Pada Hari Pahlawan, Pemuda Pancasila Ingatkan Bahaya Komunis

Apel ini bukan sekadar rekreasi, namun wajib bagi kader Pemuda Pancasila setiap tahunnya.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 10 Nov 2015, 17:59 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2015, 17:59 WIB
Suasana Munas Perdana Srikandi Pemuda Pancasila
Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Yapto Soerjosoemarno memberikan pidato saat Musyawarah Nasional (Munas) Perdana Srikandi Pemuda Pancasila digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat, (1/5/2015) .(Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila (PP) memperingati Hari Pahlawan dengan menggelar 'Apel Kesetiaan' 10 November di Monumen Pancasila Sakti, Pondok Gede, Jakarta Timur.

Ketua Pemuda Pancasila Yapto Soelistyo Soerjosoemarno mengatakan, acara ini untuk mengenang aksi bersejarah dalam usaha mengubah ideologi negara Indonesia.

"Apel ini bukan sekedar rekreasi namun wajib bagi kader Pemuda Pancasila untuk mengenang sejarah bangsa sebagai wujud untuk mewujudkan cita-cita proklamasi," ujar Yapto usai mengahdiri apel kesitianan di Pondok Gede, Jakarta Timjur, Jakarta (10/11/2015).

Dia mengatakan, sejak peristiwa G30S, pemerintah orde baru melarang keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) namun saat ini banyak keputusan dan dasar hukum ingin yang mengembalikan ajaran komunis.

Yapto mencontohkan, terdapat kegiatan sekelompok orang dalam rapat dan apel dengan menunjukkan atribut PKI. Bahkan, masih ada sebagian aparat pemerintah dan birokrat yang perlahan dan pasti ingin mengembalikan komunisme di Indonesia.

"Ini harus dihentikan dan tidak boleh terjadi," papar Yapto.

Dia menekankan, bahwa setiap kader bangsa harus ditanamkan rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia. Menurut dia, seluruh warga negara wajib melindungi bangsa Indonesia dengan seluruh kemampuan, pikiran, tenaga, uang dan nyawa.

"Kita harus melihat bahwa bangsa Indonesia sekarang sudah hampir menjadi liberal melebihi Amerika Serikat," kata Yapto.

Karena itu, Yapto menilai, seluruh komponen bangsa harus bahu-membahu memperbaiki kondisi bangsa Indonesia bukan malah memperburuk kondisi nasional.

"Kita butuh persatuan dan langkah nyata yang bisa mengubah dan memperbaiki keadaan, bukan malah memperburuk kondisi nasional," pungkas Yapto. (Dms/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya