Berkah Misteri Gunung Padang bagi Masyarakat Setempat

Situs Gunung Padang yang berada di Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur menawarkan 1 pengalaman berwisata dengan pengetahuan.

oleh Oscar Ferri diperbarui 20 Sep 2014, 17:27 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2014, 17:27 WIB
Misteri Dibalik Kemegahan Gunung Padang
Sebuah tanda cekuk pada batuan yang ada di areal situs Gunung Padang di Kampung Cimanggu, Cianjur, Jawa Barat, diyakini sebagai tapak "Maung" atau Manusia Unggul, (19/9/2014). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Sejak beberapa tahun terakhir, Gunung Padang bukan lagi sekadar aktivitas penelitian di situs megalitikum. Gunung setinggi 885 meter di atas permukaan laut itu kini juga telah berkembang menjadi lokasi destinasi wisata.

Sebagai tempat wisata, situs yang berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat itu menawarkan 1 pengalaman berwisata dengan pengetahuan tentang peninggalan sejarah. Khususnya kebudayaan Sunda yang tersimpan dalam situs di puncak bukit Gunung Padang.

‎Pada umumnya lokasi wisata sejarah yang menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat setempat, begitu pun di Gunung Padang ini. Dari sisi ekonomi, mendatangkan penghasilan. Banyak warga yang membuka warung dan tempat penginapan dengan model home stay.

Dari makanan berat, cemilan, sampai oleh-oleh dijual. Hal itu diakui oleh Lia Yulia (30), salah seorang warga. Menurutnya, warung-warung di sekitar situs memang sengaja dibangun untuk keperluan wisatawan yang hendak beristirahat. Baik lokal maupun mancanegara.

"‎Ya Alhamdulilah, sejak 2011 makin ramai. Kalau dulu cuma ada 1 warung. Sekarang jadi banyak. Teteh juga di sini ada penginapan buat wisatawan yang mau menginap," ujar Lia.

Tak cuma warung. Banyaknya warga yang menjadi tour guide atau pemandu wisata bagi wisatawan. Total ada 29 pemandu wisata. Sebanyak 7 orang di antaranya sudah diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan 2 orang lainnya masih honorer. Sisanya, 20 orang lainnya 'swasta' dan tergabung dalam Forum Peduli Situs Gunung Padang.

"Yang ikut memelihara 29 orang. Itu mereka juga jadi tour guide," ujar Rusmana (30), salah satu pemandu wisata.

Pada umumnya, pemandu wisata dibayar minimal Rp 50 ribu untuk satu rombongan dengan sekali perjalanan. Mereka tak hanya mengantar ke atas bukit dan berkeliling situs, tetapi juga memaparkan sedikit mengenai titik-titik yang dianggap punya mistik.

"Cuma kita paparkan sedikit. Karena kalau untuk detailnya itu kewenangan yang lain," ujar Rusmana.

Belum lagi beberapa warga menjadi tukang parkir, tukang ojek, dan lain-lain.


Jumlah Pengunjung

Sebagai destinasi wisata, Gunung Padang juga memberlakukan tiket masuk. Yakni Rp 2 ribu untuk wisatawan dalam negeri dan Rp 5 ribu bagi turis mancanegara.

Tiap harinya, jumlah selalu ada saja yang mengunjungi situs yang konon merupakan situs purbakala peninggalan 5.200 Sebelum Masehi ini. Apalagi di akhir pekan atau hari-hari libur nasional, jumlahnya bisa mencapai 200 sampai 300 orang.

"Tapi kalau hari-hari biasa paling 100 pengunjung. Kalau dihitung rata-rata per bulan itu sekitar 7 ribu sampai 8 ribu pengunjung. Itu sudah termasuk turis asing yang kalau dihitung ada sekitar 4 atau 5 turis asing yang datang tiap pekan," kata Asep (46) penjaga loket tiket masuk.

Namun, jumlah pengunjung per hari itu sebenarnya cenderung fluktuatif. ‎Tidak setiap hari jumlah pengunjung mencapai angka 100 orang. Terkadang, di akhir pekan bisa saja menjadi sepi.

Asep menuturkan, para pengunjung biasanya benar-benar membludak di momen-momen tertentu. Seperti bulan puasa atau Hari Raya Idul Fitri.

"Kalau momen-momen tertentu pasti ramai banget. Kaya kemarin pas puasa dan lebaran," kata Asep.

Selain mensyukuri, Asep sebagai pemelihara Gunung Padang juga punya kekhawatiran dengan banyaknya pengunjung yang datang. Asep khawatir pengunjung tanpa sengaja maupun sengaja merusak benda-benda di situs Gunung Padang dengan segala aktivitas mereka.

Karenanya Asep mengimbau, para pengunjung dapat menaati peraturan yang ada dan menjaga kelestarian situs Gunung Padang beserta isinya. Sebab, benda-benda di situs yang kini telah resmi menjadi cagar budaya itu dinilai merupakan warisan kebudayaan nenek moyang mereka yang mesti dijaga keluhurannya. (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya