Liputan6.com, Jakarta - Sudah sekitar sembilan tahun sejak sejumlah brand dan desainer Indonesia mempresentasikan koleksinya melalui group show Indonesia Now, yang dulu bernama Indonesian Diversity, di ajang New York Fashion Week (NYFW). Namun pada akhir 2024, sederet partisipan turun ke media sosial, memprotes mismanajemen hingga kurangnya transparansi pembayaran acara fashion show tersebut.
Pemilik Fimela Collection, Fitri Salhuteru, mengatakan pada VOA Indonesia di video investigasi yang diungah ke YouTube publikasi itu, Sabtu, 25 Januari 2025, bahwa ia ditawari sejumlah penawaran "menarik" oleh Founder Indonesia Now untuk NYFW, Dina Fatimah, alias Eski.
"Dia menawarkan beberapa kesempatan," ujar Fitri. "Selain membuat show di sana, kami juga dikasih tempat untuk memperkenalkan brand kami sekaligus berjualan. Plus, kami juga ditawarkan untuk ada beriklan di Times Square, dan semua itu berbayar di luar paket untuk show, tapi semua nggak ada yang berjalan dengan baik."
Advertisement
Ketika sudah tiba di Big Apple untuk show NYFW, seseorang, yang disebut teman oleh Fitri, mengabarkan ada kendala yang membuat presentasi fesyen mereka terancam batal. Bersama partisipan lain, mereka kemudian patungan menalangi pembiayaan problem tersebut.
"Dengan harapan Eski bisa menyelesaikan kewajiban dia sebelum show," imbuhnya. "Kalau nggak salah, (uang yang diberikan saat itu) kurang lebih 10 ribu atau 13 ribu (dolar AS, sekitar Rp162 juta atau Rp211 juta). Waktu itu saya dan teman-teman kasih ke Eski, tapi masalahnya nggak sampai di situ saja."
Benarnya Menjual Fesyen Indonesia ke Pasar Global?
Desainer Merdi Sihombing menyambung, "Waktu berjalan acara, biasanya ada yang namanya run through show. Sebelum acara, ada blocking-nya, setelah pakai baju ... ini nggak ada. Tanpa sengaja saya dapat informasi bahwa show ini tidak akan bisa diselesaikan bila Indonesia Now, dalam hal ini Eski, (tidak) menyelesaikan semua tanggung jawab dia."
"Tanggung jawab" itu, sebut sang desainer, memerlukan biaya sekitar Rp700 juta. "Waktu di awal kami minta trend forecasting, kami juga minta tolong dikirimi database buyer dan media. Kemudian, guest list yang akan menghadiri (show Indonesia Now). Sampai kami di sana, sama sekali nggak ada."
"Terus begitu kami lihat ini kok yang datang orang Indonesia semua. Medianya juga media Indonesia. Lho, ngapain jauh-jauh ke New York dengan katanya menjual fesyen Indonesia ke global? Kalau begini sih bukan ya," sebut dia.
"Kalau Indonesia Now merupakan platform yang mengatasnamakan fesyen Indonesia di global, tapi kenapa dia membawa tenaga kerja dari Indonesia yang izinnya, boleh dikatakan bukan izin bekerja. (Visa) turis. Saya bilang, 'Hati-hati lho. Ini Amerika. Kalian tuh jangan begini.' Ini menurut saya sebuah kecurangan yang dilakukan Indonesia Now," bebernya.
Advertisement
Akui Ada Keterbatasan Biaya
Selain dirinya, Ghea Panggabean, dan Didiet Maulana yang biaya pertunjukannya ditanggung negara, desainer dan brand yang berpartisipasi saat itu disebut membayar pada Eski. "Saya yakin mereka semua pasti bayar sama Eski," sebut Merdi
"Eski mengubah Indonesian Diversity jadi Indonesia Now, dan meneruskannya kayak dapat durian runtuh, padahal sebenarnya dia bukan orang fesyen. Yang saya tahu di Indonesia, dia hanya tukang pinjam-pinjam baju, bukan fashion stylist," imbuhnya.
Pada produser VOA New York, Naratama, Eski mengklarifikasi, "Setiap season pasti ada ceritanya. Tapi biasanya apapun itu ceritanya, kami selesaikan. Tapi kan ada juga beberapa orang yang gini. Kayak harusnya jika ada masalah, itu dibicarakan langsung. Misalnya, 'Eski ini model ngggak bisa jalan, ganti.' Saya bisa kasih solusi saat itu juga."
"Tapi ketika show-nya sudah selesai. Beritanya sudah di mana-mana ... Show-nya maksudnya kayak itu memang show saya, karena keterbatasan funding. Waktu itu memang show-nya tidak seperti yang dia sama-sama lihat (ekspektasi)," ia menambahkan.
Pembelaan Founder Indonesia Now
Dikonfirmasi soal partisipan yang "dimintai uang" sehari sebelum show, Eski menjawab, "Jangan menodai prestasi." "Saya selalu bicarakan. Saya nggak pernah ngilang. Saya selalu ada. Saya open book juga gitu cerita. Situasinya seperti ini. Apa yang bisa diselesaikan sekarang. Apa yang bisa diselesaikannya nanti."
Ia menyebut bahwa minimal, biaya satu show adalah 150 ribu dolar AS, atau sekitar Rp2,4 miliar. "Saya nggak mau skip season. Jadi kalau Februari itu, September nggak ikut karena nggak ada uang, saya nggak mau begitu. Saya juga berusaha mencarikan funding untuk desainer," akunya.
Beberapa minggu lalu, surat pernyataan terbuka dari sejumlah peserta desainer tentang problem di acara Indonesia Now New York Fashion Week Show dikirimkan ke Kantor Konsul General Republik Indonesia (KJRI) New York. Konsul Jenderal RI New York, Winanto Adi, pun menanggapi masalah ini.
Ia mengatakan pada VOA Indonesia, "Kami menghimbau masyarakat Indonesia dan diaspora Indonesia agar berhati-hati saat mengikuti event di luar negeri. Sebetulnya dalam hati-hati ini kita bisa melakukan beberapa hal."
Advertisement
Kata KJRI New York
"Pertama," kata Winanto. "Lihat legal standing-nya. Apakah benar event organizer-nya atau siapapun itu memang memiliki bisnis yang sah, yang legal. Yang kedua adalah aspek manajemen. Apakah dari sisi manajemen ini benar-benar make sense atau tidak?"
"Kami menghimbau juga teman-teman, Bapak, Ibu yang bergerak di sektor fesyen ingin menanyakan sesuatu, apa yang terjadi di New York, bagaimana caranya, tips-tips apa saja, KJRI New York sangat terbuka untuk merespons dan memberikan masukan," ia menyambung.
"Indonesia Now ini kan sebetulnya yang menjembatani antara event organizer dari New York Fashion Week dengan partisipan atau calon partisipan yang akan mengikuti New York Fashion Week. Nah untuk mengurai hal-hal ini (masalah yang muncul), kami akan mengambil langkah-langkah, seperti coba menghubungi langsung EO New York-nya," tandasnya.