Soal Rohingya, Walubi Sebut Buddha di Indonesia dan Myanmar Beda

Arief menegaskan bahwa di Indonesia tidak ada sekte radikal seperti yang diajarkan Ashin Wirathu, seorang tokoh agama Buddha di Myanmar.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 21 Mei 2015, 07:47 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2015, 07:47 WIB
Ratusan Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh
Dengan beralaskan terpal para pengungsi tidur di tempat penampungan, Lhoksukon, Aceh, Senin (11/5/2015). Sekitar 500 migran terdampar di pantai Aceh setelah terapung-apung di laut selama sebulan karena kehabisan bahan bakar. (REUTERS/Roni Bintang)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Arief Harsono mengimbau seluruh umat Buddha agar tidak terprovokasi dengan permasalahan yang tengah menimpa pengungsi Rohingya. Warga muslim Rohingya diketahui menjadi korban diskriminasi oleh pemerintah Myanmar dengan isu perbedaan keyakinan.

"Kami mengimbau kepada seluruh umat Buddha di Indonesia agar semua tenang. Jangan sampai hubungan baik antarwarga negara Indonesia terpengaruh isu-isu yang tidak menguntungkan kita semua," ucap Arief di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Rabu (20/5/2015).

Arief juga menegaskan bahwa di Indonesia tidak ada sekte radikal seperti yang diajarkan Ashin Wirathu, seorang tokoh agama Buddha di Myanmar. Di Indonesia tidak akan ada efek kesenjangan sosial seperti yang dialami para pengungsi Rohingya.

"Di Indonesia ini selalu damai, bahagia, dan sejahtera. Buddha kami berbeda dengan di Myanmar. Ini yang perlu digarisbawahi bahwa Buddha di Indonesia saling mencintai antarsesama manusia tanpa memandang agama, etnis, dan kelompok," tandas dia.

Hal senada juga disampaikan Ketua MUI Bidang Kerukunan Antarumat Beragama KH Slamet Efendy Yusuf. Menurutnya, permasalahan di Myanmar tidak ada hubungannya dengan Indonesia. Ia berharap masyarakat tidak terprovokasi dengan isu penyebaran kebencian.

"Jangan sampai apa yang terjadi di sana (Myanmar) membuat hubungan umat beragama di sini menjadi renggang karena akan mengganggu stabilitas nasional. Jadi bukan hanya soal Islam dan Buddha," tegas Slamet.

Etnis Rohingya merupakan warga muslim minoritas di Myanmar yang tinggal sejak ribuan tahun di negaranya yang dulu bernama Burma. Mereka menjadi korban diskriminasi dengan tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar.

Pada Juni dan Oktober 2012 lalu kerusuhan bernuansa etnis pecah di negara bagian Rakhine, Myanmar. Puluhan ribu warga Rohingya kemudian meninggalkan wilayah mereka. Kekerasan etnis ini menewaskan ratusan orang dan membuat 140 ribu warga minoritas tersebut kehilangan tempat tinggal.

Mereka terpaksa hidup terombang-ambing di atas perahu dan mencari perlindungan di beberapa negara di Asia Tenggara. Setelah mendapat penolakan dari sejumlah negara, mereka akhirnya diselamatkan oleh masyarakat Aceh dan Sumatera Utara. Dan untuk sementara mengungsi di wilayah hukum Indonesia. (Ado)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya