Liputan6.com, Jakarta - ‎Letkol Penerbang Firman Dwi Cahyono selamat setelah jet tempur F-16 milik TNI Angkatan Udara (AU) yang dipilotinya meledak dan terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Sosok Firman sendiri menurut KSAU Marsekal TNI Agus Supriyatna bukanlah penerbang sembarangan. Ia salah satu penerbang terbaik yang dimiliki oleh TNI AU.
"Penerbang Firman ini penerbang murid saya juga. Waktu itu saya komandan skuadron di Yogya (Lanud Adisutjipto, Yogyakarta). Dia penerbang kedua terbaik," ujar Agus di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (16/4/2015).
Agus juga menyampaikan setelah terjadi insiden tersebut, kondisi Firman mengalami luka-luka. Namun ia menyatakan kondisi luka yang dialami Firman tidak terlalu parah. Sang pilot mengalami luka di bagian lengan dan pundak dan luka bakar yang diderita sekitar 11%.
"Tapi penanganannya cepat dan sekarang sudah segar. ‎Luka kebakarannya itu total 11%," ucap Agus.
Ia bahkan mengatakan, Firman saat ini sudah dalam kondisi fit dan sudah telah dapat kembali beraktivitas. ‎"Sudah baik, di Rumah Sakit Halim sekarang sudah bisa jalan-jalan," ucap KSAU Marsekal Agus Supriatna.
Sosok Firman
Dikutip dari situs taruna-nusantara-mgl.sch.id, Kamis (16/4/2015), sejak kecil Firman memang bercita-cita sebagai pilot. Bahkan ia menjadi lulusan terbaik di SMA Taruna Nusantara, Magelang.
Maskapai Garuda Indonesia juga memberikan kesempatan beasiswa padanya untuk ikut sekolah penerbang. Tawaran tersebut diberikan kepada 9 siswa terbaik SMA Taruna Nusantara untuk di sekolahkan pilot di New Zealand.
"Tapi waktu itu ibu saya melarang jadi pilot. Karena saat itu lagi ada kasus pesawat jatuh," kenang Firman, buah hati pasangan Soegiyono dan Siti Solicah asal Sidoarjo Jatim itu.
Dilarang Ibunda...
Dilarang Ibunda
Dilarang Ibunda
Walau dibesarkan dari keluarga TNI Angkatan Laut (AL), namun hati kecilnya tetap ingin menjadi pilot di jajaran TNI AU. Meski sudah dilarang sang ibunda, Firman tetap menuruti kata hatinya.
Dia lalu ikut seleksi AKABRI dan lulus di TNI AU. "Belakangan ibunda saya merestui kalau saya menjadi pilot di TNI AU," ujar Firman.
Ayah dari M Yudistira AP, M Bima AP dan Annisa Ayu AP tersebut, merupakan alumnus Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1996. Di tahun itu pula, karier suami dari Deasy S.M.S.S., di TNI Angkatan Udara bermula.
Ketika lulus Sekolah Penerbang angkatan 56 tahun 1998, Letkol Pnb Firman Dwi Cahyono yang lahir di Surabaya tahun 1974 itu, langsung menjadi penerbang tempur di Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi. Ia kemudian diangkat menjadi perwira menengah TNI AU dan penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki callsign ‘Foxhound’.
Firman pun dipercaya menjadi Komandan Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi yang juga merupakan markas pesawat buru sergap andalan TNI AU F-16. Ia adalah Komandan pertama Skuadron Udara 16 yang mengoperasikan pesawat F-16 C/D.
Perwira jebolan postgraduate program atau S2 dari University of New South Wales Australia tahun 2011 ini, sejak 3 Desember 2014 menjabat sebagai Komandan Skuadron Udara 16 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. Saat itu dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada 20 Agustus 2014, dilansir dari situs tni-au.mil.id, dia berhasil mencatatkan rekor meraih 2.000 jam terbang mengudara dengan pesawat jet tempur F-16. (Ans/Yus)
Advertisement