Liputan6.com, Jakarta - Semasa hidupnya, Perdana Menteri pertama Singapura Lee Kuan Yew mengakui mendiang mantan Presiden Soeharto sebagai sahabat. Momen kebersamaan mereka masih bisa dirasakan hingga kini lewat Bundaran Otorita Batam, Kepulauan Riau.
Di bundaran itu, ada tiga pohon beringin yang ditanam Soeharto, Lee Kuan Yew, dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Kala itu ketiganya juga mencanangkan pembangunan Sijori alias Singapura, Johor, dan Riau.
Lee menyatakan, persahabatan antara dirinya dan Soeharto bukanlah omong kosong. Ayah PM Singapura saat ini, Lee Hsien Loong, tersebut mengatakan, dia selalu menyempatkan berbincang di sejumlah kesempatan bersama Soeharto.
Persahabatan Lee dan Soeharto semakin kental terlihat di era kejatuhan Orde Baru pada 1997-1998. Ketika suami mendiang Ibu Tien itu jatuh dan dicaci baik di dalam dan luar negeri, Lee justru pasang badan. Lee meminta dunia melihat dari sisi lain sahabat yang dilabelinya sebagai patriot itu.
Jika dilihat dari jauh ada kesamaan di balik pribadi kedua orang sahabat tersebut. Salah satunya, masa kepemimpinan Lee dan Soeharto sebagai kepala negara tergolong panjang, mencapai 30 tahun.
Tak cuma itu, ada sederet fakta lain kemiripan Lee dan Soeharto. Apa saja itu? Berikut rangkumannya yang disusun Liputan6.com, Minggu (29/3/2015):
Selanjutnya: 30 Tahun Berkuasa...
30 Tahun Berkuasa
30 Tahun Berkuasa
Lee menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura selama 30 tahun sejak 3 Juni 1959–28 November 1990. Dia tercatat sebagai perdana menteri yang masa bakti terpanjang dalam sejarah.
Masa kepemimpinan Lee hanya terpaut selisih 1 tahun dari Soeharto. Pria kelahiran Kemusuk, Bantul, Yogyakarta itu tercatat memimpin RI selama 30 tahun. Yakni sejak 27 Maret 1968-21 Mei 1998. Meskipun Soeharto telah memimpin RI sejak Maret 1966, saat dia menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno.
Usia Lee dan Soeharto pun nyatanya tak terpaut jauh, hanya selisih 2 tahun. Lee lahir di Singapura 16 September 1923. Sementara Soeharto lahir pada 8 Juni 1921.
Selanjutnya: Mundur Saat Berkuasa...
Advertisement
Mundur Saat Berkuasa
Mundur Saat Berkuasa
Baru 2 tahun sejak dia terpilih kembali sebagai perdana menteri pada 1988, Lee akhirnya memutuskan untuk mundur dari posisinya pada 1990. Lee ingin ada pergantian kepemimpinan. Maka tampuk Perdana Menteri Pun dilanjutkan oleh Goh Chok Tong.
Sementara Soeharto memilih untuk meninggalkan kursi presiden pada 1998. Keputusan itu diambilnya setelah demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik, dan militer yang berujung pada pendudukan gedung DPR/MPR berlangsung oleh demonstran.
Maka BJ Habibie yang kala itu duduk sebagai Wakil Presiden pun naik jabatan untuk menggantikannya.
Selanjutnya: Sama-sama dari 'Jawa'...
Sama-sama dari 'Jawa'
Sama-sama dari 'Jawa'
Seperti Soeharto, Lee Kuan Yew ternyata lahir di 'Jawa'. Suami Kwa Geok Choo itu dilahirkan di Jalan Kampung Jawa, atau yang disebut Kampong Java Road, Singapura.
Namun Bapak Bangsa Singapura ini memang diduga memiliki keterkaitan dengan orang Jawa. Kakek dan neneknya disebut-sebut merupakan orang Semarang yang lalu merantau dan bermukim di Singapura.
Jongkie Tio, penulis buku Kota Semarang dalam Kenangan mengatakan jejak leluhur Lee Kuan Yew diduga berada di kawasan Jalan Pemuda, Semarang, tepatnya di Apotek "Noe-ma".
Namun demikian, tak banyak jejak ayah dan kakek-nenek Lee Kuan Yew di Semarang yang bisa dilacak.
Selanjutnya: Bapak Pembangunan...
Advertisement
Bapak Pembangunan
Bapak Pembangunan
Selain Bapak Bangsa yang mengantarkan Singapura pada kemerdekaannya, Lee Kuan Yew juga dianggap sebagai Bapak Pembangunan oleh masyarakat Negeri Singa itu.Â
Lee berhasil membawa kebijakan ekonomi yang membuat Singapura menjadi salah satu pusat keuangan dunia. Dalam jangka 30 tahun negara seluas 716,1 km persegi itu berhasil menjadi negeri modern dan makmur. Pendapatan rata-rata Singapura naik 100 kali lipat.
Pada awal kemerdekaan, Singapura masih harus mengimpor air dari Malaysia. Pada 1975, Lee akhirnya menciptakan daur ulang air.
Sejumlah analis mengatakan, kekuatan Lee adalah pada kemampuannya memanfaatkan sumber daya paling bernilai bagi Singapura: rakyatnya sendiri.
Sementara Soeharto berhasil membawa Indonesia pada swasembada pangan pada 1984. Di bawah pimpinan Soeharto, RI mencapai laju pertumbuhan domestik bruto rata-rata 7,6 persen per tahun.
Selanjutnya: Keras...
Keras
Keras
Tak dipungkiri lagi Lee Kuan Yew dan Soeharto, yang notabene seorang jenderal, sama-sama berwatak keras. Keduanya bahkan pernah 'beradu keras' dan sempat membuat hubungan Singapura-RI memanas.
Pada 1968, Soeharto secara terbuka meminta kepada Lee Kuan Yew untuk memberikan keringanan hukuman kepada dua anggota KKO (kini, Marinir) yang divonis mati, Usman dan Harun. Kedua tentara itu terlibat pengeboman di Orchard Road, Singapura, pada 1965, saat Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia.
Namun Lee menolak. Singapura tetap mengeksekusi Usman dan Harun. Hal ini melahirkan kemarahan di Indonesia.
Tiga tahun berselang, Lee Kuan Yew merencanakan kunjungan ke Indonesia. Namun dia tak bisa lantas melenggang ke Tanah Air.
Soeharto kala itu mengajukan syarat, Lee harus menaburkan bunga di makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Syarat itu pun disanggupi oleh Lee.
Lee juga keras pada rakyatnya. Dia tak ragu menyingkirkan lawan-lawan politik. Menghukum mereka tanpa proses pengadilan. Seperti yang terjadi pada mantan bawahannya, Francis Seow, yang berbalik menjadi oposisi. Seow ditahan selama 72 hari dengan UU Keamanan Dalam Negeri.
Dia juga tak ragu menyingkirkan mereka yang dianggap mendukung paham komunis. Pada masa pemerintahan Lee Kuan Yew, kebebasan pers juga sangat minim. (Yus)
Advertisement