Survei LSI: Mayoritas Responden Ingin Golkar Islah

Mayoritas publik sependapat, konflik di tubuh Partai Golkar akan menggangu stabilitas politik nasional.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 19 Des 2014, 16:27 WIB
Diterbitkan 19 Des 2014, 16:27 WIB
Ilustrasi Partai Golkar
Ilustrasi Partai Golkar

Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar diyakini masih menjadi partai penentu. Konflik di partai berlambang Pohon Beringin ini dinilai sangat mempengaruhi politik di Indonesia, termasuk di parlemen.

Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan, mayoritas responden menginginkan elite Golkar segera islah atau berdamai dibandingkan dengan opsi lain.

"Pascakeputusan Menkumham soal Munas Golkar, mayoritas yaitu sebesar 72,94 persen menginginkan pimpinan Golkar segera melakukan islah dan menyelesaikan permasalahan dualisme kepemimpinan melalui Mahkamah Partai," kata peneliti LSI, Ardian Sopa, saat memaparkan hasil survei di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat ( 19/12/2014).

"Ini terjadi di semua segmen dan juga publik internal dan eksternal Golkar," sambung dia.

Dia menjelaskan, hanya minoritas yakni 17,65 persen responden yang menginginkan dua kubu Golkar itu bertarung kembali di pengadilan untuk menentukan pihak mana yang sah.

Menurut LSI, mayoritas responden juga menilai politik internal Golkar akan berdampak pada instabilitas politik nasional. Mayoritas publik sependapat, konflik di tubuh Golkar akan mengganggu stabilitas politik nasional.

"Sebesar 63.20 persen publik menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa konflik Golkar akan berpengaruh pada stabilitas politik," tambah Ardian.

Ardian mengatakan, hanya 28,75 persen publik yang menyatakan konflik Golkar tidak berpengaruh pada stabilitas politik nasional.

Survei ini dilakukan melalui quick poll pada 16 hingga 17 Desember 2014. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 persen. Survei ini dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia. Hasilnya juga dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, focus group discussion (FGD), dan in depth interview. (Yus)

   

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya