Menkumham Tak Ingin Ada Salim Kancil yang Lain

Yasonna menganggap tindakan main hakim sendiri seperti yang dilakukan sejumlah massa propenambangan terhadap Salim Kancil, sangat keji.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 30 Sep 2015, 17:13 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2015, 17:13 WIB
Selain Salim Kancil, 4 Aktivis Ini Juga Alami Tragedi Pilu
Ternyata empat aktivis ini juga mengalami tragedi yang pilu seperti Salim Kancil.

Liputan6.com, Jakarta - Pembunuhan petani antipenambangan, Salim Kancil, di Lumajang, Jawa Timur, menarik perhatian publik. Sejumlah pihak mengaku prihatin dan meminta agar otak dibalik pembunuhan keji tersebut diusut dan segera diungkap. Bahkan, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti untuk segera mengungkap kasus itu hingga tuntas.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna P Laoly mengatakan, Presiden Jokowi terus memantau penanganan kasus tersebut. Yasonna menganggap tindakan main hakim sendiri seperti yang dilakukan sejumlah massa propenambangan terhadap Salim Kancil, sangat keji dan jelas sebuah tindakan kriminal yang tidak bisa ditoleransi.

"Ya, Presiden kan sudah memerintahkan Kapolri untuk mengusut siapa saja yang bersalah di situ. Jadi ini negara hukum, tidak boleh orang meletakkan hukum di tangannya sendiri, main hakim sendiri," ujar Yasona di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/9/2015).

Menurut dia, arahan Jokowi kepada Kapolri, sangat jelas, yaitu menginginkan agar pelaku pembunuhan dan siapa aktor intelektual di balik pembunuhan tersebut segera diungkap. Dia pun berharap agar peristiwa pembunuhan seperti yang terjadi di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang itu tidak terjadi lagi.

"Siapapun harus diminta pertanggungjawabannya secara hukum. Jadi Presiden menginstruksikan Kapolri untuk menyelesaikan itu. Kita lihat nanti proses hukum yang sedang dilakukan Polri," ucap Yasonna. ‎

Salim alias Salim Kancil disiksa sampai tewas pada Sabtu 26 September 2015. Peristiwa ini bermula dari sikap para petani dalam Forum Petani Antitambang Desa Selo Awar-Awar yang menolak penambangan di Pantai Watu Pecak.

Petani kesal karena sebagian lahannya dijadikan jalan perlintasan truk pengangkut pasir. Mereka mengajukan pemberitahuan untuk menggelar unjuk rasa menolak penambangan. Namun unjuk rasa belum digelar, 2 petani yakni Salim dan Tosan diculik sekelompok preman dan dianiaya.

Salim yang juga aktivis Forum Petani Anti Tambang ditemukan di tepi jalan dalam kondisi tak bernyawa. Banyak bekas luka di tubuh pria asal Desa Selo Awar, Pasirian, Lumajang ini. Sedangkan Tosan dalam kondisi kritis karena menderita luka serius di tubuhnya. Dia kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Saat ini, kepolisian setempat sudah mengamankan 17 orang terkait kasus ini. (Bob/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya