Liputan6.com, Jakarta - Puluhan orangtua balita korban yang terpapar vaksin palsu mendatangi Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda. Salah satu yang mereka cari adalah dokter atau pun suster yang memberikan vaksin ke anak-anak mereka.
"Kemarin terakhir vaksin kedua dapat kan ada tiga, nah yang ketiga tanggal 16 Juli ini. Yang kedua saya beli vaksin yang enggak panas lebih mahal. Tapi setelah imun badannya anget," kata Ikhsan saat berbincang dengan Liputan6.com di RS Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (15/7/2016).
Dari awal, Ikhsan merasa janggal dalam pelayanan vaksin di RS Harapan Bunda. Sebab, pembayaran biaya vaksin itu tidak dibayarkan di kasir rumah sakit, melainkan langsung kepada dokter atau suster yang mengimunisasi anaknya.
Dalam kuitansi itu tertera nama dokter spesialis anak. Ikhsan pun sempat mencari-cari keberadaan dokter tersebut yang menurutnya kini menghilang dari rumah sakit.
Bukan biaya murah untuk vaksin di Rumah Sakit Harapan Bunda. Untuk sekali vaksin, Ikhsan harus merogoh kocek hingga Rp 800 ribu.
Biaya tersebut untuk paket combo yang mencakup tiga vaksin DPT, HIB, dan Polio. Bahkan, harga yang dikeluarkan itu belum termasuk untuk biaya dokter.
"Yang combo lewat suster bayarnya. Kuitansi juga bukan dari rumah sakit," jelas Ikhsan.
Hal senada pun diungkap orangtua lainnya. Hari Mulyadi (34) mengaku, sekali vaksin dia menghabiskan uang sekitar Rp 750 ribu. Dia langsung membayar kepada suster, tidak melalui kasir rumah sakit.
"Itu belum termasuk biaya dokter. Biaya vaksin dan biaya suntik beda lagi," jelas Mulyadi.
Direktur Utama RS Harapan Bunda, Fina, mengungkapkan keprihatinan atas peristiwa penyebaran vaksin palsu di sejumlah rumah sakit. Ia juga membenarkan bahwa rumah sakitnya sempat menerima vaksin diduga palsu itu.
"Kami sampaikan, bahwa memang benar, di RS Harapan Bunda pernah ada edaran vaksin yang diduga palsu. Dan itu sedang diselidiki oleh Bareskrim," ujar Fina di hadapan puluhan keluarga pasien di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, Kamis malam 14 Juli 2016.
Berdasarkan hasil pemeriksaan penyidik Bareskrim Polri dan Satgas Kementerian Kesehatan, diketahui vaksin palsu yang beredar di RS Harapan Bunda berjenis pediacel. Vaksin tersebut umumnya digunakan untuk mengimunisasi pasien dari penyakit folio dan tetanus.
"Vaksin itu masuk bulan Maret sampai awal Juni 2016 ini. Tapi besok kita koordinasi lagi dengan tim dokter spesialis anak untuk membuka kembali data kami. Akan kami verifikasi dengan tim Bareskrim Polri dan Kemenkes," papar dia.
Advertisement
* JPU tunjukkan barang bukti sisa kopi Mirna di persidangan.Seperti apa? lihat di sini