Liputan6.com, Jakarta - E (15) dan I (5), dua kakak beradik yang tinggal di Kawasan Ciputat, Tangerang Selatan itu mendadak jadi pendiam dan trauma. Sebab, keduanya menjadi korban dugaan pencabulan oleh pamannya B, selama bertahun-tahun.
Kasus tersebut terungkap ketika E melaporkan tindakan bejat sang paman kepada ibunya I (39). Pada saat itu, I mengaku histeris saat mendengar pengakuan sang anak.
"Langsung saya teriak sampai semua keluarga saya datang ke rumah," kata I di Komisi Nasional Perlindungan Anak, Jalan TB Simatupang, Jakarta Timur, Rabu (13/8/2014).
I menuturkan, setelah mendengar pengakuan dari anaknya itu, dirinya langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polres Jakarta Selatan, sekitar April 2014 lalu.
Setelah melapor ke polisi dan E melakukan visum, I kembali mendapat pengakuan yang sama dari I, putri lainnya. I mengaku juga menjadi korban pencabulan dari sang paman.
Pertama kali dicabuli, kata E, B berpura-pura mengajaknya ke salah satu tempat pemotongan hewan di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan.
"Pertama kali diajak itu pas saya TK. Pulang dari sekolah saya diajak lihat sapi yang mau dipotong. Sampai di sana, saya diajak ke sebuah pondok, ternyata saya dipaksa," tutur E.
Kejadian itu, kata E, berlangsung seminggu sekali di tempat yang berbeda. Saking seringnya E mengaku lupa. Sebab, kejadian yang dialami E terus berlangsung hingga dirinya menginjak kelas V SD.
"Saya nggak ingat, yang saya ingat seminggu sekali dan kadang di rumah B, kadang diajak ke tempat penjagalan sapi," ucap dia.
Sama seperti E, adiknya I, juga mengalami tindakan serupa. Aksi B terhadap I dilakukan pada saat I juga duduk di bangku TK. Hingga kelas III SD, I terus dipaksa melayani aksi bejat pamannya itu.
"Pertama diajak ke rumahnya, seingat saya rumahnya B sepi waktu itu dan saya dibawa ke kamar B. Di situ saya juga dipaksa B," ungkap I.
Diancam Pembunuhan
Baca Juga
Setiap kali usai melancarkan aksi bejatnya kepada kedua kakak beradik ini, B kerap mengintimidasi dan mengancam membunuh keduanya jika kejadian tersebut diberitahukan kepada orang lain.
"Saya juga pernah dikasih uang Rp 10 ribu sampai Rp 50 habis digituin sama B," ucap E, yang juga sama diakui I.
Kendati, ibunya I mengaku selama ini tidak curiga sikap sang paman. Kecurigaan I muncul saat menemukan bekas pencabulan di leher I dan bercak darah di celana dalam saat I masih kelas 1 SD.
Namun, kata ibunya I, saat itu lantaran masih dalam ancaman B, I enggan mengaku dan berbohong dengan mengatakan tersandung bangku sekolah.
"Waktu itu saya sempat memukul anak saya, karena tidak mengaku soal bercak darah. Malah pelaku yang memaki dan mengancam melaporkan saya ke Komnas PA, karena telah memukuli anak. Setelah itu tidak curiga lagi," jelas I.
Akibat pencabulan selama bertahun-tahun ini, kondisi kesehatan I saat ini semakin menurun. Sang ibu I mengaku setiap kali mencuci celana dalam I, ada noda darah dan cairan hijau serta bau busuk.
Berdasarkan hasil pemeriksaan medis, lanjut I, selain luka sobek pada kelamin, I juga diduga terjangkit virus kelamin.
"Hasil visum ternyata benar, kalau anak saya punya penyakit. Kalau terlambat datang ke dokter, dia bisa meninggal. Dia akan punya penyakit kanker rahim," kata I. (Mut)
Baca juga:
Paedofil 21 Anak Ditangkap Satreskrim Bandung
Diduga Cabuli 3 Bocah, Rumah Pelaku Dibakar Warga di Bogor
Pria di Bandung Diduga Cabuli Anak Kandung Selama 7 Tahun
Advertisement