Mahalnya Biaya untuk 'Pak Ogah' di Jalur Alternatif Puncak

Setiap kali mobil melewati jalan-jalan tersebut, Pak Ogah langsung beraksi bak petugas satuan lalu lintas yang mengatur jalan.

oleh Bima Firmansyah diperbarui 04 Apr 2015, 14:33 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2015, 14:33 WIB
pak ogah
Aksi 'Pak Ogah' di salah satu jalan alternatif di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/4/2015). (Liputan6.com/Bima Firmansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap akhir pekan bisa dipastikan jalur wisata seperti di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat akan banyak dilalui wisatawan. Saking padatnya jalanan, tidak sedikit para pengendara mobil yang menggunakan jalur alternatif.

Namun, bagi Anda yang melewati jalur alternatif setelah melalui gerbang Tol Ciawi ‎harus menyediakan uang ekstra. Sebab, banyak oknum yang meminta uang di setiap persimpangan jalan yang biasa disebut 'Pak Ogah'.

Hasil penelusuran Liputan6.com, di sepanjang ‎jalan Desa Pandansari ada sekitar 10 titik tempat para Pak Ogah meminta uang. Titik-titik tersebut biasanya di setiap simpangan jalan, polisi tidur atau tanggul, dan di beberapa jalan yang menyempit.

Setiap kali mobil melewati jalan-jalan tersebut, Pak Ogah langsung beraksi bak petugas satuan lalu lintas yang mengatur jalan. Bedanya, saat mobil telah lewat mereka meminta imbalan.

Salah satu pengendara mobil bernama Dede (25) mengaku sangat terganggu dengan adanya Pak Ogah tersebut.

"Waduh, saya habis hampir Rp 50 ribu untuk sampai di Gadog, lebih mahal uang untuk Pak Ogah daripada uang tol," ungkap dia di simpang Gadog, Puncak, Bogor, Sabtu (4/4/2015).

Dede kemudian menceritakan pengalaman yang kurang mengenakan, di mana mobilnya pernah dilempar dengan uang koin secara keras. Alhasil bagian belakang mobilnya lecet.

"Jelas ini sangat meresahkan pengendara mobil ya, karena mereka meminta secara paksa, bahkan ada yang memanfaatkan portal. Kalau kasih uang portalnya dibuka, kalau nggak disuruh mutar lagi," jelas dia.  

Dia berharap, tidak ada lagi palak di jalan. Apalagi hingga melakukan pengerusakan terhadap kendaraan. "Yang saya harapkan perangkat desa setempat bisa mengarahkan lagi warga ke arah yang positif," ujar dia.

Lain halnya dengan Yudha, warga Depok yang mengaku tidak pernah dipalak Pak Ogah, karena ia menggunakan sepeda motor setiap melewati jalan tersebut. "Sekarang kalau mau ke Puncak lebih enak pakai motor. Kalau pakai mobil, habislah dipalak sama Pak Ogah," ungkap dia. (Ado/Mvi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya