LSI: Jika Islah Berhasil, Golkar Akan Jadi Contoh Parpol Lain

Menurut LSI, ada 4 alasan yang mendasari harapan publik agar Golkar melakukan islah melalui Mahkamah Partai.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 19 Des 2014, 17:21 WIB
Diterbitkan 19 Des 2014, 17:21 WIB
Ilustrasi Partai Golkar 3
Ilustrasi Partai Golkar (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan hasil survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI), mayoritas publik berharap kisruh di internal Partai Golkar dapat diselesaikan dengan cara islah. Menurut LSI, ada 4 alasan yang mendasari harapan publik agar Golkar melakukan islah melalui Mahkamah Partai.

Peneliti LSI Ardian Sopah menjelaskan, jika elite Golkar tak mau islah dan memilih jalur pengadilan, maka akan menambah dalam perpecahan di tubuh Golkar. Itu alasan pertama yang dilontarkan publik.

"Makin panjang konflik, makin retak Golkar. Jika kedua kubu semakin lama bertarung, maka perpecahan ini akan merambat ke daerah," kata Ardian saat merilis hasil survei bertajuk 'Golkar Pasca Putusan Menkumham' di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (19/12/2014).

Kedua, kata dia, publik memosisikan Golkar sebagai penyangga politik di Indonesia. Menurut dia, mayoritas publik sependapat bahwa konflik di tubuh Golkar akan mengganggu stabilitas politik nasional. "Instabilitas politik internal Golkar akan berdampak pada stabilitas politik nasional," ujar dia.

Lalu yang ketiga, publik menilai jika berhasil islah, maka Golkar akan menjadi role model (contoh) partai politik Indonesia. "Kemampuan elite Golkar untuk rujuk akan juga menjadi model partai lain untuk menempuh cara serupa," jelas dia.

Terakhir, kata Ardian, publik yakin Golkar punya tradisi panjang menyelesaikan konflik. Sebagai partai besar dan berpengalaman, publik yakin Golkar punya kemampuan menyelesaikan konflik internalnya.

"Para elite Golkar pun sudah terbiasa berada dalam situasi konflik dan bisa mencapai win win solution untuk semua pihak," tandas Ardian.

Survei ini dilakukan melalui quick poll pada 16 hingga 17 Desember 2014. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 persen. Survei ini dilaksanakan di 33 provinsi. Hasilnya juga dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview. (Ado/Ans)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya