Doa Ibunda Ade Sara untuk 2 Pembunuh yang Dihukum Seumur Hidup

Elizabeth Diana Dewayani masih tetap tegar seperti sebelum-sebelumnya.

oleh Nadya Isnaeni diperbarui 23 Jul 2015, 18:27 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2015, 18:27 WIB
Ade Sara Angelina_20140307
Elisabeth Diana Dewayani dan Suroto orang tua dari korban

Liputan6.com, Jakarta - Elizabeth Diana Dewayani masih tetap tegar seperti sebelum-sebelumnya. Di hatinya juga tak ada dendam yang tersimpan meskipun buah hati semata wayangnya telah direnggut nyawanya dengan cara yang tak pernah dibayangkan.

Putri Elizabeth, Ade Sara yang masih 19 tahun disetrum dan disumpal mulutnya dengan koran hingga meninggal dunia oleh mantan kekasih gadis itu, Ahmad Imam Al Hafitd dan temannya Assyifa Ramadhani atau Syifa. Semua terjadi pada Maret 2014 lalu.

Setahun berselang, dia mendengar kabar jika kedua pembunuh Sara diperberat hukumannya oleh Majelis Hakim Kasasi Mahkamah Agung (MA). Dari semula hukuman 20 tahun penjara menjadi seumur hidup.

Sang suami, Suroto yang pertama kali mengabarkan berita ini.

"Tahu dari pagi, dari suami saya, terus teman kerja lihat juga di internet," cerita Elizabeth kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (23/7/2015).

Dia tetap bersahaja. Tak ada umpatan atau kecaman yang meluncur keluar dari mulutnya kepada 2 pembunuh Sara. Buat Elizabeth, apapun keputusan hukum di negeri ini tetap dia terima, meski Hafitd dan Syifa dihukum 20 tahun penjara atau seumur hidup.

"Kan kami warga negara Indonesia, bagaimana pun harus menghormati keputusan yang ditegakkan penegak hukum. Saat Hafitd dan Syifa diputus 20 tahun penjara pun saya bilang, kita harus menghormati keputusan yang dijatuhkan," tutur dia.

Malah Elizabeth berdoa agar kedua remaja itu dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini. Agar di balik penjara sana mereka bisa berubah menjadi orang yang lebih baik.

"Kami tetap berdoa. Saat menjalani masa tahanan keduanya menjadi orang yang baik, mengambil hikmah dari semua yang terjadi."

Elizabeth tak mau mengotori hatinya dengan dendam. Meskipun kini dia dan suami harus menjalani hidup yang sepi tanpa Ade Sara.

"Nggak ada dendam," ucap dia.

Selasa (19/8/14), sidang perdana kasus pembunuhan Ade Sara digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Tak Tergantikan...

Sebagai pelipur lara, Elizabeth dan Suroto kini mengajak seorang keponakannya yang berbeda 6-7 tahun dari putrinya hidup bersama di rumah kontrakan mereka.

"Ya sepi. Tapi keponakan nemenin kita. Sebelumnya kan kontrakan kami kecil, jadi keponakan tinggal di dekat sini. Setelah kepergian Sara, keponakan menemani kami. Menghibur kami biar nggak sepi," tutur dia sambil menahan tangis.

"Kalau saya nangis, dia yang nemenin saya."

Suara Elizabeth makin tertahan. Tapi dia memastikan, dirinya telah merelakan kepergian putri tercintanya. Meskipun dia tahu, Sara tak akan pernah terlupakan dan tergantikan.

"Saya sudah ikhlas. Belajar menerima apa yang terjadi. Kalau ikhlas, kita akan plong. Saya nggak mungkin benar-benar lupa Sara. Tetap berdoa supaya kesedihan ini berlalu," ucap Elizabeth.

Gadis bernama lengkap Ade Sara Angelina Suroto itu jasadnya ditemukan di bawah kolong jembatan di ruas Tol Bekasi pada Maret 2014 lalu. Penyelidikan kasus kematiannya mencengangkan. Ade Sara dibunuh oleh mantan pacar dan temannya. Detik-detik terakhir kematian Ade Sara sempat disetrum, mulutnya disumpal koran dan lehernya dijerat tali tas hingga tewas. (Ndy/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya