Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun, sekitar 7.500 anak di Indonesia lahir dengan kondisi bibir sumbing, sebuah kondisi yang tidak hanya memengaruhi penampilan fisik, tapi juga kesehatan, tumbuh kembang, dan kualitas hidup. Kondisi ini sebenarnya dipengaruhi faktor DNA atau keturunan dan asupan gizi ibu hamil selama trimester pertama.
Di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan dan terpencil, banyak keluarga yang belum mendapatkan akses terhadap perawatan medis yang memadai. Banyak keluarga yang tidak tahu bahwa bibir sumbing dapat diobati tanpa biaya dan mereka kesulitan menjangkau rumah sakit mitra yang menyediakan layanan gratis.
Akibatnya, anak-anak harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan perawatan, yang dapat menyebabkan masalah gizi, gangguan tumbuh kembang. Keadaan bayi yang lahir dengan kondisi ini juga berisiko mengalami komplikasi jangka panjang seperti gangguan pendengaran dan infeksi telinga.
Advertisement
"Selain itu, stigma sosial yang ada sering menghambat rasa percaya diri dan kemampuan anak-anak untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Kurangnya informasi dan keterbatasan akses terhadap terapi lanjutan juga memperburuk kondisi mereka," ungkap Country Manager & Program Director Smile Train Indonesia, Deasy Larasati saat acara 'Sambut Lebaran dengan Lebih Banyak Senyuman' di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Kamis, 20 Maret 2025.
Di kesempatan yang sama, Ketua Dewan Medis Smile Train Asia Tenggara, Mayor Jenderal TNI (Purn.) dr. Budiman, Sp.BP- RE(K)., MARS., MH., mengatakan bahwa bibir sumbing yang tidak segera diatasi bisa berdampak buruk pada kemampuan anak dalam berbicara, makan, dan tumbuh dengan normal.Â
"Tanpa perawatan yang tepat, kondisi ini bisa memperburuk masalah kesehatan, dan menghambat perkembangan sosial serta psikologis anak," ungkapnya sambil menyebut penanganan yang cepat sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi jangka panjang dan mendukung perkembangan anak yang lebih baik.
Â
Faktor DNA hingga Kekurangan Gizi di Kehamilan Trimester I
Lebih lanjut dr. Budiman mengatakan kondisi bayi lahir bibir sumbing merupakan kelainan bawaan yang terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan selama kehamilan. Biasanya pada 12 minggu pertama kehamilan atau trimester pertama.Â
"Kalau dikatakan faktor genetik, memang ada buktinya. Orangtuanya sumbing anaknya juga, ada pula yang satu keluarga," jelas dr. Budiman tentang faktor DNA yang mayoritas memengaruhi kondisi tersebut.
Namun keadaan ini bisa dicegah sejak masa kehamilan tiga bulan pertama. Asupan gizi ibu hamil yang biasanya mual-mual di awal mengandung harus tetap terjaga, jangan sampai bayi mengalami kekurangan nutrisi.Â
"Kekurangan asam folat, kekurangan mineral, zinc, akan berpengaruh," cetusnya.
Itu sebabnya, dr. Budiman mengatakan pemerintah pun telah mencanangkan program pencegahan stunting, bahkan sejak seorang wanita masih remaja putri diberi pil zat besi. Selain itu stunting juga harus dicegah sejak anak dalam kandungan, bahkan sebelum sang ibu mengandung asupan gizi harus diperhatikan. Â
Advertisement
Operasi Bibir Sumbing Gratis
Melihat banyaknya kasus bibir sumbing pada bayi di Indonesia, Smile Train sebagai organisasi nirlaba internasional telah ikut berkontribusi untuk keluarga yang membutuhkan operasi bibir sumbing gratis. LSM yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 20 tahun ini telah memberikan operasi bibir sumbing gratis dan perawatan komprehensif di seluruh Indonesia.
"Smile Train Indonesia telah membantu lebih dari 100.000 anak di seluruh Indonesia mendapatkan operasi bibir sumbing gratis. Melalui kampanye ini, kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya penanganan bibir sumbing secara cepat dan tepat agar anak-anak dapat menikmati hidup yang lebih sehat dan penuh senyum," kata Deasy Larasati. Â
Selain memberikan operasi gratis, Deasy mengatakan pihaknya juga memastikan anak-anak mendapatkan perawatan lanjutan yang dibutuhkan, seperti terapi wicara, ortodontik, dukungan emosional, dan layanan nutrisi. Melalui kolaborasi dengan rumah sakit mitra dan tenaga medis lokal, Smile Train memberikan perawatan menyeluruh untuk mendukung kualitas hidup anak-anak Indonesia.Â
Operasi Bibir Sumbing Memerlukan Dukungan Keluarga
Lebih lanjut Deasy mengatakan Smile Train memiliki basis data dengan satu akses sistem pelaporan bayi yang telah mendapatkan layanan operasi bibir sumbing gratis. Setelah mengerjakan lebih dari 7.500 kasus, pihaknya tak berhenti atau membatasi mereka yang masih membutuhkan bantuan.
Dengan kondisi geografis Indonesia yang penuh tantangan, Smile Train juga telah menjangkau reguler di 26 provinsi dengan 80 lebih mitra yang sudah memiliki ketersediaan akses medis. Menurut Deasy, masyarakat di daerah sangat terbantu dengan adanya operasi bibir sumbing gratis.Â
Tak hanya memberikan operasi gratis, Smile Train juga membantu pemulihan pasca-operasi yang biasanya berlangsung sekitar tiga bulan. "Perawatan penyembuhan luka, jahitan jangan sampai kotor biasanya satu minggu dan pasien tiga minggu jahitan sudah kuat," terang dr. Budiman.
Sebelum operasi hingga perawatan, pasien menurut dr. Budiman memerlukan dukungan dari orangtua dan keluarganya. Apalagi bayi selama perawatan harus cukup nutrisi, meski belum bisa diberikan makanan padat, orangtua harus membantu dengan memberi makanan halus yang diblender atau ditumbuk terlebih dulu. "Agar tidak jebol jahitan (operasinya)," dr. Budiman mengingatkan.
Â
Advertisement
