Desa Tertinggal di Tapal Batas Itu Tak Lagi Terisolasi

Kini, seluruh dunia bisa mengenal langsung sosok Desa Fulur, tanpa harus ke Belu, NTT.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 28 Sep 2016, 06:08 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2016, 06:08 WIB
Budiman Sudjatmiko
Desa Teknologi Informasi dan Komunikasi (Destika) Budiman Sudjatmiko.

Liputan6.com, Jayapura - Tak banyak orang yang tahu tentang Fulur. Sebuah etalase Indonesia di Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Ya, etalase Indonesia. Desa ini berbatasan langsung dengan Timor Timur.

Kini, seluruh dunia bisa mengenal langsung sosok Desa Fulur, tanpa harus ke sana.

Begitu juga jika Anda ingin tahu tentang Desa Bokor, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Desa yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Malaysia.

Tanpa harus mengeluarkan uang banyak, kabar dan informasi tentang daerah itu bisa dengan mudah diperoleh. Sebab sekarang, mereka memiliki laman (situs) pribadi yang dikelola secara mandiri untuk memberi kabar kepada dunia.

Ternyata, tak hanya Fulur dan Bokor yang bisa melakukan hal itu. Masih ada puluhan daerah terpencil lainnya yang tak lagi terisolasi dari dunia.

"Kami panitia Desa Teknologi Informasi dan Komunikasi (Destika) bersama Kemenkominfo, UI dan pihak terkait membangun (laman dan instalasi) sekitar 50 desa di tapal batas," ucap Ketua Destika, Budiman Sudjatmiko, di Jayapura, Selasa, 27 September 2016.

Dia juga mencontohkan laman yang dibuat untuk sebuah desa di Rawa Biru. "Salah satunya di Merauke di Kecamatan Rawa Biru berbatasan dengan Papua Nugini. Tertinggal betul itu. Tapi sudah punya web sendiri," kata Budiman yang juga Anggota Komisi II DPR tersebut.

Menurut dia, ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dana desa. Oleh karena itu, masyarakat pulalah yang mengelola situs tersebut.

"Kami hanya memberikan stimulus dan arahan untuk pemanfaatan dana desa ke hal yang berguna. Nantinya, mereka yang mengelola sendiri," ujar Budiman.

Ketika Liputan6.com membuka salah satu laman, fulur.desa.id, banyak informasi lokal yang disajikan di website tersebut. Salah satunya tentang keresahan Yoseph Mali Dato dan Irene Kolo, warga Dusun Holgotok, Desa Fulur.

Keduanya resah karena tidak ada kabar dari sang putri, Ambrosia Soi. Ambrosia berangkat ke Malaysia untuk bekerja  pada Agustus 2013.

Warga Fulur berharap, dunia dapat mengabarkan keberadaan Ambrosia Soi kepada orangtuanya melalui laman tersebut. Orangtua Ambrosia juga ingin pemerintah terketuk ikut mencari sang putri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya