Pelesiran Rp 3 Miliar Berisiko Maut

Kecelakaan SpaceShipTwo membuat sebagian calon penumpang mundur. Lainnya bertahan, antusias menanti 'perjalanan spiritual' mereka.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 17 Nov 2014, 19:53 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2014, 19:53 WIB
SpaceShipTwo
SpaceShipTwo (Virgin Galactic)

Liputan6.com, Jakarta - Telepon Craig Willan berdering. Di ujung sana, ada sesama calon turis luar angkasa SpaceShipTwo yang khawatir berat saat mendengar kecelakaan pesawat milik Virgin Galactic itu Jumat 31 Oktober 2014 lalu.

Si penelepon bergidik ngeri membayangkan ada di dalam pesawat yang hancur di ketinggian 15.200 meter di atas permukaan Bumi. Di titik itu SpaceShipTwo masih jauh dari Garis Karman, batas atmosfer Bumi dengan angkasa luar.

Apalagi 3 hari sebelumnya, pada 28 Oktober 2014, roket Antares milik Orbital Sciences yang bertujuan mengantar pasokan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) meledak hanya beberapa detik setelah lepas landas mengantar kargo ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ia berniat meminta uangnya kembali.

"Aku bilang padanya, 'Jangan'," kata Willan seperti dikutip dari Daily Digest News. Alasan pertama, bayangkan jika 700 lebih calon penumpang Virgin Galactic mengambil uang tiket yang besarannya mencapai US$ 200 ribu atau Rp 2,4 miliar hingga US$ 250 ribu atau Rp 3 miliar. Bank bakalan terguncang.

Alasan lain, "Pembatalan akan mengirim sinyal keliru pada umat manusia. Ini justru adalah fase penting yang akan melahirkan sesuatu yang baru, jangan sampai kita justru 'menggugurkannya'."

Willan ada dalam urutan 8 daftar penumpang Virgin Galactic. Dia adalah veteran dalam industri penerbangan. Atas anjurannya, penelepon tadi tak jadi membatalkan tiketnya. Namun, sekitar 3 persen dari lebih dari 700 pemilik tiket-- sekitar 20 orang --  memilih mundur.

"Kami sangat menghargai bahwa semua, kecuali sebagian kecil, komunitas Future Astronaut kami menunjukkan komitmen yang lebih kuat," kata Clare Pelly dari Virgin Galactic kepada NBC News dalam email-nya. "Sebagian kecil dari mereka yang meminta pengembalian uang juga mendukung proyek kami, namun karena alasan pribadi, mereka memutuskan untuk tak ikut serta."

Di sisi lain, calon penumpang Peter Ulrich von May menjelaskan mengapa ia membatalkan kepergiannya. "Aku mendaftar 7 tahun lalu saat usiaku 63 tahun, saya masih pilot aktif dan dalam kondisi baik. Siapa yang bisa menjamin sampai kapan aku hidup," kata dia.

Namun, dua pelanggan baru justru membeli tiket setelah kecelakaan. "Aku orang beriman, dan fakta bahwa jika situasi makin berat, saya percaya, dukunganku -- meski kecil -- akan sangat berarti saat ini. Daftarkan saya, saya ikut bergabung," kata salah satu pelanggan dalam surat elektroniknya pada Virgin Galactic.

'Perjalanan Spiritual'

Virgin Galactic
Virgin Galactic (Reuters)

'Perjalanan Spiritual'

Suatu hari pada 2004, Ken Baxter sedang menonton tayangan '60 minutes'. Pembawa acaranya mengatakan Richard Branson, pengusaha Inggris yang telah mendirikan 360 perusahaan di bawah bendera Virgin Group mengontrak perusahaan yang memenangkan penghargaan X Prize untuk mewujudkan mimpi armada komersial ke luar Bumi.

"Paginya aku minta asistenku menelepon Virgin Atlantic," kata dia. "Richard Branson lalu meneleponku balik dengan ponselnya."

Saat Virgin Galactic siap menjual tiket pada 2005, Baxter ada di antrean pertama. Ia rela mengeluarkan uang US$ 200 ribu. "Istriku sama sekali tak senang saat aku memberi tahu bahwa uang kami ludes," kata Baxter. "Pada 2004 kami masih berjuang keras. Baru pada 2005 dan 2006 bisnis berkembang dan kami menghasilkan banyak untung sebelum resesi."

Ken Baxter yang dijuluki  'Rocket Man' antusias menanti pengalaman berada di gravitasi nol, sekaligus menyaksikan Bumi dari atas.



Pergi ke luar angkasa adalah obsesinya sejak kecil.  Pria kelahiran 1949 itu tumbuh besar di dekade-60-an, saat dua negara adidaya Uni Soviet dan Amerika Serikat berlomba merengkuh angkasa.

"Ketika penerbangan Mercury terjadi, saat Rusia mengirimkan orang pertama ke luar angkasa dan kita (AS) menyalipnya. Aku menyaksikannya saat masih kecil," kata dia. "Aku menyaksikan misi Gemini dan Apollo, bak merasakan pengalaman spiritual. Wisata ke luar Bumi adalah hal menarik bagiku," kata dia

Kabar kecelakaan SpaceShipTwo menjadi pukulan baginya. "Istriku membacakan kabar buruk itu untukku," kata Baxter. "Aku shock sampai sekarang. Aku juga merasa prihatin dengan nasib para pilot."  

Hatinya sedikit lega saat mengetahui, penyebab kecelakaan diduga kesalahan pilot. Bukan gara-gara pesawatnya.

Dan keinginannya tak surut. "Aku akan jadi yang pertama pergi. Dan aku akan memberitahukan pada kalian soal itu secepat mungkin."



Pasangan asal Winter Park, Central Florida pun tetap dengan niatnya, naik Virgin Galactic menuju angkasa luar. Sharon dan Marc Hagle beralasan, "setiap petualangan besar pasti mengandung risiko."

Sharon Hagle dalam pernyataannya mengatakan, ia dan pasangannya merayakan keberanian para pilot. "Mereka akan selalu dikenang dalam hati kami sebagai pahlawan, yang bertaruh nyawa demi kita dan generasi mendatang," kata dia seperti dikutip dari USA Today.

Pada 2013, pasangan tersebut mengungkapkan kegembiraan mereka karena ada dalam daftar penumpang SpaceShipTwo bersama Ashton Kutcher, Leonardo Dicaprio, dan Justin Bieber.

"Kami tak sabar menanti melihat dari jendela itu, melihat Bumi dari perspektif tersebut. Bagi kami, itu adalah perjalanan spiritual," kata Sharon. (Yus)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya