Putin: Rusia Akan Kembali Gunakan Rudal Baru dalam Kondisi Tempur

Eskalasi pekan ini telah memicu beberapa peringatan dari pemimpin dunia lainnya tentang perkembangan perang Rusia-Ukraina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 23 Nov 2024, 12:05 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2024, 12:05 WIB
Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin (Dok. AFP)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia memiliki stok rudal baru yang sangat kuat dan siap digunakan. Pernyataannya muncul hanya sehari setelah negaranya meluncurkan rudal baru ke Kota Dnipro di Ukraina.

Dalam pidato mendadaknya di televisi pada Jumat (22/11/2024), Putin menjelaskan bahwa rudal Oreshnik tidak bisa dicegat dan dia berjanji akan melakukan lebih banyak uji coba, termasuk dalam kondisi tempur. Demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (23/11).

Penggunaan rudal Oreshnik oleh Rusia mengakhiri pekan yang penuh eskalasi dalam perang ini, yang juga menyaksikan Ukraina untuk pertama kalinya menembakkan rudal buatan Amerika Serikat (AS) dan Inggris ke Rusia.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk memberikan respons serius agar Putin merasakan akibat nyata dari tindakannya. Dia juga menambahkan bahwa negaranya sedang meminta bantuan dari mitra Barat untuk sistem pertahanan udara yang lebih canggih.

Menurut laporan Interfax-Ukraine, Ukraina sedang berusaha mendapatkan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dari AS atau memperbarui sistem pertahanan anti-misil Patriot yang sudah dimilikinya.

Dalam pidato terbarunya, Putin mengatakan pula bahwa rudal hipersonik Oreshnik terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara dan telah diperintahkan untuk diproduksi secara massal. Sebelumnya, dia mengatakan penggunaan rudal ini adalah respons terhadap penggunaan rudal jarak jauh Storm Shadow dan ATACMS oleh Ukraina.

Serangan ke Dnipro pada hari Kamis (21/11) digambarkan sebagai sesuatu yang tidak biasa oleh saksi mata, dengan ledakan yang berlangsung selama tiga jam.

Serangan tersebut termasuk peluncuran rudal yang sangat kuat, hingga pejabat Ukraina menyebutnya mirip dengan misil balistik antarbenua (ICBM).

Kritik Ukraina untuk China

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat pidato di Parlemen Eropa, Kamis (9/2/2023).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat pidato di Parlemen Eropa, Kamis (9/2/2023). (Dok. AFP/Kenzo Tribouillard) 

Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menyatakan perang ini memasuki tahap yang sangat menentukan, dengan risiko nyata terjadinya konflik global.

Sementara itu, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengingatkan Barat untuk memandang peringatan Putin "secara serius" karena Rusia menyusun kebijakannya berdasarkan kekuatan militer.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memperingatkan bahwa ancaman perang nuklir kini lebih besar dari sebelumnya dan menuduh AS memiliki kebijakan yang agresif dan bermusuhan terhadap Pyongyang.

Korea Utara telah mengirimkan ribuan tentaranya untuk bertempur di pihak Rusia dan pasukan Ukraina melaporkan bentrokan dengan mereka di wilayah Kursk, Rusia, tempat pasukan Ukraina menguasai beberapa area.

Presiden Joe Biden menuturkan dia memberi izin kepada Ukraina untuk menggunakan ATACMS untuk menyerang target-target di Rusia sebagai respons terhadap penggunaan tentara Korea Utara oleh Rusia.

Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022. Kedua negara kini berusaha memperoleh keuntungan di medan perang sebelum Donald Trump menjadi presiden AS pada Januari mendatang.

Trump berjanji akan mengakhiri perang ini dalam hitungan jam, meskipun belum menjelaskan bagaimana caranya.

Dalam pidato malamnya, Zelenskyy turut melayangkan kritik China atas responsnya terhadap rudal baru Rusia setelah Kementerian Luar Negeri China menyarankan semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri.

"Ini adalah ejekan Rusia terhadap posisi negara-negara seperti China, negara-negara Global Selatan, dan beberapa pemimpin yang selalu menyerukan pengekangan," tutur Zelenskyy. 

Dia juga memprotes parlemen Ukraina yang menunda sidang pada hari Jumat karena kekhawatiran soal keamanan setelah serangan di Dnipro.

Dalam sebuah unggahan di Telegram, Zelensky menegaskan bahwa kecuali jika sirene serangan udara berbunyi, semua orang harus melanjutkan pekerjaan seperti biasa dan tidak menganggap ancaman Rusia sebagai "izin untuk libur".

"Jika sirene berbunyi - kita berlindung. Jika tidak ada sirene - kita bekerja dan melayani," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya