Liputan6.com, Jakarta - Polisi mengendus otak di balik serangan teroris di Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat adalah seorang residivis kasus kepemilikan ribuan amunisi, Bahrun Naim. Polisi mengungkap motif di balik serangan tersebut.
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan, Bahrun bukan pemain lama dalam jejaring terorisme. Lama tidak terdengar pascabebas dari penjara, nama Bahrun disinyalir berada di Suriah bergabung dengan ISIS.
"Dia ingin membentuk khatibah nusantara, yang meliputi Asia Tenggara. Sehingga dia ingin rancang serangan di Indonesia, sehingga dikatakan pemimpin. Untuk dapatkan kredit sebagai pemimpin di mata jaringan ISIS," kata Tito di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/1/2015).
Baca Juga
Tito menjelaskan kantung ISIS di Asia Tenggara terdapat di sejumlah negara seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand. Sampai saat ini, menurut dia, kelompok ISIS yang telah mendeklarasikan diri yaitu di wilayah Filipina Selatan. Dan itu menjadi pesaing dari Bahrun Naim yang ingin semakin memperkuat posisinya di Asia Tenggara.
Singkat kata, terdapat persaingan kepemimpinan dalam merebut komando ISIS di Asia Tenggara.
"Dia ingin jadi leader kelompok ISIS di Asia Tenggara, sehingga terjadi upaya persaingan leadership. Di Filipina sudah di-declare Bahrun. Oleh karena ada persaingan antara leader di Asia Tenggara, Bahrun Naim, mereka merancang serangan itu," ucap Tito.
Naim pernah ditangkap Juli 2001 atas kasus kepemilikan peluru. 2012, Bahrun menghirup udara bebas. 2014 dia berangkat ke Suriah dan gabung dengan ISIS di Raqqa (pusat pemerintahan ISIS).
Menurut Tito, walau saat ini menetap di Suriah, namun, Bahrun Naim mempunyai pengaruh yang cukup besar di sebagian wilayah Jawa Tengah dan pernah bergabung dengan jaringan teroris Santoso di Poso.
"Di Jawa dan Sulawesi cukup berpengaruh, ia bagian dari Jaringan Poso," ujar Tito.