Menlu Retno: RI Dorong Situasi Kondusif di Laut China Selatan

Menurut Menlu Retno, pemerintah RI menyerukan agar semua pihak yang bersengketa di Laut China Selatan, menahan diri.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 13 Jun 2015, 16:22 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2015, 16:22 WIB
Menlu Retno Disarankan Tak Terapkan 'Thousand Friends Zero Enemy'
Menurut Menlu Retno, pemerintah RI menyerukan agar semua pihak yang bersengketa di Laut China Selatan, menahan diri. (Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta - Keadaan di Laut China Selatan semakin tak stabil. Negara-negara yang wilayahnya berdekatan dengan perairan kaya sumber daya ini, terlibat perang klaim. Saling klaim ini, melibatkan negara-negara mitra penting Indonesia. Seperti China dan beberapa negara Asia Tenggara.

Melihat kondisi tersebut, Menteri Luar Negeri (Menlu) LP Retno Marsudi mengatakan Indonesia telah mengambil sikap. Namun, sikap itu bukan diartikan Indonesia akan memihak salah satu negara atau pihak.

Menurut Menlu Retno, pernyataan dan sikap yang dikeluarkan pemerintah RI berbentuk lebih seperti seruan. Ini dimaksudkan agar semua pihak yang bersengketa menahan diri.

"Indonesia mendorong setiap negara dalam wilayah (Asia dan Asia Tenggara) ini, untuk menciptakan situasi yang kondusif di Laut China Selatan," ucap Menlu Retno di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Sabtu (13/6/2015).

Dia menambahkan, untuk menciptakan suasana stabil itu, kesepakatan tata perilaku antara ASEAN dan China atau Code of Conduct (CoC) bisa segera disepakati. Setidaknya, dalam waktu dekat ini, kesepakatan awal hal tersebut sudah menemui kata sepakat.

"Yang tak kalah pentingnya adalah (untuk) segera disepakatinya kesepakatan awal CoC," jelas Menlu Retno.

"Ini adalah waktu bagi kami untuk berupaya menyetujui jangka waktu persetujuan Code of Conduct (China-ASEAN)," sambung Menteri Retno.

Sejauh ini memanasnya kondisi di perairan itu karena pemerintah Tiongkok telah mengklaim, hampir seluruh kawasan di Laut China Selatan.

Tindakan China memicu negara-negara lain menuduh China bertindak ilegal dengan melakukan pengerukan tanah untuk membuat pulau buatan yang dicurigai untuk membangun fasilitas militer demi melindungi kepentingannya. (Ans/Ein)


 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya