahanya dipegang oleh Aaliyah pada 2019, ia mencoba untuk memperkenalkan jamu dengan kemasan yang lebih menarik.
Menurut Aaliyah, konsep jualan jamunya masih sama seperti dulu, yaitu jamu gendong. Yang berbeda hanya dari kemasannya saja. Ia membuatnya lebih menarik sebab target pemasarannya ialah kalangan milenial, di mana mereka lebih memerhatikan visual terlebih dahulu.
Sejauh ini, Warisan 1983 memiliki beberapa reseller yang tersebar di kampus dan juga area perkantoran. Bahkan, ia pun memiliki langganan tetap yang memesan jamu setiap minggunya.
Resep jamu yang dijual oleh Aaliyah di antaranya kunyit asam, beras kencur, wedang jahe, rosella, temulawak, sinom, dan paitan. Ke depannya, ia memiliki terobosan menu yang kekinian seperti rosella dicampur dengan mint dan perpaduan sereh lemon.
"Konsepnya kalau jamu itu resep turun-temurun. Meracik jamu itu seperti seni, dia mempunyai kebebasan untuk menentukan resep," ujar Aaliyah.
Komitmen dan Percaya Diri
Selain fokus menjual jamu, Aaliyah pun menginginkan bisa mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya minum jamu.
"Tidak hanya menitikberatkan bagaimana cara mengemas dan memasarkan, fokus saya lebih ke arah edukasi. Karena ke depannya saya ingin membangun rumah jamu yang ada pendidikannya," ujar perempuan yang berprofesi menjadi seorang guru tersebut.
Rumah jamu tersebut nantinya akan dibuat sebagai tempat masyarakat untuk belajar mengenal jamu. Di sana, ia ingin mengedukasi alasan mengonsumsi jamu dan harus melestarikannya.
Selain memodifikasi jamu dengan tampilan yang lebih kekinian, Aaliyah pun bekerja sama dengan temannya membuat beberapa konten untuk promosi sekaligus memberikan pengetahuan. Biasanya mereka membuat desain-desain menarik hingga iklan pendek jamu.
Sebagai perempuan yang termasuk kalangan milenial juga, Aaliyah pernah dicibir teman-teman sepermainan mengenai usaha jamunya yang sering diidentikan dengan orang-orang lanjut usia. "Untuk menghadapinya hanya perlu konsisten dan komitmen untuk menjalankannya dan yang terpenting harus percaya diri," ujarnya. (Tri Ayu Lutfiani)
Advertisement