Data Polri: 384 WNI Gabung ISIS, 46 Sudah Kembali ke Tanah Air

Tak menutup kemungkinan jumlah WNI yang bergabung dengan ISIS lebih banyak dari data yang terkonfirmasi.

oleh Audrey Santoso diperbarui 18 Nov 2015, 23:52 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2015, 23:52 WIB
Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Polri mencatat sebanyak 384 warga negara Indonesia sudah terkonfirmasi bergabung di kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun tak menutup kemungkinan jika jumlah warga Indonesia yang bergabung dengan kelompok militan itu lebih banyak dari data yang terkonfirmasi.

Di antara ratusan yang tergabung dan mengenyam pendidikan militer di Suriah, 46 di antaranya diketahui sudah kembali ke Tanah Air. Mereka saat ini sedang dalam pengawasan kepolisian.

"Sebanyak 384 yang sudah confirm nama-namanya. Tapi mungkin yang berangkat bisa lebih dari itu. Data di kita kurang lebih 46 (yang kembali ke Indonesia). Kita monitor semua," ucap Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian di kantornya, Jakarta, Rabu (18/11/2015).


Tito menjelaskan, sejauh pengamatan intelijen, belum ada tanda-tanda bahwa alumni Suriah akan melakukan aksinya di Jakarta. Tito menerangkan, meski jumlah sel-sel ISIS meningkat, mereka tidak memiliki kemampuan membuat kacau Jakarta. Dengan demikian, Tito menegaskan lagi bahwa Jakarta saat ini masih dalam kondisi aman.

"Yang jelas di Jakarta, meskipun ada sel-sel pendukung pendukung ISIS, tetapi hingga saat ini hasil analisis kita, kemampuan mereka, kapabilitas mereka relatif rendah. Dan kita belum dapat informasi yang kemungkinan ada rencana serangan belum ada. Jadi ya, sementara ini saya kira kita masih aman," ujar Tito.

Mantan Kapolda Papua ini menjelaskan posisi Indonesia di mata ISIS, yakni Indonesia tidak masuk ke dalam koalisi negara-negara yang berseteru di medan perang dengan kelompok radikal itu, sehingga kemungkinan kecil ISIS berulah di Indonesia.

Berkaca dari pengalaman masa lalu, di mana kelompok radikal Islam beraksi di Bali dan di sejumlah hotel bintang 5 di Jakarta, Tito mengatakan pemicu aksi teror terjadi di Indonesia lebih kepada perbedaan ideologi tentang jihad.

"Sementara ini, Indonesia enggak masuk dalam koalisi. Tapi tentu tidak berarti bahwa kita underestimate. Kita paham, dulu juga waktu kasus di Afghanistan, Indonesia enggak masuk dalam koalisi di sana, tapi mereka tetap menyerang di sini karena didorong ideologi yang berbeda," tandas Irjen Tito Karnavian. (Ans/Mar)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya