Jokowi Minta Polri Tuntaskan Kasus Pembunuhan Petani Salim Kancil

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyatakan, Jokowi telah mengetahui kasus pembunuhan petani Salim Kancil.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 29 Sep 2015, 16:58 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2015, 16:58 WIB
20150929-Salat Gaib-Mahasiswa di Malang-Salim kancil-Malang
Puluhan aktivis yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) saat menggelar salat gaib untuk kematian Salim Kancil di depan Balaikota Malang, Jawa Timur, Selasa (29/9/2015). (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus pembunuhan Salim atau Salim Kancil mengundang perhatian Presiden Joko Widodo. Petani asal Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang menolak aktivitas tambang pasir di Pantai Watu Pecak itu tewas secara tragis diduga dihabisi puluhan orang yang pro-penambang.

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyatakan, Jokowi telah mengetahui persoalan tersebut. Presiden juga telah meminta Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti untuk mengusut kasus tersebut sampai tuntas.

‎"K‎ami sangat menyayangkan. Presiden sudah minta Kapolri untuk mengusut pelaku penganiayaan. Saya kira kemarin polisi juga sudah menetapkan sejumlah tersangka," ucap Teten di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa, (29/9/2015).

Jokowi, imbuh Teten, juga telah memberi arahan kepada Kapolri agar berhati-hati menyelesaikan persoalan lahan yang melibatkan masyarakat dengan pengusaha. Cara-cara yang bersifat kekerasan dan intimidasi harus dihindarkan dan diselesaikan melalui pendekatan yang baik.

"Ada‎ kekerasan terhadap konflik-konflik lahan, agraria semacam itu. Dan nanti saya kira akan ada semacam guidan kepada Polri supaya jangan menggunakan kekerasan terhadap konflik-konflik lahan antara masyarakat dengan pebi‎snis misalnya," papar Teten.

Ia juga menyatakan bahwa Presiden telah meminta Polri agar penanganan kasus tersebut d‎ituntaskan secara transparan dan hati-hati. Terlebih pembunuhan Salim Kancil bermula dari konflik agraria yang biasanya terjadi dalam kurun waktu cukup lama.

"Konflik agraria tidak ada yang baru, rata-rata puluhan tahun. Presiden sudah memberikan perhatian supaya ada penyelesaian konflik ini yang cukup fair. Jadi umumnya misalnya petani yang sudah menduduki lama di tanah tersebut lalu mereka meminta penguasaan atas tanah tersebut, lalu ada pihak bisnis yang mau ambil lahan itu atau lembaga lain, itu kan konfliknya di situ," urai dia.

Teten menambahkan, pihaknya akan terus mengawal dan memantau proses penanganan kasus pembunuhan tersebut hingga tuntas. "Ini sudah ditangani oleh polres setempat dan kami Kantor Staf Kepresidenan akan memantau terus penyelesaiannya," pungkas Teten Masduki.

Kematian Salim Kancil terjadi pada Sabtu 26 September 2015. Peristiwa ini bermula dari sikap para petani yang bergabung dalam Forum Petani Anti Tambang Desa Selo Awar-awar menolak penambangan di Pantai Watu Pecak.

Petani kesal karena sebagian lahannya dijadikan jalan perlintasan truk pengangkut pasir. Mereka mengajukan pemberitahuan untuk menggelar unjuk rasa menolak penambangan. Namun unjuk rasa belum digelar, 2 petani yakni Salim dan Tosan diduga diculik sekelompok preman dan dianiaya.

Salim Kancil yang juga aktivis Forum Petani Anti Tambang ditemukan di tepi jalan dalam kondisi tak bernyawa. Di tubuh pria asal Desa Selo Awar, Pasirian, Lumajang ini terdapat banyak bekas luka. Sedangkan Tosan dalam kondisi kritis karena menderita luka serius di tubuhnya. Dia kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Saat ini, kepolisian setempat sudah mengamankan 17 orang terkait penganiayaan hingga menyebabkan Salim Kancil tewas.‎ (Ans/Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya