Liputan6.com, Jakarta - Unjuk rasa buruh menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diawali dengan jalan kaki dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Istana Merdeka, Gambir, Jakarta Pusat.
Dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Senin (10/11/2014), di depan Istana Merdeka mereka berorasi menolak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Buruh menilai kenaikan akan menyengsarakan rakyat, seperti buruh, petani, pekerja kasar, dan nelayan.
Dalam orasinya mereka mendesak pemerintah segera menaikkan upah layak nasional menjadi Rp 5 juta per bulan.
Sementara di Karawang, Jawa Barat, premium mulai langka di sejumlah pompa bensin. Pengendara motor dan mobil terpaksa membeli pertamax. Â
Belakangan stok pertamax juga mulai menipis, sehingga beberapa pompa bensin tutup lebih awal. Warga berharap pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi agar harga kebutuhan pokok tidak ikut naik. (Ans)
Tolak Kenaikan BBM Bersubsidi, Buruh Demo di Istana Merdeka
Unjuk rasa buruh menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diawali dengan jalan kaki dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Istana.
diperbarui 10 Nov 2014, 19:47 WIBDiterbitkan 10 Nov 2014, 19:47 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Putusan KPPU soal Dugaan Monopoli Google, Ini Bocorannya
Apa Arti Virtual: Memahami Konsep dan Penerapannya di Era Digital
Ciri Janin Mencari Jalan Lahir: Tanda Persalinan Semakin Dekat
Resep Singkong Goreng Merekah yang Renyah dan Gurih
Resep Tumis Toge Lezat dan Praktis untuk Hidangan Sehari-hari
Pemasok Narkoba untuk Liam Payne Sebelum Meninggal Menyerahkan Diri ke Polisi, Masih Berusia 21 Tahun
Ciri-Ciri Tumbuhan Paku: Karakteristik Unik dan Klasifikasi
Apa itu eSIM: Panduan Lengkap Teknologi SIM Digital Masa Depan
Gunung Ibu Erupsi Lagi, Semburkan Abu Vulkanik 1.200 Meter
Kacang Pistachio Makin Populer, Tapi Ini 5 Risiko Jika Dikonsumsi Berlebihan
Bedah Pesan Rahasia dari Busana Meghan Markle di Serial Gaya Hidup Baru Netflix
Tragedi Wartawan India Pelapor Korupsi Ditemukan Tewas di Tangki Septik Soroti Risiko Jurnalisme