Cerita Miris Jokowi Saat Pameran Mebel di Jerman

Jokowi pernah kecewa saat membuka stan dalam sebuah pameran furnitur di Berlin Jerman.

oleh Luqman Rimadi pada 19 Apr 2016, 13:11 WIB
Diperbarui 22 Apr 2016, 17:18 WIB
20160418- Jokowi Pidato di Depan Pengusaha Jerman-Biro Pers
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat forum bisnis di Ballroom Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman, Senin (18/4/2016). Forum ini mempertemukan investor dan pemerintah kedua negara untuk membicarakan investasi jangka panjang. (Biro Pers Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo menutup agenda kunjungan kerjanya di Jerman bertemu warga Indonesia yang bermukim di Jerman.

Pertemuan itu digelar di ruang pertemuan lantai dua Kedutaan Besar RI (KBRI) di Berlin. Hadir bersama Presiden Joko Widodo yaitu Dubes RI untuk Jerman Fauzi Bowo.

Jokowi sempat curhat mengenang masa lalunya ketika masih menjadi pengusaha mebel. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bercerita dirinya pernah kecewa saat membuka stan dalam sebuah pameran furnitur di Berlin Jerman.

"Saya sudah 17 tahun sering pameran di sini (Jerman). Saya kadang jengkel. Selalu dapat (posisi stan) di belakang, dan dekat toilet lagi," ucap Jokowi di hadapan para WNI yang hadir, Senin 18 April 2016 waktu Jerman.  

Sejak saat itu, Jokowi mengaku tidak pernah mau menghadiri acara pameran produknya di luar negeri bila mendapatkan stan di lokasi yang tidak strategis.

 



"Kalau di belakang tidak usah keluarlah. Karena ini menyangkut branding, persepsi kita. Sudah (ukuran stan) tidak gede, terpencil, dekat toilet lagi," kata Jokowi melalui Tim Komunikasi Presiden.

Belajar dari pengalamannya di masa lalu, Jokowi melarang kementerian atau lembaga negara melakukan pameran di luar negeri tanpa persiapan yang matang.

"Gak boleh lagi (pameran) sendiri-sendiri di luar negeri. Karena hal ini menyangkut persepsi, berkaitan dengan imej Indonesia di dunia internasional," ucapnya.  

Masuk Era Persaingan

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan mengenai era persaingan antar negara yang kini sudah dimulai. Menurutnya,  Indonesia menguasai 45 persen GDP (Gross Domestic Product) di ASEAN, untuk itu, ia meminta masyarakat untuk siap menghadapi kompetisi tersebut dalam ruang lingkup MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

"Kita konsentrasi pada tiga hal, deregulasi, percepatan pembangunan infrastruktur, dan penguatan kualitas SDM (sumber daya manusia)," tutur Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyinggung pentingnya penyiapan SDM di era keterbukaan dan kompetisi. Terkait itu, Presiden menceritakan pertemuannya dengan Kanselir  Angela Markel yang menekan kerja sama pendidikan dan training vokasi.

Jokowi berharap komitmen  kerja sama dengan Jerman dalam pelatihan dan pendidikan vokasi bisa mempercepat lahirnya tenaga kerja dengan kemampuan yang baik. Beberapa negara sudah lebih dulu bekerja sama dengan Jerman.

"Vietnam sudah ke sini 4 tahun yang lalu, Malaysia sudah 2 tahun lalu. Walaupun kita baru datang sekarang, nanti  saya yakin kita bisa mengejar mereka," Jokowi menandaskan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya