Ahok: Presiden Selanjutnya Kalau Enggak Jokowi ya Prabowo

Dalam survei calon presiden, Ahok berada di posisi ke 3 setelah Jokowi dan Prabowo.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 26 Okt 2015, 10:06 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2015, 10:06 WIB
20150911-gub dki-jakart-ahok
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. (Facebook Ahok)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak mau ambil pusing dengan hasil survei yang menempatkan dia sebagai kandidat calon presiden yang kuat. Bagi dia, Indonesia hanya punya 1 presiden.

"Presiden cuma satu kok, kamu ribut amat sih, orang survei itu cuma ngomong jauh banget," ujar pria yang karib disapa Ahok itu di Balaikota, Jakarta, Senin (26/10/2015).

Dalam survei calon presiden yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Ahok berada di urutan ke-3 setelah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Posisi ketiga memang masih butuh kerja keras untuk dapat menarik hati masyarakat. Tapi, paling tidak dalam survei ini Ahok bisa melampaui Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono yang berada di posisi ke-4.

Meski begitu, Ahok tak mau jumawa. Dia menilai, pemilu tetap akan dimeriahkan oleh 2 tokoh teratas, yakni Jokowi dan Prabowo.

"Ngapain pusing, Presidennya Jokowi kok, kalau enggak Jokowi, Prabowo kok. Ngapain lu ribut?" kata Ahok.

Kepala Penelitian Bidang Politik CSIS Philips Vermonte menegaskan nama Joko Widodo atau Jokowi masih berada di posisi pertama diikuti Prabowo Subianto. Kemudian, ada nama Ahok di peringat ketiga mengalahkan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY yang berada di posisi keempat.

"Berdasarkan tingkat elektabilitas tokoh, bila Pilpres dilaksanakan hari ini, Jokowi masih unggul dengan 36,1 persen, kemudian Prabowo 28,0 persen, Ahok dengan 4,9 persen, SBY 4,8 persen," ujar Vermonte di Jakarta, Minggu (25/10/2015).

Ahok juga mengalahkan tokoh pemimpin muda lainnya, Ridwan Kamil. "Ridwal Kamil 3,6 persen, lainnya 12,8 persen, sedangkan yang belum menentukan pilihan sebanyak 9,7 persen," lanjut Vermonte.

Menurut dia, nama Ahok melejit seperti katapel. Padahal, pada 2014, namanya tidak diperhitungkan.

"Yang menarik, memang nama Ahok mencuat seperti katapel. Walaupun nama SBY muncul juga," tegas Vermonte.

Peneliti CSIS Arya Fernandes menegaskan nama Ahok muncul, lantaran kebijakannya yang selalu mendapatkan apresiasi dari publik.

"Dia populer dan kebijakannya mendapatkan apresiasi publik. Figurnya pun menunjukan perbedaan dari yang lain, apalagi berani bertarung dengan DPRD," tegas Arya.

Selain itu, Ahok dipandang sebagai elite masa depan dan tokoh bersih. "Ahok dianggap elit masa depan, serta tokoh bersih yang antikorupsi," pungkas Arya. (Nil/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya