Liputan6.com, Jakarta - Usai tragedi kematian Hind Rajab, bocah Palestina berusia enam tahun yang ditemukan tewas bersama anggota keluarganya di Gaza utara awal tahun ini, kisah Muhammad Bhar secara khusus menarik perhatian publik. Di depan ibunya, pria berusia 24 tahun dengan down syndrom dan autisme ini dilaporkan diserang secara brutal oleh anjing tentara Israel di wilayah Shujaiya, sebelah timur Kota Gaza.
Menurut Anadolu Agency, dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (19/7/2024), Bhar dibiarkan bersimbah darah sampai meninggal dunia. Ibunya, Nabila Bhar, menceritakan bahwa keluarganya dikepung di dalam rumah mereka selama tujuh hari di tengah operasi militer yang dilancarkan tentara Israel pada akhir Juni 2024.
"Pada hari ke-7 operasi, pasukan Israel, yang didukung anjing penyerang, menggerebek rumah tersebut. Kami semua panik dan ketakutan," kata perempuan berusia 70 tahun itu pada Anadolu. Bhar disebut sedang duduk di sofa ketika anjing itu menyerangnya, mengigit dada dan tangannya.
Advertisement
Sang ibu berteriak pada tentara Israel untuk menghentikan anjingnya menyerang putranya. "Muhammad menderita down syndrom. Penampilannya menunjukkan bahwa dia terluka dan tidak bersalah. Dia tidak bisa bergerak, dan hanya mengucapkan kata-kata sederhana," kenang sang ibu.
Serangan fatal anjing tersebut telah menyebabkan Bhar mengalami pendarahan. Keluarganya tidak berdaya dan tidak dapat memberi bantuan apapun untuk menghentikan kondisi mengerikan tersebut. "Pembunuhan keji" Bhar menyisakan luka menganga di hati Nabila.
Â
Jenazah Ditemukan Beberapa Hari Kemudian
Sang ibu berkata, "Muhammad membutuhkan bantuan (medis) setelah anjing itu menyerangnya. Kami meminta tentara Israel membantunya, namun mereka meminta kami menjauh dan menunggu dokter tentara tiba." Keluarga Palestina tersebut diperintahkan meninggalkan rumah dengan todongan senjata.
"Saat kami berdiri di luar rumah, kami mendengar Muhammad meminta air," ujar dia. "Setelah beberapa saat, semua keheningan. Saat itu, kami mengetahui bahwa putra saya telah meninggal dunia."
Setelah kematian putranya, Nabila mengatakan keluarganya diperintahkan tentara Israel untuk meninggalkan wilayah Shujaiya. Keluarga tersebut kembali ke rumah mereka beberapa hari setelah berakhirnya operasi Israel. "Ketika kami kembali, kami menemukan jenazah Muhammad berlumuran darah," kata sang ibu.
Saudara perempuan Muhammad, Sara, masih tidak percaya terhadap kematian tragis saudaranya. "Anjing itu secara brutal menyerang Muhammad. Tentara Israel membiarkannya berlumuran darah di dalam ruangan sampai dia meninggal dunia," ungkapnya.
Gadis Palestina itu mengatakan, dua saudara laki-lakinya juga ditahan pasukan Israel selama operasi militer tersebut. Muhammad bukanlah orang Palestina pertama yang diduga diserang tanpa ampun oleh anjing tentara Israel.
Â
Advertisement
Bukan Satu-satunya Kasus
Mei lalu, seekor anjing Israel secara brutal diduga menyerang seorang perempuan Palestina berusia 70 tahun selama operasi militer di Jabalya, Jalur Gaza utara. Bulan lalu, Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med yang berbasis di Jenewa mengatakan bahwa tentara Israel secara sistematis menggunakan anjing selama penggerebekan di rumah-rumah warga Palestina.
Di kisah tragis lainnya, kelompok peneliti berbasis di Inggris menerbitkan temuan penyelidikan forensik pada 21 Juni 2024. Laporan itu mengungkap bahwa Hind Rajab, bocah Palestina berusia enam tahun yang ditemukan tewas bersama anggota keluarganya di Gaza utara awal tahun ini, kemungkinan besar dibunuh tentara Israel.
Melansir Middle East Eye, 26 Juni 2024, penyelidikan menemukan bahwa mobil tempat Rajab terbunuh terkena 335 peluru, dengan sebagian besar peluru berasal dari sisi kanan kendaraan. Investigasi dilakukan Arsitektur Forensik, Al Jazeera, dan LSM Earshot.
Arsitektur Forensik mengatakan bahwa senjata yang digunakan untuk serangan ini "menembakkan pada kisaran 750--900 putaran per menit." Kisaran ini melebihi senapan serbu tipe AK yang umumnya dikaitkan dengan mujahidin Palestina yang beroperasi di Gaza.
Laporan Penyelidikan Kematian Hind Rajab
Penyelidikan yang menggunakan campuran analisis kinetik, citra satelit, dan rekaman yang bersumber dari lokasi kejadian itu juga menemukan bahwa tank Israel yang menembaki kendaraan Rajab "pasti berada dalam jarak 13 hingga 23 meter" ketika Layan, sepupu Rajab yang berusia 15 tahun, tewas.
Jarak yang dekat berarti tank Israel dipastikan dapat melihat ke dalam kendaraan. Para penyelidik menyimpulkan, "Tidak masuk akal bahwa penembak tidak dapat melihat bahwa mobil tersebut diisi warga sipil, termasuk anak-anak."
"Dari posisi tank yang ditunjukkan melalui keselarasan terbesar antara lubang masuk dan keluar, kami menyimpulkan bahwa penembak dapat melihat dengan jelas mobil dan penumpang di dalamny," kata penyelidikan.
Penyelidikan itu menyambung, "Dengan kata lain, mereka pasti sudah mengetahui ada dua anak (di dalam mobil)." Investigasi tersebut membantah klaim Israel yang menyangkal bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut dan mengatakan bahwa pasukan Israel tidak ada di daerah tersebut saat kematian Rajab.
Rajab ditemukan meninggal dunia pada 10 Februari 2024 di Gaza utara, setelah hampir dua minggu terjebak di dalam mobil bersama keluarganya saat dikepung pasukan militer Israel dan jadi sasaran tembakan. Yousef Zeino dan Ahmed al-Madhoun, dua paramedis yang dikirim untuk menyelamatkan Rajab setelah ia meminta bantuan dari dalam kendaraan, diserang Israel dan ditemukan tewas.
Advertisement