Liputan6.com, Sigi - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengenang fenomena alam gerhana matahari total pada 1983. Menurut dia, fenomena tersebut sungguh berbeda dari peristiwa serupa tahun ini.
"Saat itu pemerintah otoriter. Kita dilarang keluar, tidak ada yang berani melawan. Saya keluar rumah, periksa kondisi jalan, tapi tidak berani memandang langsung matahari, takut," ujar Jusuf Kalla sambil terkekeh usai menyaksikan gerhana matahari total bersama masyarakat di Lapangan Desa Kotapulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Rabu (9/3/2016).
Pria yang kerap disapa JK itu terkesan dengan gerhana matahari selama 2 menit 20 detik pada pukul 08.37 Wita di Sigi.
Baca Juga
JK mengenakan kacamata khusus yang disediakan panitia sekaligus memantau layar monitor yang disediakan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) agar tidak sedikit pun melewatkan detik-detik krusial saat pagi terang berubah menjadi gelap sebelum terang lagi.
"Bagi saya sangat indah. Bagaimana matahari yang berjarak sekitar 150 juta kilometer dari bumi dan bulan berjarak 40 juta kilometer dapat terlihat pada sisi yang pas. Ini tanda kebesaran Allah," ujar JK takjub seperti dilansir Antara.
Beberapa menit sebelumnya JK salat sunah gerhana matahari (salat Kusuf) bersama masyarakat di Lapangan Desa Kotapulu Palu.
Bertindak sebagai imam salat gerhana matahari adalah Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Masdar Farid Masudi dan khotib Komaruddin Hidayat.