Liputan6.com, Jakarta - Platform e-commerce berbasis di Jakarta yang baru saja meraih pendanaan 9 jut dolar AS pada Desember 2022 lalu, Plugo resmi meluncurkan platformnya untuk publik pada Rabu, 1 Februari 2023. Plugo hadir untuk membantu siapa pun yang ingin memulai bisnis online.
Baik untuk pengusaha yang baru saja memulai bisnis online, maupun brand yang sudah mapan. Plugo memberi kontrol yang lebih besar kepada para penggunanya, brand identity yang lebih kuat, serta kemampuan untuk mengatur harga jual barang yang lebih bersaing sekaligus pertumbuhan bisnis yang lebih terukur.
Kyungmin Bang, CEO dan Founder Plugo, merasa bahwa momentum peluncuran produknya sangat tepat seiring dengan tren bermigrasinya para brand dari marketplace ke platform direct-to-consumer (D2C) seperti Plugo.
Advertisement
Baca Juga
Momen Pangeran William dan Kate Middleton Siaran di Radio Bahas Kesehatan Mental
Industri E-Commerce Berbenah di Tengah Gejolak Ekonomi Global, Siapa yang Unggul Bagi Pengguna dan Penjual?
Susul Kate Middleton dan Pangeran William, Meghan Markle dan Harry Pamer Potret Anyar Usai Pemakaman Ratu Elizabeth II
Di Amerika contohnya, sejak 2020 brand-brand besar seperti IKEA dan Nike telah meninggalkan Amazon sebagai saluran penjualan mereka dan beralih ke D2C. Kyungmin memprediksi hal serupa juga akan terjadi di tanah air. Ini terbukti dari banyaknya pengguna Plugo versi beta yang memutuskan untuk meninggalkan marketplace dan membuat website toko online mereka sendiri.
Meski begitu, Kyungmin menegaskan bahwa Plugo hadir bukanlah untuk menyaingi marketplace."Marketplace merupakan entry point terbaik bagi para pebisnis yang baru akan merambah dunia e-commerce.
Platform seperti Tokopedia dan Shopee memiliki basis pengguna yang sangat besar dan kehadirannya sudah diterima oleh khalayak luas sehingga pelanggan merasa familiar dan percaya. Namun, sebaiknya merchant tidak menjadikan marketplace sebagai saluran penjualan tunggal jika mereka ingin berkembang secara berkelanjutan," terang Kyungmin.
Khairul Gani, pemilik brand fesyen Gonegani, merupakan salah satu merchant yang melebarkan sayapnya dari marketplace. Gani, yang sudah bergabung dari November 2022 ketika platform Plugo masih berstatus closed beta, menyatakan bahwa salah satu faktor pendorongnya dalam menggunakan platform D2C seperti Plugo adalah untuk memperkuat branding dan hubungan dengan pelanggan.
"Sebagai brand fesyen, tampilan toko online dan brand experience menjadi yang paling utama. Kedua hal ini sangat sulit untuk didapatkan di marketplace karena tidak adanya ruang untuk kustomisasi sehingga visual yang disajikan menjadi sangat generik," ujar Gani.
Â
Perpanjangan Tangan Marketplace
Seiring dengan perkembangan waktu, banyak pebisnis seperti Gani yang merasa betapa pentingnya branding di kala persaingan yang sangat ketat di marketplace. Platform e-commerce seperti Plugo dirasa cocok karena bukan hanya menyediakan akses untuk transaksi pelanggan, tetapi juga untuk mengembangkan brand identity.
Menurut Gani, banyak pelanggan yang bahkan tidak menyadari bahwa ketika mereka berbelanja produknya di marketplace, mereka sebenarnya membeli dari Gonegani, bukan dari marketplace itu sendiri.
Ketidakmampuan pelanggan untuk membedakan keduanya membuat brand kesulitan untuk membangun channel penjualan tersebut sebagai 100% milik sendiri. Brand akan selamanya menjadi perpanjangan tangan dari marketplace.
Dengan Plugo, brand seperti Gonegani dapat memegang kendali penuh dari toko online mereka. Mulai dari pilihan layout, logo, warna, hingga font. Homepage mereka juga tidak akan sumpek oleh produk dari kompetitor, melainkan hanya memamerkan penawaran khusus dan produk unggulan yang ingin mereka tampilkan. Dengan kemampuan untuk mengedit hampir semua aspek di toko online mereka, brand jadi dapat mengekspresikan kepribadian mereka dengan leluasa.
Advertisement
Tren Social Commerce
Bank Indonesia mencatat transaksi e-commerce sepanjang 2022 tumbuh 19%, yaitu mencapai Rp479,3 triliun. Angka ini menurun dibandingkan pertumbuhan 2021 sebesar 33,2%. Perlambatan ini disebut-sebut imbas dari pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan merebaknya tren social commerce.
Berdasarkan survei, TikTok Shop menjadi platform social commerce nomor satu di Indonesia, disusul WhatsApp Business, Facebook, dan juga Instagram Shop. Fenomena ini, menurut Kyungmin, merupakan peluang yang sangat besar bagi Plugo."Fitur yang kami sebut sebagai PlugoSync ini membantu para merchant untuk berjualan di mana pun tanpa harus beranjak dari akun dasbor mereka di Plugo," jelas Kyungmin.
Selain dapat menyambungkan tokonya dengan marketplace, tersedia pula integrasi dengan TikTok Shop, Facebook Catalog, dan Instagram Shop. Dan, tidak hanya itu, merchant pun dapat menjalankan iklan di platform social commerce tersebut langsung dari dasbor Plugo.
Â