Liputan6.com, Jakarta - Nama Bahrun Naim muncul saat pengungkapan teroris di Bekasi. Saat itu Densus 88 Antiteror menangkap seorang suku Uighur, Xinjiang, sebuah wilayah otonom di China.
Warga negara asing tersebut menggunakan nama Alli. Aparat yang menggeledah kosan Alli di Perumahan Boulevard Hijau, Taman Harapan Indah, Bekasi, sekitar pukul 16.30 WIB, 23 Desember 2015, tidak menemukan paspor Alli. Polisi menemukan bom bunuh diri yang dirancang di rompi.
Bahrun Naim disebut-sebut berada di balik pendanaan warga asing tersebut. Dia menggelontorkan sejumlah dana ke Indonesia untuk merakit bom.
Muhammad Bahrun Naim alias Anggih Tamtomo alias Abu Rayan adalah residivis kasus kepemilikan ribuan amunisi senjata api berbagai jenis pada 2010.
Juni 2011, warga Pasar Kliwon, Solo, ini diganjar 2,5 tahun penjara. Juni 2012 dia menghirup udara bebas.
Lama tidak terdengar aktivitasnya, aparat kepolisian mendeteksi keberadaan Bahrun Naim di Suriah. Dia bergabung dalam upaya pemberontakan yang dilakukan kelompok ISIS.
Dia juga dikabarkan membawa 'kabur' seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Siti Lestari (23), ke Suriah.
Terkait dengan aksi teror Sarinah, Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian dalam keterangan pers di Istana negara mengatakan 5 teroris tewas dalam upaya penyergapan aparat gabungan. Belum diketahui apakah para pelaku tersebut seluruhnya warga negara Indonesia atau terdapat warga negara asing.
Tito membeberkan aksi teror di Sarinah adalah sebagai salah satu aksi 'unjuk gigi' Bahrun Naim terkait persaingan kepemimpinan ISIS di Asia Tenggara.
"Dia ingin jadi leader kelompok ISIS di Asia Tenggara, sehingga terjadi upaya persaingan leadership. Di Filipina sudah di-declare Bahrun. Oleh karena ada persaingan antara leader di Asia Tenggara, Bahrun Naim, mereka merancang serangan itu," Tito menjelaskan.
Sebelumnya, Bahrun Naim juga disebut-sebut ada di balik rencana aksi teror pada Agustus 2015. Mereka merencanakan aksi pada 17 Agustus 2015. Beberapa tempat menjadi sasaran kelompok teroris Bahrun Naim. Salah satunya kuil Budha Kepunton, Solo, terkait isu Rohingnya.**