Tetes Air Mata Keluarga Pramugara AirAsia QZ8501 di Klaten

Kabar hilangnya AirAsia QZ8501 menyebabkan kerabat, sahabat dan tetangga berdatangan ke rumah orang tua pramugara Wismoyo atau Yoyok.

oleh Fajar Abrori diperbarui 30 Des 2014, 08:30 WIB
Diterbitkan 30 Des 2014, 08:30 WIB
Ibunda pramugara AirAsia QZ8501 Wismoyo Ari Prambudi, Sumingsri. (Liputan6.com/Reza Kuncoro)
Ibunda pramugara AirAsia QZ8501 Wismoyo Ari Prambudi, Sumingsri. (Liputan6.com/Reza Kuncoro)

Liputan6.com, Klaten - Hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 menyebabkan duka mendalam bagi keluarga pramugara maskapai tersebut yang berasal dari Klaten, Wismoyo Ari Prambudi. Mereka pun berharap pemerintah dan perusahaan penerbangan itu bisa segera menemukan penumpang serta kru.

Kedua orangtua pramugara AirAsia itu, Sumingsri dan Suharno terlihat terus menitikan air matanya, mengetahui sang buah hati menjadi salah satu kru yang bertugas dalam pesawat yang hilang kontak sejak hari Minggu 28 Desember.

Kabar tersebut pun menyebabkan kerabat, sahabat dan tetangganya berdatangan ke rumah orangtua pramugara Wismoyo yang beralamat di Jetak Lor, Kelurahan Bareng Lor, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten.

Ibunda Wismoyo Ari Prambudi, Sumingsri mengaku kabar mengenai hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 yang diawaki sang anak berasal dari salah satu teman sekolah putranya. Saat itu ia bersama suami sedang menghadiri acara resepsi pernikahan.

"Ketika saya jagong (resepsi) itu banyak telepon masuk, tetapi saya nggak tahu. Saya terus coba keluar, ternyata ada telepon masuk lagi dan yang menelepon temen SMA-nya Yoyok (panggilan Wismoyo). Dia mengabari jika Yoyok menjadi salah satu korban pesawat AirAsia yang hilang," kata Sumingsri ketika ditemui di rumahnya

Adanya kabar tersebut, sontak membuat Sumingsri kaget. Lantas, ia pun langsung mengajak suaminya, Suharno agar segera pulang dari acara resepsi itu. Saat perjalanan, pihak kerabat mulai menyebarkan kabar duka tersebut melalui sambungan telepon.

"Sampai di rumah, saudara saya dan tetangga mulai berdatangan masuk ke rumah. Mereka langsung mengabari jika Yoyok menjadi salah satu kru pesawat yang hilang itu," kata dia sambil terisak menangis.

Mengetahui anak bungsunya menjadi korban pesawat nahas tersebut, ia pun menyuruh sulungnya yang tinggal di Jakarta untuk mengurus segala sesuatu terkait sang adik yang berada di pesawat AirAsia QZ8501. "Yang handle di Jakarta anak saya yang pertama. Sedangkan yang di Surabaya yang mengurusnya adalah kerabat saya," ujar dia.

Pramugara yang akrab disapa Yoyok itu merupakan anak nomor dua. Sedangkan kakak pertamanya bernama Arie Pradana Wati bekerja di Bank Mega Jakarta.

Menurut pengakuan Sumingsri, Yoyok terakhir kali menelepon pada hari Jumat 26 Desember siang.

"Kalau telepon itu hari Jumat lalu. Sedangkan pada hari Sabtu kemarin sempat mengirim pesan melalui WhatsApp," ujar Sumingsri.

Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura itu hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta sejak Minggu 28 Desember 2014, sekitar pukul 06.17 WIB. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 itu take off dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur seharusnya tiba di Bandara Changi, Singapura pukul 08.30 waktu setempat.

Selain awak, pesawat AirAsia itu berpenumpang 155 orang, terdiri atas 138 penumpang dewasa, 16 penumpang anak-anak, dan ‎1 bayi. Penumpang didominasi dari warga negara Indonesia, 1 WN Singapura, 1 WN Inggris, 1 WN Malaysia, dan 3 WN Korea Selatan. (Tnt/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya