Liputan6.com, Jakarta - Dua pesawat penumpang maskapai Korean Air dan Cathay Pacific bertabrakan di bandara Jepang, tepatnya di Hokkaido. Insiden tersebut terjadi di Bandara New Chitose, sekitar 177 km sebelah timur kota Sapporo, di bagian utara negara itu, pada Selasa, 16 Januari 2024, sekitar pukul 17.30, waktu setempat, menurut NHK, dikutip dari ABC News, Rabu (17/1/2024).
Menurut pejabat bandara, ada "kontak" antara pesawat Korean Air dan pesawat Cathay Pacific, namun belum diungkap detail seberapa parah tabrakan antara keduanya. Pesawat Korean Air membawa 276 penumpang dan 13 awak di dalamnya ketika, menurut pemadam kebakaran, menabrak pesawat Cathay Pacific yang diparkir.
Beruntung, tidak ada penumpang di dalam pesawat maskapai Hong Kong tersebut. Kedua pesawat berada di darat saat kecelakaan terjadi dan tidak ada korban luka yang dilaporkan. Laporan cuaca menunjukkan bahwa jarak pandang di bagian utara Jepang sangat buruk saat kecelakaan terjadi.
Advertisement
Salju lebat dilaporkan di beberapa daerah dan suhu di bawah titik beku tercatat di Bandara New Chitose ketika kecelakaan pesawat pada Selasa sore. Banyak penerbangan dibatalkan di bandara di Hokkaido dan gangguan perjalanan diperkirakan akan terus berlanjut selama beberapa waktu, kata para pejabat.
Kecelakaan ini terjadi dua minggu usai pesawat Japan Airlines terbakar setelah bertabrakan dengan jet penjaga pantai di landasan pacu Bandara Haneda Tokyo. Seluruh penumpang dan awak penerbangan komersial itu berhasil selamat, namun lima penumpang pesawat Coast Guard, De Havilland Canada DHC-8, meninggal dunia, menurut Menteri Transportasi Jepang Tetsuo Saito.
Perketat Kontrol Lalu Lintas Udara
Menurut laporan Tim Global per 10 Januari 2024, Jepang telah memperketat protokol kontrol lalu lintas udara imbas insiden pesawat Japan Airlines (JAL) terbakar akibat tabrakan dengan pesawat penjaga pantai pada 2 Januari 2024.
Berdasarkan persyaratan baru yang berlaku secara nasional, seorang anggota staf harus terus-menerus mengawasi sistem pemantauan yang memberi peringatan pada menara pengawas ketika terjadi pelanggaran di landasan pacu. Guna mencegah kesalahpahaman, pengawas tidak boleh memberi tahu pesawat nomor antrean untuk lepas landas.
"Salah satu misi terbesar kami adalah memulihkan kepercayaan terhadap penerbangan sebagai transportasi umum," kata Menteri Transportasi Jepang Tetsuo Saito, seperti dikutip CNA, 10 Januari 2024. Kementerian Transportasi negara itu dilaporkan akan membentuk panel ahli untuk menyelidiki cara lebih lanjut dalam meningkatkan keselamatan.
Dalam insiden yang menimpa maskapai Japan Airlines, transkrip komunikasi yang dirilis kementerian menunjukkan bahwa pesawat JAL diizinkan mendarat, sementara pesawat penjaga pantai diinstruksikan untuk berhenti sebelum landasan pacu.
Advertisement
Kronologi Kejadian
Pengawas mengatakan pada pesawat penjaga pantai bahwa pesawat itu adalah "No 1," yang berarti pesawat berikutnya akan lepas landas. Namun, pilot penjaga pantai, satu-satunya yang selamat dari pesawat itu, dilaporkan mengatakan ia yakin memiliki izin untuk pindah ke landasan pacu, tempat pesawatnya berada sekitar 40 detik sebelum kecelakaan.
Selama 10 tahun terakhir, setidaknya ada 23 "insiden serius" berisiko tabrakan di landasan pacu yang dilaporkan Dewan Keselamatan Transportasi Jepang, menurut surat kabar Asahi. Di insiden awal bulan, menurut rekaman yang dirilis NHK, pesawat Japan Airlines yang membawa 367 penumpang dan 12 awak kabin itu terlihat menabrak sebuah pesawat, berujung menyebabkan kobaran api besar di landasan pacu Bandara Haneda.
Pesawat itu kemudian berhenti, sementara api besar berkobar di badan pesawat. Penumpang pun diselamatkan menggunakan perosotan darurat ketika petugas pemadam kebakaran mencoba memadamkan api yang kian membesar.
Menurut informasi, pesawat Penjaga Pantai yang ditabrak Japan Airlines akan berangkat dari Bandara Haneda ke pangkalan udara di Prefektur Niigata untuk membantu pengiriman bantuan korban gempa.
Pengakuan Maskapai Penerbangan
Japan Airlines mengambil bagian dalam penyelidikan untuk mencari siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan mematikan itu, kata wakil presiden senior keselamatan dan keamanan perusahaan Tadayuki Tsutsumi, lapor CNN. Badan penerbangan Prancis juga mengirimkan penyelidiknya ke Tokyo untuk menyelidiki tabrakan tersebut sebagai bagian dari tim investigasi yang dibuka Dewan Keselamatan Transportasi Jepang.
Dalam pernyataannya, pihak maskapai mengatakan awaknya telah diizinkan mendarat oleh pengatur lalu lintas udara sebelum tabrakan. Audio dari LiveATC.net merinci kru yang membacakan kembali perintah izin untuk landasan pacu 34, yang mengatakan "diizinkan untuk mendarat di kanan 34."
"Berdasarkan wawancara dengan kru operasi, mereka mengakui dan mengulangi izin pendaratan dari kontrol lalu lintas udara, dan kemudian melanjutkan prosedur pendekatan dan pendaratan," kata Japan Airlines. Pernyataan itu mengatakan bahwa setelah mendarat, Airbus A350 Japan Airlines "bertabrakan dengan pesawat Penjaga Pantai Jepang dan terbakar."
Guy Maestre, seorang saksi mata yang berada di pesawat yang berdekatan dengan pesawat JAL saat kecelakaan terjadi, menggambarkan mendengar "ledakan besar." "Saya berharap semua orang selamat," kata Maestre, yang sedang mengunjungi Jepang dari Philadelphia, seraya menambahkan ia "terkejut melihat hal itu."
Advertisement