Liputan6.com, Bengkulu - Fenomena gerhana matahari total (GMT) yang terjadi pada Rabu (9/3/2016) menarik perhatian banyak warga. Momen tersebut tidak disia-siakan, mereka berbondong-bondong menyaksikan secara langsung peristiwa langka tersebut.
Berbagai cara dilakukan untuk dapat melihat gerhana, mulai dari menggunakan kacamata khusus gerhana, kamera Ponsel, hingga menggunakan cara tradisional, salah satunya melalui kaca bening yang dihitamkan dengan asap hitam dari kepulan asap minyak tanah. Cara tersebut digunakan oleh sebagian warga di Bengkulu.
Baca Juga
Budiman Sakti, warga Kelurahan Timur Indah, Kecamatan Singaran Pati, Bengkulu itu mengaku menggunakan cara tersebut untuk melihat GMT bersama keluarga dan para tetangganya.
Advertisement
"Kami menggunakan kaca yang dihitamkan ini untuk menyaksikan gerhana matahari. Ini supaya tidak langsung bertatapan dengan matahari. Hasilnya, kita dapat melihat proses gerhana dengan baik," ucap Budiman kepada Liputan6.com.
Ia mengatakan, cara tersebut merupakan salah satu tradisi lama masyarakat Bengkulu saat terjadi gerhana matahari dan hingga kini masih banyak digunakan khususnya di wilayah pedesaan.
"Ini cara yang digunakan untuk lihat gerhana sejak saya masih kecil. Sampai sekarang masih banyak yang pakai ini, apalagi di dusun-dusun. Karena di dusun tidak ada kacamata gerhana, jadi melihatnya pakai cara seperti ini," ucap pria yang berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas swasta di Kota Bengkulu itu.
Cara Membuat
Budiman menjelaskan, tidak sulit membuat kaca bekas untuk melihat gerhana. Agar penglihatan lebih sempurna, potongan kaca bening lebih dulu diasapkan dengan kepulan asap kertas atau bahan yang mudah terbakar dengan menggunakan minyak tanah.
"Biarkan kaca tersebut terlihat agak hitam, setelah itu, kaca yang hitam tadi diarahkan ke matahari. Nanti akan terlihat dengan jelas proses gerhana yang terjadi," ucap Budi.
Walau tinggal di perkotaan, Budi mengatakan masih banyak warga kota Bengkulu yang menggunakan cara tersebut. Ia beranggapan, penggunaan kaca bekas yang dihitamkan lebih jelas dan terang dibanding dengan menggunakan kacamata khusus gerhana.
Selain itu, penggunaan kaca bekas juga menjadi alternatif khususnya warga di perkampungan yang tidak dapat membeli kacamata khusus gerhana karena persediaan yang terbatas.
"Ini lebih enak, jadi ndak usah beli lagi kacamata. Kan ini juga bisa jadi cara untuk melihat gerhana dengan aman, apalagi di daerah ini kacamata gerhana nggak banyak yang jual," pungkas Budi.